Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Hudzaifah
Abstrak :
Daerah Kradenan, Jawa Tengah telah terbukti menghasilkan gas dengan dilakukannya pengeboran terhadap sumur HZ-1 pada formasi Kujung yang merupakan batuan karbonat buildup. Keberadaan gas ini dapat dipelajari dengan mengamati perubahan amplitudo terhadap offset atau disebut juga sebagai analisis AVO. Analisis AVO dapat membuktikan terdapatnya anomali amplitudo pada formasi Kujung khususnya pada daerah disekitar sumur HZ-1.
Pada batuan karbonat kecepatan seismik cenderung merambat melalui matriks batuan daripada melalui pori-pori batuan. Keadaan ini mengakibatkan ketidaksensitifan kecepatan seismik pada zona reservoir. Ketidaksensitifan Vp dan Vs pada batuan karbonat dapat diatasi dengan menurunkan attribut lamda mu rho (LMR) dengan inversi AVO. Attribut lamda rho sensitif terhadap fluida batuan sedangkan attribut mu rho sensitif terhadap litologi batuan. Dengan melakukan analisa terhadap beberapa attribut AVO persebaran reservoir gas daerah Kradenan dapat diperkirakan.
Kradenan area at Center of Java has proven produce gas by the drilled well HZ-1 in Carbonate buildup, Kujung formation. The gas existence will be able to studied, by observing amplitude variation with offset or named as AVO analysis. AVO analysis can show amplitude anomaly at Kujung formation especially in the area around well HZ-1.
Seismic velocities in carbonate rocks lean to propagate across matrix of rock than propagate across pore space of rock. Consequence of this situation is seismic velocities (Vp and Vs) in reservoir zone become insensitive. The insensitively of Vp and Vs could be solved with creating lamda rho and mu rho attributes (LMR) by AVO inversion. Lamda rho attribute sensitive to fluid filled rock, while mu rho attribute sensitive to rocks lithology. With analyzing several AVO attributes, the gas reservoir delineation at Kradenan area may estimated.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S29026
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Yogi Andrian Sidiyanto
Abstrak :
Erupsi gunung api merupakan salah satu bencana alam yang umum terjadi di Indonesia dan telah memakan korban jiwa serta kerugian yang cukup besar. Oleh karena dampak yang mungkin terjadi dari erupsi cukup besar, maka perlu dilakukan pemantauan yang berkelanjutan pada gunung api. Adanya aktivitas gunung api akan mengubah kondisi fisik medium batuan sehingga parameter fisis kecepatan gelombang seismik dan amplitudonya akan berubah. Pengaruh terhadap kecepatan gelombang seismik dan amplitudo dapat dipantau melalui analisis variasi kecepatan semu dengan ambient seismic noise dan Realtime Seismic Amplitude Measurement (RSAM). Pada studi kasus di Gunung Agung Bali pada periode 2017-2019 terdapat tiga rentang waktu yang menunjukkan adanya aktivitas gunung api yang ditandai dengan adanya penurunan pada nilai kecepatan seismik serta peningkatan pada nilai amplitudo. Perubahan pada nilai kecepatan serta amplitudo disebabkan oleh adanya tekanan dari aktivitas magmatik sehingga akan menyebabkan stress dan/atau teraktifkannya rekahan (crack) pada medium. Sehingga, dengan mengetahui adanya perubahan pada nilai kecepatan seismik dan amplitudo dapat dijadikan indikator terjadinya peningkatan aktivitas vulkanik dan sebagai prekursor sebelum terjadinya erupsi.
Volcanic eruption is one of the most common natural disasters in Indonesia and has taken significant casualties and losses. Because the impact of the eruption was quite large, ongoing volcano monitoring was carried out. The existence of volcanic activity will change the physical condition of the rock medium so that the physical parameters such as seismic wave velocity and amplitude will change. The effect on seismic wave velocity and amplitude can be monitored through apparent velocity variation analysis with ambient seismic noise and Realtime Seismic Amplitude Measurement (RSAM). In the case study on Gunung Agung Bali in the period of 2017-2019, there were three time periods that showed the existence of volcanic activity which was marked by a decrease in the seismic velocity value and an increase in the amplitude value. Changes in the velocity and amplitude values are caused by pressure from magmatic activity that will cause stress and / or crack activity on the medium. Thus, knowing changes in seismic velocity and amplitude values can be used as indicators of an increased in volcanic activity and as precursors before an eruption.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Naibaho, Gresshia Ela Delima
Abstrak :
Beberapa kegagalan dalam eksplorasi minyak dan gas disebabkan adanya kesalahan interpretasi akibat adanya efek artefak yang terbentuk akibat faktor kecepatan pada lapisan karbonat zona dangkal. Salah satu daerah dengan lapisan karbonat di dangkal ada di lapangan “Groot” di offshore selatan Cekungan Kutai, Kalimantan Timur, Indonesia. Untuk mengoreksi efek artefak akibat faktor kecepatan pada lapisan karbonat dibutuhkan pemodelan kecepatan dengan baik berdasarkan model geologi. Pemodelan dilakukan menggunakan pemodelan seismik dengan membandingkan tiga metode pemetaan kecepatan seismik yaitu metode Single function yang menggunakan variasi kecepatan secara vertikal dan 3D Grid Velocity Model yang menggunakan variasi kecepatan secara lateral dan vertikal. Metode 3D Grid Velocity Model dimodelkan menggunakan dua jenis kecepatan yaitu kecepatan rata-rata dan kecepatan interval. Perbandingan nilai residual ketiga model peta menghasilkan nilai residual single function yang terbesar, sedangkan nilai residual 3D grid kecepatan rata-rata yang terkecil sehingga model peta yang terbaik adalah peta 3D grid kecepatan rata-rata. Kemudian dilakukan perhitungan estimasi Gross bulk volume (GBV) pada masing-masing model peta diperoleh nilai GBV single function yang terbesar sedangkan nilai GBV 3D grid kecepatan rata-rata yang terkecil.
......Several failures in oil and gas exploration were due to misinterpretation caused by the effect of artifacts formed under the influence of the velocity factor in the shallow zone of carbonate layers. “Groot” field is one of the areas with a shallow carbonate layer located on the southern offshore of the Kutai Basin, East Kalimantan, Indonesia. To correct the effect of artifacts due to velocity factors affecting the carbonate layer, a good velocity modeling based on geological model is necessary. Modeling is done using seismic modeling by comparing three seismic velocity mapping methods, namely the Single function method which uses vertical velocity variations and the 3D Grid Velocity Model which uses lateral and vertical velocity variations. The 3D Grid Velocity Model method is modeled using two types of velocity, namely the average velocity and the interval velocity. The comparison of the residual values of the three map models shows the largest residual value under the Single Function model, meanwhile 3D grid residual value shows the smallest average velocity. It is later concluded that the best map model is produced using the average velocity 3D grid map. The calculation of estimated Gross Bulk Volume (GBV) is later adopted on each map model; obtaining the largest GBV value for the Single Function model, while 3D grid model bears the opposite result.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library