Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadia Dwinta
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas meiigenai makna dan fungsi prefiks o. Tujuan dari penelitian ini yakni menganalisis dan mengklasifikasikan prefiks o pada kata benda. Penelitian ini menggunakan sumber data novel anak Koe No Denai Baku To Marisan No Isshukan karya Matsumoto Satomi. Dalam proses analisis tidak hanya dilakukan kajian secara internal saja namun juga menggunakan kajian secara ekstemal dengan pendekatan sosiolinguistik. Data dianalisis menggunakan komponen SPEAKING Dell Hymes dan konsep iichi-soto oleh Nakane Chie. Hasil dari penelitian ini ditemukan 2 data prefiks o bennakna sonkeigo dan 5 data prefiks o bermakna bikago. Selain itu dapat dilihat pemahaman mengenai pembentukkan dan makna kata juga diperlukan dalam penentuan makna prefiks o pada kata benda.
ABSTRACT
This research discussed about the meaning of prefix o. The purpose of this research is to analyze and classify the prefix o on nouns. This research used a novel titled Koe No Denai Baku To Marisan No Isshukan by Matsumoto Satomi as the data. In the analysis process, researcher not only analyze internally but also externally by using sociolinguistic approach. The data was analyzed by using speaking component by Dell Hymes and uchi-soto concept by Nakane Chie. As result of this research, it was found that 2 datas have sonkeigo meaning and 5 datas have bikago meaning. Other than that, we could see that an understanding about composing process and meaning of word also needed in deciding prefix o meaning on nouns.
2017
S70246
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herannika Dewati
Abstrak :
Seperti bahasa dan bangsa lain di dunia, Jepang juga memiliki budaya dan bahasa yang unik. Bahasa Jepang memiliki honorifik yaitu ragam hormat pada sistem bahasanya, yang disebut keigo. Keigo terdiri dari tiga jenis yaitu teineigo (ragam sopan) , kenjougo (ragam merendah), dan sonkeigo (ragam meninggikan). Keberadaan ragam hormat ini mempersulit pelajar asing mempelajari Bahasa Jepang. Pemelajar bingung kapan dan kepada siapa mereka harus menggunakan atau tidak menggunakan keigo. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan data percakapan yang dikumpulkan dari web-radio bernama Ito Kento to Nakajima Yoshiki ga Anata wo Muchuu ni Saseru Radio ~YumeRaji~. Dari hasil analisis data terlihat bahwa pertimbangan penggunaan ragam hormat paling banyak ditentukan berdasarkan hubungan penutur dengan mitra tutur. Pertimbangan pengalihan ragam bahasa didasari paling banyak oleh perubahan mitra tutur dengan lingkup yang berbeda dan posisi sosial penutur dalam kalimatnya. ......Just like other countries with their languages, Japan also has a unique cultures and language. Japanese have honorifics in their language system, called keigo. Keigo consists of three different forms called teineigo, kenjougo, and sonkeigo. This also increase the difficulty for non-native learners to learn Japanese. Many learners are confused as to when and to whom should they use or not use keigo to. The data used in this research is collected from a web-radio called Ito Kento to Nakajima Yoshiki ga Anata wo Muchuu ni Saseru Radio ~YumeRaji~. Usually, keigo were used to speak with outsiders and people with higher social status. In this manner, the main purpose whether to use keigo or not is to state the distance between speaker and listener. Keigo also often be used when receiving something, to show their gratitude to the giver. From the data collected, it shows that the speech style shifts are mostly determined by the scope of listener. The speech style shifts are usually caused by the change of listener with a different scope and the speaker’s social position in that sentence.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Elisa Carolina Marion
