Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Napitupulu, Elizhabet
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jarak sumber sinar Light Emitting Diode (LED) terhadap kekuatan tarik diametral resin komposit bulk-fill. Resin komposit bulk-fill Tetric® N-Ceram Bulk-Fill, shade IVA (setara dengan warna VITA A2-A3) dibuat menjadi 30 spesimen berbentuk silinder dengan ukuran tebal 3 mm dan diameter 6 mm. Spesimen dibagi menjadi 3 kelompok variasi jarak penyinaran, yaitu 0 mm, 3 mm dan 5 mm. Penyinaran menggunakan LED Light Curing Unit Bluephase® Style (Ivoclar-Vivadent, Liechtenstein) dengan durasi penyinaran selama 10 detik sesuai instruksi pabrik. Data dianalisis secara statistik menggunakan metode ANOVA satu arah. Hasil analisis tidak menunjukkan perbedaan bermakna (p>0,05) pada semua kelompok. Jarak sumber sinar LED ≤ 5 mm tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kekuatan tarik diametral resin komposit bulk-fill.
......This study aimed to evaluate the effect of LED light source distance on diametral tensile strength of bulk-fill composite restorative material. Bulk-fill composite Tetric® N-Ceram Bulk-Fill, shade IVA (equal to VITA shade A2-A3) was formed into 30 cylindrical specimens with 3 mm in thickness and 6 mm in diameter. Specimens were divided into 3 groups with various curing distance: 0 mm, 3 mm and 5 mm. All groups were polymerized by LED Light Curing Unit Bluephase® Style (Ivoclar-Vivadent, Liechtenstein) for 10 seconds based on manufacturer’s instruction. Data were statistically analyzed by one-way ANOVA The result showed insignificant differences in all groups (p>0,05). LED light source distance ≤ 5 mm was not significantly affected the diametral tensile strength of bulk-fill composite."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raudhea Vara Yulfa
"Terdapat beberapa material pengisi tulang yang digunakan hingga saat ini, namun memiliki kekurangan yaitu dapat terjadi transmisi penyakit dan jumlah yang terbatas. Untuk mengatasi kekurangan tersebut, dikembangkan material pengisi tulang sintetis berupa blok maupun granul yang berasal dari karbonat apatit (C-Ap). Karbonat apatit (C-Ap) dianggap sebagai material yang unggul karena sesuai dengan syarat ideal dari material pengisi tulang sintetis. Penelitian ini bertujuan untuk membuat blok karbonat apatit (C-Ap) menggunakan prekursor gipsum (CaSO4) melalui metode disolusi presipitasi dengan larutan 0,5 mol/L Na2CO3 dan 0,5 mol/L Na3PO4 serta larutan 1 mol/L Na2CO3 dan 1 mol/L Na3PO4 selama 48 jam dan 72 jam pada suhu 100oC dan juga bertujuan untuk mengetahui nilai kekuatan tarik diametral dari blok karbonat apatit (C-Ap) yang dihasilkan. Penelitian ini menggunakan 36 spesimen gipsum berdiameter 6 mm dan tinggi 3 mm yang dibagi menjadi 4 kelompok yaitu untuk disolusi presipitasi dengan larutan 0,5 mol/L Na2CO3 dan 0,5 mol/L Na3PO4 selama 48 jam; 1 mol/L Na2CO3 dan 1 mol/L Na3PO4 selama 48 jam; 0,5 mol/L Na2CO3 dan 0,5 mol/L Na3PO4 selama 72 jam; dan larutan 1 mol/L Na2CO3 dan 1 mol/L Na3PO4 72 jam. Pembentukan karbonat apatit (C-Ap) dikarakterisasi dengan melihat gugus fungsi C-Ap dengan alat ATR-FTIR (Thermo Fisher Scientific, Waltham, Massachussets, USA). Uji kekuatan tarik diametral dari spesimen yang dihasilkan menggunakan Universal Testing Machine (Shimadzu, Japan) dengan parameter crosshead speed 0,5 mm/menit dengan load 5 kN. Data kuat tarik diametral diuji statistik dengan One-way Anova dan Tukey HSD Post-Hoc untuk kemaknaan perbedaan antar kelompok. Hasil penelitian menunjukkan terbentuknya karbonat apatit (C-Ap) pada spesimen yang dibuat dengan dengan metode disolusi presipitasi dengan molaritas larutan yang lebih tinggi (1 mol/L) selama 48 jam dan 72 jam dan dengan nilai kekuatan tarik diametral yang lebih rendah dibandingkan kelompok spesimen yang dibuat dengan metode disolusi presipitasi pada molaritas larutan rendah (0,5 mol/L) selama 48 jam dan 72 jam. Terdapat perbedaan bermakna antar kelompok dari kelompok yang menggunakan metode disolusi presipitasi elama 48 jam 0,5 mol/L dan 72 jam 0,5 mol/L terhadap kelompok 48 jam 1 mol/L dan 72 jam 1 mol/L. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan molaritas larutan dan lama disolusi presipitasi berpengaruh pada pembentukan karbonat apatit dan kuat tarik diametralnya.
