Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rabid Yahya Putradasa
" ABSTRAK
Infeksi saluran pernapasan akut ISPA merupakan masalah kesehatan global terutama di negara berkembang seperti Indonesia, yang menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas balita.Kebiasaan merokok di sekitar balita masih banyak ditemukan di Indonesia dan merupakan faktor risiko ISPA yang telah diketahui, namun peran pengetahuan ayah tentang praktik kebiasaan merokok dalam kejadian ISPA belum banyak diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang praktik kebiasaan merokok ayah dengan kekerapan ISPA pada balita.Studi ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain cross-sectional.Responden sebanyak 93 orang ayah balita dipilih dari posyandu Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur secara consecutive sampling. Data pengetahuan tentang praktik kebiasaan merokok ayah diperoleh dari kuesioner Secondhand Tobacco Smoke Knowledge dari American Academy of Pediatrics Richmond Center Measurement, sedangkan data kekerapan ISPA didapatkan dari adaptasi kuesioner diagnosis baku ISPA Riskesdas 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 68 balita menderita ISPA dalam sebulan terakhir, terbanyak pada jenis kelamin perempuan 42 dan kelompok usia 1-2 tahun 19 . Dua-puluh lima persenayah balita memiliki pengetahuan yang tidak baik tentang praktik kebiasaan merokok, terbanyak pada subyek dengan latar belakang pendidikan S1, pekerjaan karyawan, penghasilan di atas UMR, merokok di dalam rumah, dan jumlah rokok sehari 10-20 batang. Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang praktik kebiasaan merokok ayah dengan kekerapan ISPA pada balita p=0,636 . Penelitian lanjutan diperlukan untuk mempertimbangkan faktor risiko lain dalam kejadian ISPA, antara lain crowding, suplementasi vitamin A, berat lahir, dan riwayat imunisasi.

ABSTRACT
Acute respiratory infection ARI is a global health problem especially in developing countries such as Indonesia, which becomes the leading cause of morbidity and mortality in underfive. The habbit of smoking around underfive children is still common in Indonesia and is a risk factor for ARI, yet the role of father rsquo s knowledge of smoking habbit practice in the occurrence of ARI was still unknown. The goal of this study is to investigate the association between father rsquo s knowledge of smoking habbit practice and the prevalence of ARI in underfive children. This study is an analytical observational study with cross sectional design. 93 respondents were chosen from fathers of underfive attending integrated service post in Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan Jatinegara, East Jakarta by consecutive sampling. Data on father rsquo s knowledge of smoking habbit practice was acquired with the use of Secondhand Tobacco Smoke Knowledge Questionaire adapted from American Academy of Pediatrics Richmond Center Measurement, while formal ARI diagnosis questionnaire from Indonesian basic health survey was utilized to get the data on the prevalence of ARI in underfive. The results of the study show that 68 of underfive children contracted ARI in last one month, mostly girls 42 and with age of 1 2 years 19 . Twenty five percent of fathers of underfive had bad knowledge of smoking habbit practice, mostly one with bachelor degree, works as employee, has earning bigger than regional standard, smokes inside house, and smokes 10 20 cigarettes a day. There was no association between father rsquo s knowledge of smoking habbit practice and prevalence of ARI in underfive p 0.636 . More studies need to be conducted to investigate other risk factors of ARI including crowding, vitamin A supplementation, newborn weight, and vaccination history. "
2016
T55736
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Maola Noviansyah, Nur Lina
"Hipertensi didefinisikan sebagai suatu peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi primer pada laki-laki usia 45 tahun ke atas di rumah sakik umum daerah Kabupaten Ciamis. Jenis penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Hasil penelitian menunjukan jumlah responden yang merokok dengan jumlah >10 batang perhari 69,81% 62,26% responden menghisap rokok dengan cara menghisap dalam, responden menghisap rokok >10 tahun sebanyak 73,50% dan responden yang merokok dengan jenis filter sebanyak 52,83%. Hasil uji stastistik chi square menunjukan bahwa jumlah rokok >10 batang perhari (OR=3,748 CI=1,525-9,215 p<0,05) menghisap rokok dengan cara dalam (OR=3,827 CI=1,653-8,859 p<0,05) menghisap rokok >10 tahun (OR=4,312 CI=1,640-11,343 p<0,05) dan rokok dengan jenis filter (OR=2,963 CI=1,343-,537 p<0,05). Hasil : faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit hipertensi primer pada laki-laki usia >45 tahun yaitu jumlah rokok, lama merokok dan cara merokok. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa jenis rokok, jumlah rokok, lama merokok dan cara merokok merupakan faktor-faktor risiko kejadian hipertensi. Saran penulis pada penderita hipertensi supaya berhenti merokok. "
