Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abdul Latif
"Tekanan formasi atau sering disebut dengan formation pressure atau pore pressure merupakan salah satu obyek yang menarik untuk dipelajari, karena dari sini kita bisa menganalisis suatu reservoar, baik untuk menentukan kontak antara beberapa fluida yang berbeda (minyak-gas, minyak-air, atau air-gas), maupun untuk menganalisa lapisan penyekat dan juga kemungkinan ada tidaknya hubungan antara reservoarreservoar yang saling berdekatan. Pada kegiatan pengeboran (drilling), tekanan formasi digunakan sebagai analisa awal yang sangat penting untuk menyiapkan lumpur pemboran dan juga menentukan letak casing. Kegagalan dalam menganalisa tekanan formasi lapisan, akan berakibat fatal dan bisa menyebabkan semburan liar atau biasa disebut blow out, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap biaya operasional di lapangan.
Sampai hari ini, tekanan formasi hanya bisa dideteksi dengan akurat jika dilakukan pengukuran secara langsung pada sumur dengan menggunakan peralatan logging. Tentu saja hasilnya sangat terbatas hanya pada titik sumur tersebut, dan tidak bisa dipakai untuk prediksi tekanan secara mendatar. Kekurangan ini bisa diatasi dengan menggunakan data seismik permukaan, yang meskipun mempunyai kelemahan resolusi ke arah vertikal, tetapi mempunyai kelebihan ke arah horisontal. Adapun atribut seismik yang akan dimanfaatkan untuk melakukan prediksi tekanan formasi adalah kecepatan gelombang seismik (seismic velocity), yang merupakan hasil dari analisa kecepatan untuk koreksi NMO (normal moveout correction).
Metode Bower (Kelly, 2005) digunakan dalam perhitungan prediksi tekanan bawah permukaan, dimana sumur tersebut mempunyai data-data densitas, kecepatan gelombang P (P-wave sonic) maupun tekanan formasi yang diperoleh selama pengeboran. Selanjutnya, dari data sumur tersebut dilakukan perhitungan parameterparameter hubungan antara: 1) Kecepatan dan densitas batuan, 2) Tekanan dan kecepatan gelombang seismik. Untuk mendapatkan prediksi tekanan secara mendatar, digunakan data Vrms (kecepatan rms) sebagai hasil dari koreksi NMO, yang selanjutnya dikonversikan ke kecepatan interval. Mengingat keterbatasan resolusi vertikal pada data seismik pantul, maka agar diperoleh hasil yang lebih akurat, dilakukan kalibrasi menggunakan data kecepatan gelombang P dari checkshot atau VSP pada sumur-sumur yang dilewati oleh lintasan seismik.
Penelitian ini telah membuktikan bahwa kecepatan gelombang seismik bisa digunakan untuk prediksi tekanan formasi dengan pendekatan metode Bower. Dimana hasilnya bisa dimanfaatkan untuk memprediksi tekanan bawah permukaan secara regional, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan sebelum melakukan pengeboran.

Formation pressure, also commonly known as pore pressure, has become one of the most interesting fields in hydrocarbon exploration and production in order to characterize a reservoir, whether to determine the contact level between different fluid phases (such as oil-gas, oil-water, or gas-water contact), or to analyze the sealing and connectivity within compartmentalized reservoirs. In a drilling process, formation pressure is employed as an important initial analysis tool to choose the type of drilling mud that is going to be used, and also to determine the casing points in order to avoid formation overpressure. Failure in analyzing the formation pressure, could cause fatalities such as blowout and impact the total operational cost of a field.
To date, accurate detection of formation pressure can only be achieved from well measurements. This results in limited areas of measurement and lack of information in the lateral direction. This limitation can be overcome by employing seismic data that have laterally good coverage, although significantly lower vertical resolution compared to well data. Seismic attribute used to laterally estimate the formation pressure is the stacking velocity field obtained from velocity analysis that was used to perform normal moveout (nmo) correction the seismic data.