......There are several bone graft materials used today, but its disadvantages are transmission of disease and their limited amount available. Eventually, synthetic bone graft in the form of the blocks or granules were developed from carbonate apatite (C-Ap). Carbonate apatite (C-Ap) is considered a superior material because of its ideal condition as synthetic bone graft material. This study aims to develop carbonate apatite blocks (C-Ap) using gypsum as precursors (CaSO4) through dissolution precipitation method with 0,5 mol/L Na2CO3 dan 0,5 mol/L Na3PO4 and 1 mol/L Na2CO3 and 1 mol/L Na3PO4 for 48 hours and 72 hours at 100oC and also aims to determine the diametral tensile strength of carbonate apatite block (C-Ap) produced. This study uses 36 gypsum specimens of 6 mm in diameter and 3 mm in height, divided into 4 groups for the dissolution precipitation with a solution of : 0,5 mol/L Na2CO3 dan 0,5 mol/L Na3PO4 for 48 hours; 1 mol/L Na2CO3 and 1 mol/L Na3PO4 for 48 hours; 0,5 mol/L Na2CO3 and 0,5 mol/L Na3PO4 for 72 hours; and a solution of 1 mol/L Na2CO3 and 1 mol/L Na3PO4 for 72 hours. The formation of carbonate apatite (C-Ap) was characterized by ATR-FTIR (Thermo Fisher Scientific, Waltham, Massachusetts, USA). The diametral tensile strength were determined using Universal Testing Machine (Shimadzu, Japan) with a crosshead speed of 0,5 mm/min and load of 5 kN. Diametral tensile strength data were statistically tested using One-Way Anova and Tukey HSD Post-Hoc for the significance of differences between groups. The result showed that the formation of carbonate apatite (C-Ap) were developed in specimens made by dissolution precipitation method with higher molarity solution (1 mol/L) for 48 hours and 72 hours and with lower diametral tensile strength values compared to specimen groups made by dissolution precipitation method at low molarity solution (0,5 mol/L) for 48 hours and 72 hours. There were significant differences between groups of groups using the 48 hours dissolution precipitation in 0,5 mol/L and 72 hours in 0,5 mol/L dissolution precipitation method against thee 48 hours 1 mol/L and 72 hours 1 mol/L groups. It can be concluded that differences of molarity of the solution and duration of dissolution precipitations method can affect the formation of carbonate apatite and its diametral tensile strength."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rino Tadjudin
"Hidroksiapatit merupakan salah satu material bone graft yang sekarang paling sering digunakan. Salah satu metode yang digunakan untuk membuat hidroksiapatit adalah disolusi presipitasi dalam kondisi hidrotermal. Pembuatan hidroksiapatit dengan metode ini menggunakan gipsum sebagai prekursor nya dan direndam dalam larutan Na3PO4 1 mol/L selama 48 jam dalam suhu yang berbeda. Blok gipsum dengan ukuran diameter 6 mm dan tinggi 3 mm dibuat dengan mencampurkan bubuk CaSO4.1/2H2O dan akuades dengan rasio 0.5. Enam Spesimen kemudian direndam dalam larutan Na3PO4 1 mol/L selama 48 jam dalam 3 suhu yang berbeda yaitu 100oC, 140oC, dan 180oC. Uji kekuatan tarik diametral dengan Universal Testing Machine AGS-X (Shimadzu, Japan) dilakukan kepada spesimen. Data dari uji kekuatan tarik diametral diolah menggunakan SPSS dengan One-Way ANOVA dan post hoc Bonferroni. Hasil uji menunjukkan bahwa terdapat penurunan secara signifikan kekuatan tarik diametral spesimen sebelum dan sesudah diberikan perlakuan disolusi presipitasi dalam kondisi hidrotermal. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perubahan fasa dari gipsum menjadi hidroksiapatit dan hal ini menyebabkan penurunan kekuatan tarik diametral dari spesimen.