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Siliwangi, 2005
JKKI 7:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Indy Larasati Wardhana
"Terdapat 35,5% mahasiswa di Indonesia perokok aktif. Padahal, mahasiswa harusnya memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Tingkat pengetahuan merupakan aspek penting yang dinilai mampu memengaruhi kebiasaan merokok. Penelitian ini bertujuan untuk melihathubungan tingkat pengetahuan mahasiswa Universitas Indonesia (UI) terhadap bahaya rokok dan kebiasaan merokok. Metode penelitian ini adalah studi potong lintang yang dilaksanakan di UIpada bulan Agustus2018 hingga Maret2019.Peneliti menggunakan kuesioner sebagai instrumen untuk disebarkan kepada 94 responden yang dipilih menggunakan teknik pengambilan acak.Uji yang dilakukan untuk menganalisis data adalah uji univariat untuk melihat distribusi perokok dan uji fisher untuk menilai hubungan variabel. Hasil analisis statistik menunjukkan9 responden (9,6%) merupakan perokok aktif. Dari 9 perokok aktif, mayoritas berjenis kelamin laki-laki(88,9%), berasal dari fakultas hukum (44,4%) menggunakan rokok putih(66,7%), usia awal merokok17 tahun(33,3%), mengonsumsi 5-10 batang rokok sehari (55,5%), hanyamenggunakan rokok konvensional(89%), dan derajat adiksi terhadap nikotinnya cenderung ringan. Mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan mengenai bahaya rokok yang tinggi, baik responden yang merokok(77%)maupun tidakmerokok (68%). Seluruhresponden mendapat informasi mengenai merokok dari media cetak dan elektronik (100%). Tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kebiasaan merokokmaupun derajat adiksi nikotin. Penelitian ini menunjukkan penggunaan rokok pada mahasiswa UIsudah tidak terlalu banyak. Namun, tingkat pengetahuan yang tinggi tidak membuat mahasiswa tidak merokok. Hal ini disebabkan oleh perokok cenderung menyepelekan bahaya dari merokok terhadap diri sendiri atau sekitarnya. Derajat adiksi nikotin pada mahasiswa UI cenderung ringan. Hal ini menunjukkan bahwa alasan mahasiswa UI merokok bukan disebabkan oleh kecanduan.

There are 35.5% of students in Indonesia who are active smokers. In fact, students should have a high level of education. The level of knowledge is an important aspect that is considered capable of influencing smoking habits. This study aims to examine the relationship between the level of knowledge of students at the University of Indonesia (UI) on the dangers of smoking and smoking habits. This research method is a cross-sectional study conducted at UI from August 2018 to March 2019. The researcher used a questionnaire as an instrument to be distributed to 94 respondents who were selected using a random sampling technique. assess variable relationships. The results of statistical analysis showed 9 respondents (9.6%) were active smokers. Of the 9 active smokers, the majority were male (88.9%), came from law school (44.4%) used white cigarettes (66.7%), the initial age of smoking was 17 years (33.3%). 5-10 cigarettes a day (55.5%), only using conventional cigarettes (89%), and the degree of addiction to nicotine tends to be mild. The majority of respondents have a high level of knowledge about the dangers of smoking, both respondents who smoke (77%) and non-smokers (68%). All respondents received information about smoking from print and electronic media (100%). No significant relationship was found between the level of knowledge with smoking habits and the degree of nicotine addiction. This study shows that the use of cigarettes in UI students is not too much. However, a high level of knowledge does not prevent students from smoking. This is because smokers tend to underestimate the dangers of smoking to themselves or those around them. The degree of nicotine addiction in UI students tends to be mild. This shows that the reason why UI students smoke is not caused by addiction."