Bower's method (Kelly, 2005) is used in formation pressure estimation based on wells that have density and P-wave sonic logs; and formation pressure information that were recorded during the drilling process. Based on these data, a set of calculation is performed to derive the relation between: 1) Velocity and density of the formation, and 2) Pressure and the seismic velocity. Laterally distributed rms velocity (Vrms) from the stacking velocity field is then converted into interval velocity (Vint) in order to relate it with laterally distributed pressure. Due to the low-resolution nature of the seismic velocity, calibration to the wells using checkshot and VSP was performed to obtain a more accurate estimation.
The work outlined in this thesis shows that seismic velocity can be used to estimate formation pressure by incorporating Bower?s method. Formation pressure obtained from seismic velocity can be utilized to estimate regional formation pressure in drilling decisions.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
T21136
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Athur Fathan
"ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dan memetakan klasifikasi susunan material geologis pada sebagian area Klaten dan Gunung Kidul, Jawa Tengah. Penentuan dan pemetaan klasifikasi susunan material geologis tersebut sangat membantu dalam proses analisa seismisitas pada area tersebut. Ada 12 (dua belas) titik yang dijadikan tempat pengambilan data yang tersebar pada area penelitian.

Penelitian ini menggunakan perangkat mikrotremor yang digunakan untuk mengambil data kecepatan gelombang geser (Vs) yang kemudian digunakan untuk menentukan kedalaman batuan dasar teknik (engineering bedrock) sehingga lebih lanjut dapat menghasilkan gambaran analisis seismisitas pada area penelitian yang ditampilkan dalam tampilan mikrozonasi.


ABSTRACT

This study aims to determine and map the classification of geological material arrangement in parts of Klaten and Gunung Kidul, Central Java. Determining and mapping the classification of the geological material arrangement is very helpful in processing the seismicity analysis in the area. There are 12 (twelve) points that used to collect data scattered in the research area.

This study used a microtremor device to extract shear wave velocity data (Vs) which is used to determine the depth of the engineering bed rock so that it can further produce an overview of seismicity analysis in the research area displayed in microzonation view.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T51796
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fentya Yumna Cahyani
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi kecepatan gelombang S sehingga dapat mengidentifikasi zona lemah pada zona produksi underground Grasberg Block Cave (GBC) dengan menggunakan metode Ambient Noise Tomography (ANT). Data yang digunakan berasal dari 11 sensor mikroseismik dengan frekuensi 15 Hz. Penelitian dilakukan dengan membandingkan data Ambient Noise Tomography (ANT) setelah 16 hari dilakukan proses produksi, yaitu data pada tanggal 1 April 2019 dengan data pada tanggal 16 April 2019. Selain mengkarakterisasi kecepatan gelombang S, hasil dari metode ANT ini dapat digunakan untuk melihat bahaya seismik jangka pendek dan jangka panjang pada tambang underground Grasberg Block Cave (GBC). Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penulis mendapati terdapatnya perubahan kecepatan gelombang shear yang cukup besar pada zona produksi sebagai akibat dari proses penambangan pada area caving PB 1 tambang underground Grasberg Block Cave (GBC) yang berpotensi menyebabkan rockbrust.

