Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syafei Adnan
"Merantau merupakan salah satu cara bagi mahasiswa yang berasal dari daerah tertentu untuk pindah ke daerah lain untuk menempuh pendidikan yang lebih baik dan pengalaman baru. Akibat jauh dari keluarga dan kampung halaman, mahasiswa rantau rentan untuk mengalami kesepian saat menempuh pendidikan tinggi di daerah rantau. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman mahasiswa rantau terkait kesepian dan kebutuhan psikologis dasar sekaligus bagaimana mahasiswa rantau mengatasi rasa kesepian dan memenuhi kebutuhan psikologis dasarnya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif agar dapat memahami secara lebih mendalam mengenai kesepian dan kebutuhan psikologis dasar yang dimiliki oleh mahasiswa rantau. Partisipan terdiri dari enam mahasiswa rantau dari latar belakang yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua partisipan mengalami pengalaman yang berbeda terkait dengan kesepian dan pemenuhan kebutuhan psikologis dasar mereka. Beberapa partisipan merasa kesepian akibat kurangnya dukungan sosial dan jarak fisik dari keluarga, sementara yang lain merasa ia kurang melakukan aktivitas bersama teman sebaya. Adaptasi budaya yang kurang baik menjadi penyebab khas mahasiswa rantau mengalami kesepian sehingga disarankan agar mahasiswa rantau mempersiapkan diri terlebih dahulu dengan belajar budaya dan gaya hidup rantau sebelum merantau. Kebutuhan akan kompetensi merupakan kebutuhan psikologis dasar yang terganggu selama mengalami kesepian dibandingkan kebutuhan psikologis dasar yang lain. Partisipan mengatasi kesepian melalui kegiatan sosial dan dukungan dari orang tua, teman, dan pacarnya serta mengakses sosial media. Selain itu, kebutuhan psikologis dasar seperti kebutuhan akan hubungan relasi, autonomi, dan kompetensi juga dipenuhi dengan cara yang bervariasi di antara partisipan.

Migrating is one way for students from certain areas to move to other areas to pursue better education and new experiences. As a result of being far from their families and hometowns, out of town students are vulnerable to experiencing loneliness when pursuing higher education in out of town areas. This research aims to explore the experiences of out of town students regarding loneliness and basic psychological needs as well as how out of town students overcome feelings of loneliness and fulfill their basic psychological needs. This research uses qualitative methods in order to understand more deeply about loneliness and the basic psychological needs of out of town students. Participants consisted of six out of town students from different backgrounds. The results showed that all participants experienced different experiences related to loneliness and fulfilling their basic psychological needs. Some participants felt lonely due to lack of social support and physical distance from family, while others felt they did not do enough activities with peers. Poor cultural adaptation is a typical cause of out of town students experiencing loneliness, therefore it is recommended that regional students prepare themselves first by learning the culture and lifestyle of the region before migrating. The need for competence is a basic psychological need that is disturbed when experiencing loneliness compared to other basic psychological needs. Participants overcome loneliness through social activities and support from parents, friends and romantic partner as well as accessing social media. In addition, basic psychological needs such as the need for relationships, autonomy, and competence were also met in varying ways among participants."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Friztyana Putri
"Perkembangan teknologi membuat individu menggunakan media sosial untuk dapat terhubung dengan orang lain, salah satunya mahasiswa baru yang sedang beradaptasi dan memenuhi kebutuhan relatedness dengan interaksi sosialnya. Hal tersebut dapat membuat mahasiswa baru merasakan fear of missing out (FoMO). Penelitian dengan desain korelasional ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemenuhan kebutuhan relatedness dalam kebutuhan psikologis dasar dan FoMO pada mahasiswa baru. Sampel pada penelitian ini memiliki karakteristik pengguna aktif media sosial dengan jumlah 115 mahasiswa baru S1 di Indonesia. Hasil menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara pemenuhan kebutuhan relatedness dan FoMO pada mahasiswa baru. Penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian kualitatif mengenai pengalaman individu di media sosial yang berhubungan dengan tingkat FoMO dan pemenuhan kebutuhan relatedness.