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam penelitian ini, penulis akan membahas mengenai fenomena penggunaan yakushokumeishoo dan keigo sebagai bagian dari kerangka honorifics yang dilihat dengan konsep power distance dalam komunikasi di perusahaan Jepang. Keigo yang dimaksud adalah penuturan bahasa sopan, atau bahasa hormat, sedangkan honorifics adalah dalam arti luas, merupakan suatu sistem komunikasi bahasa yang bermakna sopan, hormat dan merendahkan diri. Penulis membatasi penelitian pada pembahasan mengenai fenomena penggunaan Yakushokumeishoo dan Keigo sebagai bagian dari kerangka honorifics yang dilihat dengan konsep power distance dalam komunikasi di perusahaan Jepang, oleh karyawan perusahaan Jepang di daerah Kansai, Jepang. Dari kuisioner dan wawancara didapatkan hasil bahwa bentuk sapaan yang digunakan oleh karyawan terhadap atasan ketika berkomunikasi di dalam perusahaan adalah bentuk panggilan jabatan, nama keluarga+san. Dari hasil ini menunjukkan bahwa di Jepang sudah mulai terjadi perubahan terhadap penggunaan bentuk sapaan terhadap atasan, dari sebelumnya adalah panggilan jabatan, sekarang muncul panggilan biasa yaitu “-san”. Bentuk panggilan ini tidak berpengaruh terhadap jauh dekatnya jarak emosional dari bawahan terhadap atasan. Karyawan Jepang bisa menyampaikan pendapat dan ketidaksetujuan meskipun menggunakan panggilan jabatan. Sebaliknya ada pula responden yang menggunakan bentuk panggilan biasa yaitu nama keluarga+san namun mereka tidak bisa menyampaikan pendapat atau ketidaksetujuan terhadap atasan.
ABSTRACT
In this study, the authors will discuss about the phenomenon of the use of yakushokumeishoo and keigo, as part of the framework of honorifics that are seen with the concept of power distance in communications in the Japanese company. Keigo is a polite form in Japanese. And honorifics is in a broader sense, is a system of communication language which means polite, respectful and humble themselves. Authors restrict the discussion of research on the phenomenon of use of yakushokumeishoo and keigo as part of the framework of honorifics are seen with the concept of power distance in communication in Japanese companies, by employees of Japanese companies in the Kansai region, Japan. From questionnaires and interviews showed that the shape of address forms used by the employee to the superior when communicating in the office is address forms related with position, last name + san. This result shows that Japan have started a change to the use of address forms to the superior, from address forms related with position, now appear normal call is "-san". The shape of this address forms has no effect on emotional distance from subordinates to superiors. Japanese employees can express their opinions and disagreements despite using address forms which related with position. Instead there are also respondents who use form of the surname + san, but they could not express an opinion or disagreement to superiors.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fachril Subhandian
Abstrak :
Penelitian ini membahas variasi tuturan direktif Bahasa Jepang dalam surat elektronik oleh penutur jati kepada penutur non-jati Bahasa Jepang. Tujuan dari penelitian ini adalah memaparkan variasi tindak tutur direktif yang terdapat dalam surat elektronik. Data berupa surat elektronik yang berkaitan dengan pekerjaan, diperoleh dari penutur non-jati Bahasa Jepang (penutur jati Bahasa Indonesia) sebagai penerima pesan yang pernah menerima surat elektronik dari penutur jati Bahasa Jepang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan sosiolinguistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penutur jati Bahasa Jepang cenderung menyampaikan tuturan direktif dalam bentuk tidak langsung karena dilatarbelakangi oleh kesadaran identitas soto (luar kelompok) dan uchi (dalam kelompok) dalam masyarakat penutur jati Bahasa Jepang. ...... This research discusses variations of Japanese directive speech acts in e-mail by native Japanese speaker to non-native Japanese speaker. The purpose of this research is to describe variations of directive speech act which is written in e-mail. The data are e-mails that relates to the request for doing some works and were gained from non-native Japanese speaker who had received e-mails from native Japanese speaker. This research is a qualitative research using a Sosiolinguistics approach. The result of this research shows that native Japanese speakers tend to use indirect directive act because the subconsciousness of the native Japanese speaker of soto (outside group) and uchi (inside group).
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T41862
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library