This research aims to characterize the S wave velocity for identify a weak zones in the production zone of the Underground Grasberg Block Cave (GBC) using the Ambient Noise Tomography (ANT) method. This research uses data from 11 microseismic sensors with a frequency of 15 Hz. The research was conducted by comparing the Ambient Noise Tomography (ANT) data after 16 days of the production process, that is data on April 1, 2019 with data on April 16, 2019. Apart from characterizing the speed of the S wave, the results of the ANT method can be used to see short-term and long-term seismic hazards at the Grasberg Block Cave (GBC) underground mine. Based on the research, the results show a large change in shear wave velocity in the production zone due to the mining process in the PB 1 caving area of the Grasberg Block Cave (GBC) underground mine and has the potential for rockbrust.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sadam Reva Fahlevi
"Penelitian terkait penentuan nilai Peak Ground Acceleration melalui perhitungan Ground Motion Prediction Equatio (GMPE) penting untuk dilakukan mengingat belum meratanya persebaran alat accelograph yang digunakan untuk mengukur nilai PGA di suatu wilayah. Dalam penelitian mengenai tingkat risiko gempa bumi di Indonesia, seringkali mengandalkan persamaan yang telah dikembangkan untuk wilayah lain di luar negeri, dengan anggapan bahwa kondisi geologi dan tektoniknya mirip dengan kondisi yang ada di suatu wilayah di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan hasil perhitungan dan persamaan empiris PGA berdasarkan data pengukuran alat accelerometer yang ada di area kampus Universitas Indonesia (UI). Penelitian ini menggunakan analisis dari data hasil perhitungan pada enam persamaan empiris yang memiliki parameter kecepatan gelombang geser (𝑉𝑆) untuk dilakukan modifikasi pada persamaan empiris yang memiliki nilai residual (error) terkecil pada masing-masing kategori kegempaan terhadap data pengukuran di alat accelerometer. Modifikasi dari persamaan empiris tersebut bertujuan untuk membentuk model yang memiliki akurasi perhitungan yang paling efektif berdasarkan data kegempaan yang ada. Nilai kecepatan gelombang geser tersebut didapatkan dari akuisisi nilai 𝑉𝑆 menggunakan metode Multichannel Analysis Surface Wave (MASW). Hasil menunjukkan bahwa persamaan empiris Chiou-Youngs NGA (2014) untuk kategori gempa dangkal dan persamaan empiris BC Hydro (2012) untuk kategori gempa subduksi memiliki perhitungan dengan nilai error terkecil dibandingkan dengan persamaan empiris lainnya di masing-masing kategori. Berdasarkan hasil dari modifikasi persamaan, didapatkan pengaruh dari tingginya nilai magnitudo dan kecilnya jarak hiposenter kegempaan mempengaruhi tingginya nilai error pada perhitungan nilai PGA menggunakan persamaan empiris. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai perhitungan nilai percepatan tanah puncak yang ideal pada lokasi penelitian dan sekitarnya.

Research on determining Peak Ground Acceleration (PGA) values through Ground Motion Prediction Equation (GMPE) calculations is crucial given the uneven distribution of accelerograph instruments used to measure PGA in a region. In studies on earthquake risk levels in Indonesia, equations developed for other regions abroad are often relied upon, assuming that the geological and tectonic conditions are similar to those in certain areas in Indonesia. This research aims to optimize the calculation results and empirical PGA equations based on measurement data from accelerometers located on the University of Indonesia (UI) campus. This study uses analysis from the calculation data on six empirical equations that include the shear wave velocity (𝑉𝑆) parameter to modify the empirical equation with the smallest residual (error) value in each seismicity category against the measurement data from accelerometer instruments. The modification of these empirical equations aims to form a model with the most effective calculation accuracy based on the existing seismic data. The shear wave velocity values are obtained from V_S acquisitions using the Multichannel Analysis Surface Wave (MASW) method. The results show that the Chiou-Youngs NGA (2014) empirical equation for shallow earthquakes and the BC Hydro (2012) empirical equation for subduction earthquakes have the smallest error values compared to other empirical equations in their respective categories. Based on the results of the equation modifications, it was found that high magnitude values and short hypocenter distances significantly influence the high error values in the PGA calculation using empirical equations. The results of this study are expected to be used as an ideal peak ground acceleration calculation for the research location and its surroundings."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Jovanka Mayske Agatha
"Kota Surabaya memiliki potensi bahaya amplifikasi yang disebabkan dari aktifitas tektonik akibat adanya dua segmen Sesar Kendeng yaitu Segmen Surabaya dan Segmen Waru. Penelitian ini dilakukan di bagian barat Kota Surabaya dengan menerapkan metode mikrotremor array yaitu Autokorelasi Spasial (SPAC), dengan delapan titik tengah (base) yang telah ditentukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan kondisi struktur batuan bawah permukaan di bagian barat Kota Surabaya yang berpotensi menyebabkan amplifikasi menggunakan metode mikrotremor array. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer hasil akuisisi lapangan dengan metode mikrotremor array konfigurasi equilateral triangle yang dikumpulkan oleh BMKG pada tahun 2020 dan 2023. Metode SPAC memanfaatkan korelasi spasial antara kecepatan gelombang mikrotremor pada berbagai titik pengamatan untuk mengidentifikasi struktur bawah permukaan. Metode SPAC mampu menunjukkan variasi nilai kecepatan gelombang geser (Vs) dan kedalaman bedrock engineering di setiap titik pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode mikrotremor array dengan konfigurasi equilateral triangle efektif digunakan untuk mengestimasikan struktur bawah permukaan di bagian barat Surabaya, yaitu struktur perlipatan antiklin sinklin, serta identifikasi awal adanya sesar naik yang merupakan mekanisme dari Sesar Kendeng Segmen Surabaya.