Technological development makes people use social media to be connected with others, one of them is first-year undergraduate students who are adapting and trying to fulfill relatedness need with their social interactions. This can make first-year students feel fear of missing out (FoMO). This correlational research aims to determine the relationship between relatedness need in basic psychological needs of satisfaction and FoMO in first-year students. The sample are 115 first-year undergraduate students in Indonesia who are active social media users. The result shows that there is a significant negative relationship between the relatedness need satisfaction and FoMO in first-year students. Future research can conduct qualitative research on individual experiences on social media related to FoMO and relatedness need satisfaction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Mujiati
"Menjadi guru sekolah dasar merupakan salah satu profesi yang menantang dengan tingkat tuntutan sosial emosional yang tinggi. Mereka dituntut untuk dapat menampilkan kompetensi sosial emosional. Kenyataannya, masih banyak ditemukan guru yang belum menampilkan kompetensi sosial emosional yang memadai sesuai harapan. Untuk itu penelitian dilakukan untuk mengidentifikasi faktor yang berperan dalam mengembangkan kompetensi sosial emosional guru sekolah dasar. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana peran kepuasan kebutuhan psikologis dasar guru dan efikasi diri guru terhadap kompetensi sosial emosional mereka. Sebanyak 483 guru sekolah dasar mengisi Social Emotional Competencies Teacher Rating Scale (SECTRS), Basic Psychological Need Satisfaction Scale - Work (BPNSS - Work), dan Indonesian Version - Teachers Sense of Efficacy Scale (I-TSES). Hasil menunjukan bahwa terdapat peran kepuasan kebutuhan psikologis dasar guru (R2=0,571, F(1,481)=649,826, p<0,001) dan efikasi diri guru (R2=0,372, F(1,481)= 284,758, p<0,001) terhadap kompetensi sosial emosional. Efikasi diri guru mempunyai peran yang lebih besar terhadap kompetensi sosial emosional guru dibandingkan kepuasan kebutuhan psikologis dasar guru. Hasil penelitian ini memiliki implikasi praktis bagi guru, sekolah, maupun pemerintah dalam penyusunan program intervensi untuk mendukung pengembangan kompetensi sosial emosional guru sekolah dasar. Pengembangan kompetensi sosial emosional guru dapat diarahkan pada pengembangan efikasi diri guru disamping memastikan kepuasan kebutuhan psikologis dasar mereka.

Being an elementary school teacher is a challenging profession with a high level of social emotional demands. They are required to be able to perform social emotional competencies. In reality, there are still many teachers who do not perform adequate social emotional competencies as expected. Based on this situation, research was conducted to identify the factors that play a role in the development of elementary school teachers' social emotional competencies. This study tries to investigate the role of teachers' basic psychological needs satisfaction and teachers' self-efficacy on their social emotional competencies. A total of 483 elementary school teachers filled out Social Emotional Competencies Teacher Rating Scale (SECTRS), Basic Psychological Need Satisfaction Scale - Work (BPNSS - Work), and Indonesian Version - Teachers Sense of Efficacy Scale (I-TSES). The results showed that teachers’ basic psychological needs satisfaction (R2=0,571, F(1,481)=649,826, p<0,001) and teachers’ self-efficacy (R2=0,372, F(1,481)= 284,758, p<0,001) play a  role in teachers’ social and emotional competencies. Teachers’ self-efficacy has a greater contribution in elementary school teachers' social emotional competencies than teachers' basic psychological needs satisfaction. The results of this study have practical implications for teachers, schools and the government in designing interventions program to support the development of elementary school teachers’ social emotional competencies. The development of teachers' social emotional competencies can be directed at developing teachers' self-efficacy as well as ensuring the satisfaction of their basic psychological needs.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratnasari Widayanti
"Pengetahuan dan sikap merupakan faktor kunci yang berdampak secara langsung ataupun tidak langsung pada pelaksanaan manajemen diri diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan praktik manajemen diri pada masyarakat dengan diabetes melitus tipe 2. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan responden sebanyak 107 penderita DM tipe 2 di wilayah Kota Depok yang dipilih dengan menggunakan teknik cluster sampling. Instrumen penelitian yang digunakan terdiri dari Diabetes Knowledge Test (DKT), modifikasi Diabetes Attitude Scale (DAS), dan Diabetes Self-Management Questionnaire (DSMQ). Hasil analisis statistik menunjukan adanya korelasi positif yang signifikan antara pengetahuan (r = 0,549; p < 0,01) dan sikap (r = 0,465; p < 0,01) dengan manajemen diri DM. Temuan ini menekankan pentingnya pengembangan program edukasi kesehatan dan konseling mengenai manajemen diri diabetes dengan melakukan evaluasi awal terhadap karakterisitk diabetesi agar program yang akan dirancang dapat lebih efektif dan sesuai dengan tingkat pemahaman dan kebutuhan diabetesi.

Knowledge and attitudes are key factors that have a direct or indirect impact on the implementation of diabetes self-management. This study aims to identify the relationship between knowledge and attitudes toward self-management practices in communities with type 2 diabetes mellitus. The research design used in this study was cross-sectional with 107 respondents with type 2 diabetes in Depok who were selected using a cluster sampling technique. The research instruments used included the Diabetes Knowledge Test (DKT), modified Diabetes Attitude Scale (DAS), and Diabetes Self-Management Questionnaire (DSMQ). The results of statistical analysis show that there is a significant positive correlation between knowledge (r = 0.549; p < 0.01) and attitude (r = 0.465; p < 0.01) toward diabetes mellitus self-management. These findings emphasize the importance of developing health education and counseling programs regarding diabetes self-management by conducting an initial evaluation of the characteristics of diabetics so that the program that will be designed can be more effective and appropriate to the level of understanding and needs of diabetics."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library