Depok: Fakultas Kedokteran Univeritas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinta Hasan
"Indonesia menduduki urutan nomor tiga dunia untuk penyakit TB setelah India dan Cina, sementara untuk merokok, Indonesia menduduki urutan nomor lima dunia. Di Indonesia hampir 300 orang meninggal setiap hari akibat penyakit TB. sedangkan sekitar 141,44 juta jiwa (70% jumlah penduduk Indonesia) adalah perokok. Tujuan peneIitian irii: teridentifikasi kebiasaan merokok (lamanya merokok, jumlah konsumsi rokok, frekuensi merokok), teridentifikasi angka kejadian TB, hubungan kebiasaan merokok dengan angka kejadian TB. Desain penelitian deskriptif korelatif Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Beji dengan responden sebanyak 37 orang, dengan uji Chi square. Hasilnya tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok (frekuensi merokok, lamaya merokok, jumlah rokok yang dihisap) dengan angka penyakit TB paru dengan P value 0,402. Rekomendasi penelitian ini adaIah agar dapat dilakukan penelitian Iebih dalam terkait faktor-faktor yang mempengaruhi angka kejadian penyakit TBC paru dengan memperbanyak responden.

Indonesia sit on sequence for TB number three in the world for TR desease after india and china, while for smoke, Indonesia sit on sequence number five in the world. In indonesia almost 300 people death everyday caused by TB desease, while almost 141,44 million people, (715% amount indonesian people ) is smoker, Jakarta, Depok and Bogor, there is 11.809 people with TB desease Objective this research is: to identifcation responden smoke habit ( term smoking, amount smoke consumption, smoke frequency ), the identification number of case TB, relationship smoke habit with number case TB, this research is doing in Puskesmas ( community health center ) Beji with responden almost 37 people. The statistic test with using Chi square test the result is there no significant relation smoke habits (smoke frequency, term of smoking, number of smoke consumption) with TB disease with P value 0,402. Recommendation this research in order to be able continue more seurious to find influence factors number of case lung TB desease with get more responden."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5797
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Girianto Tjandrawidjaja
"Merokok merupakan faktar resiko Gangguan Pembuluh Darah Otak [GPDO] dan telah diketahui bahwa ada karelasi yang kuat antara merakak dengan Infark Iskemik. Akan tetapi, karelasi antara merakak dengan Perdarahan Intraserebral masih belum jelas. Tujuan: mempelajari hubungan antara pala kebiasaan merakak dan Perdarahan Intraserebral. Hetade: Telah dilakukan penelitian kasus kelala pada penderita GPDO pria dan wanita di bangsal perawatan saraf RS Umum Cipta Hangunkusuma selama tahun 1991. Setelah jenis GPDO ditega~kan dengan CT Scan, wawancara pala kebiasaan merakak dilakukan pada penderita-penderita itu sendiri atau pada salah satu keluarga yang terdekat. Data yang ada dianalisa dengan menggunakan Rasia Odd, Mantel Haenzsel dan tes x2. Hasil: Terdapat 60 penderita Perdarahan Intraserebral sebagai kasus dan 142 penderita Infark Iskemik sebagai kantral dalam penelitian. 92,4% dari 119 respanden yang mempunyai riwayat kebiasaan merakak, mengisap rakak lebih dari 11 tahun dan 797. dari respanden tersebut mengisap rakak kretek. Rasia Odd perakak berat dan perakak keseluruhan yang mengalami Perdarahan Intraserebral adalah 0,33 · [95% Interval Kepercayaan 0,15-0,77; P<0,05] dan 0,40 [957. Interval Kepercayaan 0,20-0,77; P<0,05], sedangkan untuk bekas perakak 0,59 [95% Interval Kepercayaan 0,25-1,43;P>0,05] dan perakak ringan 0,59 [95% Interval Kepercayaan 0,22-1,56;P>0,05]. Hasil-hasil tersebut praktis sama apabila kasus-kasus hipertensi dikeluarkan. Kesimpulan: Pada penderita GPDO, yang mempunyai derajat kebiasaan merokok berat, kemungkinan mengalami Infark Iskemik lebih besar daripada Perdarahan Intraserebral.