Surabaya city faces potential amplification hazards due to tectonic activities resulting from the presence of two Kendeng Fault segments, namely the Surabaya Segment and the Waru Segment. This study was conducted in the western part of Surabaya city, employing the microtremor array method, specifically Spatial Autocorrelation (SPAC), with eight predetermined base points. The objective of this research is to depict the subsurface rock structure conditions in the western part of Surabaya that may lead to amplification using the microtremor array method. The data utilized in this study are primary field acquisition results with the equilateral triangle configuration of the microtremor array, collected by BMKG in 2020 and 2023. The SPAC method leverages spatial correlation between microtremor wave velocities at various observation points to identify subsurface structures. The SPAC method is capable of indicating variations in shear wave velocity (Vs) values and bedrock engineering depth at each observation point. Research findings reveal that the microtremor array method with an equilateral triangle configuration is effective in estimating subsurface structures in the western part of Surabaya, specifically, anticline syncline folding structures, and provides an initial identification of an reverse fault, which is a mechanism of the Surabaya Segment of the Kendeng Fault.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Qurniawan
"Penerapan ilmu evaluasi tak merusak saat ini tidak hanya berkisar pada proses pendeteksian dan evaluasi jenis cacat dari suatu material, akan tetapi lebih jauh lagi ilmu ini telah mencapai sualu tingkatan evaluasi sifat dan perilaku suatu material. Hal ini berkembang didasarkan alas fakta bahwa material yang relatif pada awalnya bebas cacat bias juga mengalami degradasi sifat fisik yang disebabkan oleh kondisi pemakaian ataupun kondisi lingkungan. Sebagai contoh adalah adanya perbedaan besar butir yang terlalu ekstrim antara daerah lasan dan logam induk yang dapat menyebabkan daerah lasan semakin reman terhadap serangan k orosi.
Salah satu metode untuk mengevaluasi kondisi degradasi material yang berpengaruh langsung terhadap kondisi orfologi dan srutktur mikro material baja adalah pengtujian ultrasonik. Dari sekian banyak variable kondisi morfologi dan struktur mikro salah satunya adalah ukuran butir. Perbedaan ukuran butir dapat dilakukkan oleh uji ultrasonik dalam bentuk perbedaan kecepatan gelombang dan koefisien atemasi gelombang ultrasonik.
Pada penelitian ini dibuat beberapa benda uji sebagai model material dengan variasi ukuran butir tertentu, dimana untuk hal itu digunakan material baja AISI 1017 yang melalui proses perlakuan panas yang berbeda. Pengujian ultrasonik pada benda uji dilakukan dengan metode gema-pulsa dan menggunakan probe normal 4 MHZ berdiameter transducer 10 m.
Dari penelitian didapatkan bahwa dengan semakin besarnya ukuran butir baja AISI 1017 mengakibatkan kecepatan gelombnag longitudinal dan koefisien atenuasi gelombang ultrasonic yang melaluinya semakin tinggi. Secara kuantitatif dapat dilihat dimana sampel dengan diameter rata-rata butir 15,8 μm mengakibatkan kecepatan gelombang longitudinal ultrasonic sebesar 5907 m/det dan koefisien atemuasi gelombang ultrasonic 50 dB/m. bertambahnya diameter rata-rata butir diikuti dengan bertambahnya nilai kedua besaran tersebutt, sehingga pada sampel dengan diameter rata-rata butir terbesar yaitu 26,7 μm mengakibatkan kecepatan gelombang sebesar 5930 m/det dan koefisien atemasi sebesar 78 dB/m. selanjutnya dari grafik dapat dikatakan bahwa kecenderungan hubungan anatara diameter butir ? ecepatan gelombang dan hubungan diameter butir ? kecepatan gelombang dan hubungan diameter butir ? koefisien atemasi adalah bersifat linier."
2000
S41497
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Kurniawan
"Pemodelan fisika batuan pada reservoir karbonat menjadi tantangan utama untuk mengkarakterisasi reservoir karbonat karena tipe pori batuan dan permeabilitas yang kompleks. Pada penelitian ini, dilakukan prediksi kecepatan gelombang shear untuk mengkarakterisasi dan mengidentifikasi fluida pada reservoir reefal karbonat Formasi Tuban, Cekungan Jawa Timur. Prediksi kecepatan gelombang shear dilakukan menggunakan beberapa metode, yaitu metode empiris, metode Greenberg-Castagna, metode Gassmann, dan metode Xu-Payne. Hasil dari penelitian ini metode Xu-Payne adalah metode yang paling baik dalam memprediksi kecepatan gelombang shear pada reservoir karbonat karena diperhitungkannya tipe pori pada metode ini. Tipe pori dan volume mineral memberikan efek yang lebih dominan dibanding efek substitusi fluida karena tingginya modulus elastik pada reservoir karbonat.

Rock physics modeling on carbonate reservoir become main challenge to characterize carbonate reservoir due to complex rock pore system and permeability. In this study, shear wave velocity prediction has been done to characterize and to identify fluid content in reefal carbonate reservoir on Tuban Formation, East Java Basin. Shear wave velocity prediction has been done using some methods; there are empirical method, Greenberg-Castagna method, Gassmann method, and Xu-Payne method. Result of this study is the Xu-Payne method is the best method to predict shear wave velocity on carbonate reservoir because it calculated pore type. Pore type and mineral volume parameters give more dominant effect than fluid substitution because of highly elastic modulus on carbonate reservoir."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S54843
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Ariyanto
"ABSTRAK
Jawa bagian tengah merupakan salah satu bagian dari Busur Sunda yang mempunyai zona subduksi yang sangat aktif. Aktivitas tumbukan lempeng telah membangkitkan beberapa bencana alam, seperti: gempabumi, tsunami dan gunung meletus yang banyak menelan korban jiwa. Penelitian ini bertujuan untuk: 1 mengetahui struktur kerak bumi Jawa bagian tengah, dilihat dari: ketebalan kerak, rasio Vp/Vs dan model kecepatan gelombang S, serta 2 mengidentifikasi keberadaan zona kecepatan rendah dan slab subduksi. Metode yang dilakukan adalah dengan melakukan analisis fungsi penerima dari data teleseismik yang terekam pada 10 sensor broadband 3 komponen dari jaringan seismograf BMKG Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika dan 64 sensor short period 3 komponen dari jaringan MERAMEX MERapi AMphibious EXperiment terpilih di Jawa bagian tengah. Model kecepatan gelombang S dan rasio Vp/Vs di bawah stasiun didapatkan dengan melakukan inversi fungsi penerima menggunakan metode non-linear Algoritma Neighbourhood NA . Model kecepatan lokal hasil NA dari penelitian ini digunakan untuk memigrasikan amplitudo fungsi penerima ke kedalaman. Ketebalan kerak bumi di Jawa bagian tengah bervariasi dari 19 km hingga 60 km dan relatif lebih tebal di bawah busur pegunungan sebagai kompensasi massa dari isostasi. Zona kecepatan rendah dapat diidentifikasi pada kedalaman 10-25 km di bagian Selatan Jawa bagian Tengah berkaitan dengan aktivitas geotermal dari gunung api aktif Merapi-Lawu Merapi Lawu Anomaly . Zona kecepatan rendah juga terdapat pada kedalaman lebih dari 100 km dan berkaitan dengan lelehan parsial yang naik dari slab subduksi dan bermigrasi mengisi kantong magma gunung api di Jawa Tengah. Keberadaan Slab Subduksi Indo-Australia dengan cukup baik dapat digambarkan dari fase konversi Ps beberapa stasiun seismik. Kedalaman slab sekitar 100-120 km di Selatan Jawa Tengah dan menukik cukup tajam di bagian Tengah hingga ke agak Utara pada kedalaman 200-220 km. Terdapat ketidakmenerusan slab di Utara Jawa tengah kemungkinan berasosiasi dengan adanya lubang pada slab yang didukung beberapa penelitian sebelumnya. Keberadaan Fragmen Benua Gondwana yang memberikan fase konversi Ps kuat di bawah Moho berada pada kedalaman 40-50 km dan mengobduksi kerak yang berada di bawah batuan dasar Zona Pegunungan Selatan Jawa mengakibatkan kompresi dan lipatan pada zona ini.