Smoking is a risk factor for Cerebral Vascular Disorders [GPDO] and it is known that there is a strong correlation between smoking and Ischemic Infarction. However, the correlation between peacock and intracerebral hemorrhage is still unclear. Objective: to study the relationship between peacock nutmeg and intracerebral hemorrhage. Hetade: Research has been carried out on cases of cockroaches in male and female GPDO sufferers in the neurological care ward of Cipta Hangunkusuma General Hospital during 1991. After the type of GPDO was confirmed by CT Scan, interviews were conducted on the sufferers themselves or one of their closest relatives. The existing data was analyzed using Rasia Odd, Mantel Haenzsel and x2 tests. Results: There were 60 sufferers of Intracerebral Hemorrhage as cases and 142 sufferers of Ischemic Infarction as cantrals in the study. 92.4% of the 119 respondents who had a history of the habit of smoking rakak for more than 11 years and 797 of these respondents smoked kretek rakak. The odds ratio for severe and overall silver who experienced intracerebral hemorrhage was 0.33 · [95% Confidence Interval 0.15-0.77; P<0.05] and 0.40 [957. Confidence Interval 0.20-0.77; P<0.05], while for former silver it was 0.59 [95% Confidence Interval 0.25-1.43; P> 0.05] and light silver 0.59 [95% Confidence Interval 0.22-1.56; P> 0.05]. The results were practically the same if hypertension cases were excluded. Conclusion: In GPDO sufferers, who have a heavy smoking habit, the possibility of experiencing ischemic infarction is greater than intracerebral hemorrhage.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1992
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Sawitri
"ABSTRAK
Peningkatan prevalensi penyakit periodontal berhubungan dengan faktor peningkatan usia, jenis kelamin, dan kebiasaan merokok. Data epidemiologi dapat menjadi sumber informasi dalam penyusunan rencana strategis dalam penanganan penyakit periodontal. Tujuan: Menganalisis hubungan penyakit periodontal berdasarkan kelompok usia, jenis kelamin dan kebiasaan merokok di RSKGM FKG UI periode 2010-2015. Metode: Penelitian potong lintang dengan subjek 538 rekam medik. Hasil: Penyakit periodontal yang paling banyak diderita oleh seluruh kelompok usia adalah periodontitis kronis dengan mayoritas pasien wanita dan kebiasaan tidak merokok. Kesimpulan: Uji chi-square menunjukkan.

ABSTRAK
Background Prevalence of periodontal disease increasing by several factor such as age, gender, smoking habit. Epidemiology data of periodontal disease can be a source to create strategic plan to decrease the prevalence of the disease. Objective analyze relationship of periodontal disease by age, gender and smoking habit in RSKGM FKG UI period 2010 2015. Method The study design is cross sectional using 538 medical records. Result The most common periodontal disease in every age group is chronic periodontitis with majority of women and non smoking habit. Conclusion Chi Square test showed "
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Febriani
"Peningkatan kadar kolesterol dan lemak dalam darah yang menyebabkan penyempitan atau pengapuran pada pembuluh darah arteri merupakan penyebab utama dari penyakit kardiovaskular. Tingkat persaingan hidup yang tinggi kemungkinan berdampak pada munculnya aneka pergeseran gaya hidup, mulai dari perilaku makan, aktivitas fisik, stres, kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol. Gaya hidup yang tidak sehat merupakan pencentus hiperkolesterolemia di usia produktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya hidup terhadap hiperkolesterolemia di Provinsi DKI Jakarta tahun 2015-2016. Metode penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan sampel penelitian 1090 orang peserta Posbindu Penyakit Tidak Menular di DKI Jakarta tahun 2015-2016.
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh antara kebiasaan merokok dan aktivitas fisik terhadap hiperkolesterolemia, namun tidak untukkonsumsi sayur dan buah. Responden dengan aktivitas fisik kurang memiliki risiko 5,9 kali lebih tinggi (95% CI 4,0-8,4), sedangkan yang memiliki kebiasaan merokok memiliki risiko 1,4 kali lebih tinggi (95% CI 1,3-1,6) menderita hiperkolesterolemia setelah dikontrol oleh tekanan darah dan status gizi. Promosi kesehatan sangat diperlukan untuk menyampaikan informasi tentang hiperkolesterolemia dan msyarakat secara pro aktif melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin sehingga memperkecil risiko terkena penyakit tidak menular.

Increased levels of cholesterol and fat in the blood that cause narrowing or calcification of the arteries are the main cause of cardiovascular disease. High levels of life competition may have an impact on the emergence of various lifestyle, ranging from eating behavior, physical activity, stress, smoking and alcohol consumption. Unhealthy lifestyle is a trigger Hypercholesterolemia in the productive age. The purpose of this study is to know the relationship between smoking habits and physical activity with hypercholesterolaemia in DKI Jakarta Province 2015-2016. The methods of this this study is cross-sectional with 1090 samples of participants of Non-Communicable Disease Posbindu in DKI Jakarta 2015-2016.
The results showed there was an influence between smoking and physical activity on hypercholesterolemia, but not for consumption of vegetables and fruits. Individuals with less physical activity 5.9 times higher (95% CI 4.0-8.8), whereas those with smoking habits 1.4 times higher (95% CI 1.3-1 , 6) suffers from hypercholesterolemia after being controlled by blood pressure and nutritional status. Health promotion is needed to convey information about hypercholesterolemia and the community pro-actively carry out routine health checks thereby minimizing the risk of non-communicable diseases.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47703
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maryatul Qiptiah
"Tesis ini disusun untuk mengetahui korelasi antara derajat kebiasaan merokok dengan Arus Puncak Batuk, Arus Puncak Ekpirasi dan kekuatan otot kuadriceps pada laki-laki dewasa muda perokok aktif. Penelitian menggunakan desain uji potong lintang (crosssectional). Subjek penelitian merupakan pasien laki-laki keturunan asli Indonesia, perokok tembakau aktif minimal 6 bulan, usia 18-40 tahun, tidak obesitas dan memiliki kekuatan otot ekstremitas bawah dengan penilaian MRC 5 tanpa ada riwayat kelemahan sebelumnya. Semua subjek (n=41) dilakukan penilaian derajat kebiasaan merokok berdasarkan Indeks Brinkman, pengukuran Arus Puncak Batuk (APB) dan Arus Puncak Ekspirasi (APE) dengan Peak Flow Meter serta pengukuran kekuatan otot kuadriceps dengan