ABSTRACT
Central Java as a part of the Sunda Arc has a very active subduction zone. Plate collision activity has generated several natural disasters, such as earthquakes, tsunamis and volcano eruptions caused many casualties. This study aims to 1 to know the characteristic of crustal structure in Central Java crustal thickness, Vp Vs ratio and S wave velocity models, and 2 to identify the presence of low velocity zones and subduction slabs. The method was using receiver function analysis of teleseismic data recorded on 10 broadband three component seismometers from BMKG network Meteorology, Climatology and Geophysics Agency and 64 selected short period three component seismometers from MERAMEX MERapi AMphibious EXperiment network at Central Java. The inversion was performed using non linear Neighborhood Algorithm NA . The local velocity model of NA was used to migrate the amplitude of the receiver function to depth. The thickness of the earth rsquo s crust in Central Java is between 19 to 60 km and relatively thicker under the volcanic arc as the mass compensation of isostation. The low velocity zone can be identified at depth 10 to 25 km in the Southern part of Central Java that is related to the geothermal activity of Mt. Merapi Lawu Merapi Lawu Anomaly . The low velocity zone also exist at depth over 100 km and is associated with partial melting of subduction slab. The presence of Indo Australian subduction slab can be observed from the Ps conversion phase of several station. The depth of the top slab is at depth of about 100 to 120 km in the South of Central Java and steeper to the North at depth of about 200 to 220 km. There is a gap of slab in northern Central Java which associated with tearing of slab supported by previous studies. While the presence of Gondwana Continental Fragment is at depth of about 40 to 50 km in the Southern Mountain of Java resulted in compression and folding in this zone."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T51084
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adzkia Azzahra
"Pulau Jawa merupakan wilayah seismik aktif karena merupakan bagian dari Busur Sunda yang terletak di atas penunjaman antara Lempeng IndoAustralia terhadap Lempeng Eurasia. Khususnya di Jawa Timur, data terbaru maupun catatan sejarah mengatakan bahwa aktivitas gempa di Jawa Timur termasuk sangat aktif. Penelitian ini menggunakan tomografi double-difference untuk mencitrakan struktur kecepatan seismik 3D gelombang P dan S yang berkaitan dengan pola tektonik akibat zona subduksi. Data yang digunakan berasal dari katalog gempa dan katalog waktu tiba gelombang milik BMKG dengan periode perekaman dari 1 Januari 2020 hingga 31 Januari 2023. Terdapat 1.816 dari total 1.831 yang berhasil terelokasi. Proses inversi menunjukkan berkorelasi positif dengan keberadaan Cekungan Jawa Timur Utara berdasarkan seragamnya zona kecepatan rendah di area yang tersusun atas endapan dan batuan sedimen tersebut. Terdapat anomali kecepatan rendah yang diduga disebabkan oleh aktivitas magmatis di sepanjang rangkaian pegunungan berapi Jawa Timur, juga berasosiasi dengan aktifitas sesar lokal yakni Sesar Kendeng.