Hand-held dynamometer sesuai dengan prosedur di Poliklinik Departemen Rehabilitasi Medik RSCM Jakarta. Selain itu, dilakukan pengukuran fungsi respirasi menggunakan Spirometri. Hasil keluaran penelitian ini berupa derajat kebiasaan merokok subjek, yaitu 27 perokok ringan dan 14 perokok sedang, serta didapatkan nilai APE, APB, dan kekuatan otot kuadriceps. Selain itu berdasarkan hasil spirometri didapatkan 3 subjek dengan gangguan obstruksi, 1 subjek gangguan restriktif dan sisanya dalam batas normal. Pada karakteristik pekerjaan, didapatkan terbanyak pada kategori manual (58,5%), diikuti non-manual (24,4%) dan bidang jasa (17,1%). Analisa statistik uji korelasi Spearman dilakukan untuk menilai korelasi antara derajat kebiasaan merokok dengan nilai APB, APE dan kekuatan otot kuadriceps. Kesimpulan penelitian menyatakan bahwa terdapat korelasi bermakna secara statistik antara Indeks Brinkman dengan nilai APE, tapi tidak demikian pada nilai APB dan kekuatan otot kuadriceps. Rerata nilai APE pada subjek dewasa muda perokok ringan dan perokok sedang sebesar 429,76±76,89 L/menit dengan nilai p = 0,026. Sedangkan rerata nilai APB dan kekuatan kuadriceps masing-masing sebesar 445,61±73,38 L/menit dan 19,36±4,28 kg pada kaki kanan, serta 18,92±4,03 kg pada kaki kiri, tanpa ada korelasi yang signifikan. Penelitian lebih lanjut mencakup subjek perokok berat dan faktor level aktivitas fisik serta marker biomolekuler diperlukan untuk menilai dampak merokok terhadap fungsi respirasi dan kekuatan otot.

This thesis was aimed to determine correlation between the degree of cigarrette smokers to peak cough flow, peak expiratory flow and quadriceps muscle strength in young adults male active smokers. The design was cross-sectional. The subjects were Indonesian male, actively cigarette smoking for at least 6 months, aged 18-40 years, not obesity and had lower limb muscle strength with MRC value 5 and no history of weakness. All subjects (n=41) were assessed the degree of smoking habits based on the Brinkman Index, measurements of Peak Cough Flow and Peak Expiratory Flow with Peak Flow Meters and measurements of quadriceps muscle strength with a Hand-held dynamometer according to procedures at Polyclinic of the Medical Rehabilitation Department at the RSCM Hospital Jakarta. In addition, the respiratory function measurements were taken using Spirometry. The study results include the degree of smoking habits, 27 subject mild smokers and 14 subject moderate smokers, the value of peak cough flow, peak expiratory flow, and quadriceps muscle strength on both legs. Based on spirometry examination, there are 3 subjects with obstructive, 1 subject restrictive and the others within normal limits. Based on working type, the highest on manual category (58,5%), followed by nonmanual (24,4%) and services (17,1%). Statistical analysis was performed to assess the correlation between Brinkman Index with the three variables. The study concludes that the higher Brinkman Index value, the lower peak expiratory flow value, but not on the peak cough flow and quadriceps muscle strength results. The average peak expiratory flow value in young adult subjects with mild and moderate smokers was 429.76 ± 76.89 L/min with significant difference was obtained with p value = 0.026. While the average peak cough flow and quadriceps muscle strength were 445.61 ± 73.38 L / min and 19.36 ± 4.28 kg in the right leg, and 18.92 ± 4.03 kg in the left leg, with no significant correlation. Further research including heavy smoker subjects, evaluation of physical activity level and biomolecular markers is needed to assess the impact of smoking on respiration function and muscle strength"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mirtha Dini Widorini
"Latar belakang dan Tujuan: Jakarta Barat menempati urutan tingkat polusi udara tertinggi kedua di wilayah DKI Jakarta Prevalens kasus bronkitis kronik dari hasil pemeriksaan kesehatan pada personil Polri di wilayah Polres Metro Jakarta Barat pada tahun 2006 adalah 8.25 %, yang meningkat menjadi 10.53 % pada tahun 2007. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kualiti udara dan faktor-faktor lain terhadap bronkitis kronik dan gangguan fungsi paru obstruksi pada polisi yang bertugas di jalan wilayah kerja polsek Tanjung Duren, Kebon Jeruk dan Palmerah.
Metode panelitian: Penelitian ini dilakukan di tiga wilayah kerja polsek Jakarta Barat yaitu Tanjung Duren, Kebon Jeruk dan Palmerah. Disain penelitian cross sectional. Populasi adalah polisi yang bekerja di jalan, berjumlah 114 orang Besar sampel 97 orang. Pangumpulan data dilekukan dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan spirometri.
Hasil penelitian: Prevalens bronkitis kronik 9.3%, gangguan fungsi paru obstruksi 7.2%. Prevalens tertinggi terdapat di wilayab kerja polsek Tanjung Duren. Terdapat hubungan signifikan antara bronkitis kronik dengan umur > 37 tahun (OR= W.8) dan kebiasaan merokok sedang (OR= 6.6). Data Kualiti Udara 03 berdasarkan hasil analisis terburuk Tanjung Duren, sedang Palmerah, terbaik Kebon Jerak. Terdapat hubungan yang signifikan antara gangguan fungsi paru obstruksi dengan kualiti udara 03 (OR= 21.33).
Kesimpulan dan Saran: Di antara enam variabel yang diduga berhubungan dengan bronkitis kronik, hanya ada dua variabel yang berhubungan secara signifikan, yaitu umur dan kebiasaan merokok. Sedangkan gangguan fungsi paru obstruksi hanya berhubungan secara signifikan dengan kualiti udara. Saran yang diajukan, lebih sering dilakukan rotasi tugas ke wilayah kerja Polsek yang lain bagi polisi berusia >37 tahun yang bekerja di jalan di wilayah kerja polsek Tanjung Duren, lebih digalakkan pemakaian masker, serta menerapkan sangsi berupa Surat Peringatan (SP) bagi polisi yang merokok pada saat bertugas.

Background and objectives: West Jakarta bas the second highest rank in air pollution in Jakarta. Medical checked up result from Polri personnel at West Jakarta Polres Metro, showed that the prevalence of chronic bronchitis in year 2006 was 8.25% and increasing became 10.53% in year 2007. This study was aimed to know the relationship between air quality and other factors with chronic bronchitis and pulmonary obstruction in traffic policemen, which were on duty at Taojung Duren, Kebon Jeruk and Palmerah area.
Methods: This study was conducted in three duty area at West Jakarta, those area were Tanjung Duren, Kebon Jeruk and Palmerah. Study design was cross sectional. The population was 114 traffic policemen. The sample size 97 persons. Data were collected by interviewing, observation, physical and spirometry examination.
Result: The prevalence of chronic bronchitis was 9.3%, pulmonary obstruction was 7.2%. The highest prevalence was at Tanjung Duren duty area. There was significant relationship between age> 37 years (OR10,8) and moderate smoking habit (OR6.6) with chronic bronchitis. Based on analysis, the worst air quality was Tanjung Duren, moderate was Palmerah, and the best was Kebon Jeruk. There was significant relationship between pulmonary obstruction with air quality at Tanjung Duren (OR21.33).
Conclusion and recommendation: Among six variables which were suspected having relationship with chronic bronchitis, only two variables had significant relationship, those were age and smoking habit. There was significant relationship between pulmonary obstruction and air quality. The suggestion are frequent duty rotation for police > 37 years old in Tanjung Duren polsek, socialized and strength disciplined in using face mask and give SP as penalty for policemen who were smoking on duty.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
T31996
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mirtha Dini Widorini
"Latar belakang dan Tujuan: Jakarta Barat menempati urutan tingkat polusi udara tertinggi kedua di wilayah DK1 Jakarta. Prevalens kasus bronkitis kronik dari hasil pemeriksaan kesehatan pada personil Polri di wilayah Polres Metro Jakarta Barat pada tahun 2006 adalah 8.25 %, yang meningkat menjadi 10.53 % pada tahun 2007. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kualiti udara dan falctor-faktor lain terhadap bronkitis kronik dan gangguau fungsi paru obstruksi pada polisi yang bertugas di jalan wilayah kzja polsek Tanjung Duren, Kebon Jeruk dan Paltnerah.