Java Island is an active seismic region as it is part of the Sunda Arc, located above the subduction zone between the Indo-Australian Plate and the Eurasian Plate. Specifically in East Java, both recent data and historical records indicate high seismic activity. This study utilizes double-difference tomography to image the 3D seismic velocity structure of P and S waves related to tectonic patterns resulting from subduction zones. The data used is derived from the earthquake catalog and wave arrival time catalog owned by BMKG, covering the recording period from January 1, 2020, to January 31, 2023. Out of a total of 1,831 events, 1,816 were successfully relocated. The inversion process shows a positive correlation with the presence of the North Java Basin, indicated by a consistent low-velocity zone in the area composed of sedimentary deposits and rocks. Low-velocity anomalies are suspected to be caused by magmatic activity along the volcanic mountain range of East Java, also associated with local fault activity, the Kendeng Fault."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardana Rahadiyan Darojat
"Selat Sunda terletak diantara dua struktur subduksi yang berbeda yaitu subduksi miring pada bagian barat daya Sumatera serta subduksi normal pada bagian se- latan Jawa. Selat Sunda dan sekitarnya juga dilalui oleh jalur cincin gunung api aktif. Hal tersebut membuat keberagaman struktur geologi serta vulkanik di bawah selat sunda dan sekitarnya menjadi penting untuk dipahami untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kejadian gempa di masa mendatang. Pada penelitian kali ini digunakan tomogra kecepatan seismik 3D untuk mencitrakan bawah permukaan Pada wilayah barat Jawa, khususnya pada Selat Sunda hingga kedalaman 150 km. Data waktu tempuh gelombang P dan S dari periode April 2009 hingga Desember 2021 sejumlah 1418 event gempa dengan minimal 15 fase dengan magnitudo M >3 digunakan untuk mendapatkan citra tomogram Vp, Vs, dan Vp/Vs. Proses inversi dan relokasi hiposenter dilakukan menggunakan SIMULPS12 dengan algoritma to- mogra waktu tempuh. Tomogra waktu tempuh berhasil mencitrakan perubahan kecepatan yang signi kan pada struktur geologi yang berpotensi menjadi sumber gempa seperti lempeng subduksi, struktur vulkanik, serta zona seismogenic lain- nya. Pelelehan sebagian (partial melting) pada bawah Gunung Sekincau, Krakatau, Prakasak, serta kompleks Gunung Salak dan Guntur berhasil tercitrakan dengan anomali kecepatan P dan S yang rendah serta nilai rasio Vp/Vs yang tinggi. Lem- peng subduksi Indo-Australia dengan Eurasia juga terlihat sebagai anomali peruba- han kecepatan P dan S yang tinggi.

The Sunda Strait is located between two different subduction structures: oblique subduction in southwestern Sumatra and normal subduction in southern Java. The Sunda Strait and surrounding areas are also traversed by an active volcanic ring. This makes the diversity of geological and volcanic structures under the Sunda Strait and surrounding areas important to understand to increase awareness of fu- ture earthquake events. In this study, 3D seismic velocity tomography is used to image the subsurface in the western region of Java, especially in the Sunda Strait to a depth of 150 km. P and S wave travel time data from April 2009 to December 2021 totaling 1418 earthquake events with at least 15 phases with magnitudes of M >3 are used to obtain Vp, Vs, and Vp/Vs tomogram images. The inversion process and hypocenter relocation were performed using SIMULPS12 with the traveltime tomography algorithm. Travel-time tomography successfully imaged signi cant ve- locity changes in geological structures that are potential earthquake sources such as subduction plates, volcanic structures, and other seismogenic zones. Partial melt- ing beneath Mount Sekincau, Krakatau, Prakasak, and the Mount Salak and Guntur complexes was successfully imaged with low P and S velocity anomalies and high Vp/Vs ratio values. The Indo-Australian subduction plate with Eurasia is also seen as low anomalous changes in P and S Velocity."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>