Metode penelitian: Penelitian ini dilakukan di tiga wilayah kerja polsek Jakarta Barat yaitu Tanjung Duren, Kebon Jeruk dan Palmerah. Disain penelitian crass sectional. Populasi adalah polisi yang bekerja di jalan, berjumlah 114 orang. Besar sampel 97 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan Cara wawancara, observasi, pemerlksaan fisik dan spirometri.
Hasil penelitian: Prevalens bronkitis kronik 93%, gangguan fungsi paru obstruksi 72%. Prevalens tertinggi terdapat di wilayah kerja polsek Tanjung Duren. Terdapat hubungan signifikan antara bronkitis Icronik dengan umur > 37 tahun (OR = l0.8) dan kebiasaan merokok sedang (OR = 6.6). Data Kualiti Udara O3 berdasarkan hasil analisis terburuk Tanjuug Duran, sedang Palmerah, terbaik Kebon Jeruk. Terdapat hubungan yang signifikan antara gangguan ftmgsi paru obstruksi dengan kualiti udara O3 (OR = 2133).
Kesimpulan dan Saran: Di antara enam variabel yang diduga berhubungan dengan bronkitis kronik, hanya ada dua variabel yang berhubungan secara signifikan, yaitu umur dan kebiasaan merokok. Sedangkan gangguan iimgsi paru obstruksi hanya berhubungan secara signifikan dengan kualiti udara. Saran yang diajukan, lebih searing dilakukan rotasi tugas ke wilayah kerja polsek yang lain bagi polisi berusia > 37 tahun yang bekerja di jalan di wilayah kerja polsek Tanjung Duran, lebih digalakkan pemakaian masker, Serta menerapkan sangsi berupa penerbitan Surat Peringatan (SP) bagi polisi yang merokok pada saat bertugas.

Background and objectives: West Jakarta has the second highest rank in air pollution in Jakarta Medical checked up result team Polri personnel at West Jakarta Polres Metro, showed that the prevalence of chronic bronchitis in year 2006 was 8.25% and increasing became 10.53% in year 2007. This study was aimed to know the relationship between air quality and other factors with chronic bronchitis and pulmonary obstruction in trafiic policemen, which were on duty at Tanjung Duren, Kebon Jeruk and Palmerah area.
Methods: This study was conducted in three duty area at West Jakarta, those area were Tanjung Duren, Kebon Jeruk and Palmerah. Study design was cross sectional. The population was 114 traffic policemen. The sample size 97 persons. Data were collected by interviewing, observation, physical and spirometry examination.
Result: The prevalence of chronic bronchitis was 93%, pulmonary obstruction was 7.2%. The highest prevalence was at Tanjung Duren duty area. There was signiticant relationship between age > 37 years (OR = 10,8) and moderate smoking habit (OR == 6.6) with chronic bronchitis. Based on analisis, the worst air quality was Tanjung Duren, moderate was Palmerah, and the best was Kebon Jeruk. There was significant relationship between pulmonary obstruction with air quality at Tanjung Duren (OR = 21 .33).
Conclusion and recommendation: Among six variables which were suspected having relationship with chronic bronchitis, only two variables had significant relationship, those were age and smoking habit. There was significant relationship between pulmonary obstruction and air quality. The suggestion are 'frequent duty rotation for police > 37 years old in Tanjung Duren polsek, sosialized and strength disciplined in using face mask and give SP as penalty implementation for policemen who were smoking on duty.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
T32856
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>