......Hydroxyapatite is one of the most widely used material for bonegrafting. One of the methods of making hydroxyapatite is using dissolution precipitation under hydrothermal condition. Fabrication of hydroxyapatite from this method is using gypsum block as precursor and then immersed in 1 mol/L trinatrium phosphate for 48 hours under different temperature. Gypsum block with a size of 6 mm in diameter and 3 mm in height was made by mixing CaSO4.1/2H2O powder with distilled water at 1:2 ratio. Six specimens were then immersed in 1 mol/L trinatrium phosphate for 48 hours under 100oC, 140oC, and 180oC respectively. Diametral tensile strength was then measured using Universal Testing Machine AGS-X (Shimadzu, Japan). Data obtained from the test was processed using SPSS with One-Way ANOVA and Post Hoc Bonferroni. The result shows that there is a significant decrease in diametral tensile strength of specimens before and after dissolution precipitation under hydrothermal condition. The conclusion of this study is that there is a change of phase from gypsum to hydroxyapatite and this result in the decrease in diametral tensile strength between the specimen."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Medikasari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ketebalan komposit resin dan jarak penyinaran terhadap kekuatan tarik diametral komposit resin serat pendek KRSP . Empat puluh spesimen KRSP EverX PosteriorTM berbentuk lempengan dengan ketebalan 3 dan 4 mm, diameter 6 mm n=20 dibagi menjadi dua kelompok dengan jarak penyinaran 2 dan 4 mm n=10 . Spesimen dipolimerisasi menggunakan LED curing unit, iradiansi 800 mW/cm2 selama 20 detik. Spesimen diuji menggunakan Universal Testing Machine 250 kgf, 0,5 mm/menit untuk mendapatkan nilai kekuatan tarik diametral. Hasil uji statistik One-Way ANOVA dan post-hoc LSD, kekuatan tarik diametral menurun signifikan pada kelompok dengan ketebalan KRSP 4 mm dan jarak penyinaran 4 mm. Disimpulkan bahwa ketebalan KRSP dan jarak penyinaran dapat mempengaruhi nilai kekuatan tarik diametral.
......The aim of this study is to analyze the effect of short fiber reinforced resin composite SFRC thickness and light curing distance on diametral tensile strength. Forty disc shaped specimens of SFRC EverX PosteriorTM with 3 and 4 mm of resin composite thickness, 6 mm of diameter n 20 were divided into two different light curing distance groups 2 and 4 mm n 10 . All Specimens were polymerized using LED curing unit, irradiance 800 mW cm2 for 20 s. Specimens were tested using Universal Testing Machine 250 kgf, 0,5 mm menit to determine its diametral tensile strength. The result from One Way ANOVA and post hoc LSD statistical test, diametral tensile strength of 4 mm SFRC thickness with 4 mm light curing distance group has significantly decrease. It was concluded that both SFRC thickness and light curing distance has significant effect on the diametral tensile strength."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stella Sandra Aurelia
"Hidroksiapatit merupakan salah satu material yang dapat digunakan sebagai bahan bone graft. Adanya pori pada hidroksiapatit dapat membantu mempercepat pertumbuhan tulang. Pembuatan hidroksiapatit berpori yang dilakukan dengan cara sintering menghasilkan derajat kristalinitas yang tinggi. Untuk menghasilkan hidroksiapatit dengan derajat kristalinitas yang rendah dapat menggunakan metode disolusi presipitasi. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan hidroksiapatit berpori dengan menggunakan kalsium sulfat hemihidrat sebagai prekursor dan PMMA sebagai porogen yang direndam ke dalam 0,5 mol/L larutan Na3PO4 selama 48 jam pada suhu 600C, 800C, dan 1000C. Spesimen dibuat dengan mencampurkan kalsium sulfat hemihidrat dengan bubuk polymethylmethacrylate (rasio berat kalsium sulfat hemihidrat : PMMA adalah 2 : 1). Setelah itu, bubuk dimasukan ke dalam air (rasio w/p 0,5)
dan diaduk hingga rata lalu dimasukkan ke dalam mold dengan tinggi 3 mm dan diameter 6 mm. Setelah itu, spesimen dibakar pada suhu 8000C selama 4 jam untuk menghilangkan porogen. Spesimen yang sudah dibakar direndam ke dalam 0,5 mol/L larutan Na3PO4 pada
suhu 600C, 800C, dan 1000C selama 48 jam masing-masing kelompok 11 spesimen. Uji pola difraksi sinar-X menggunakan PANalytical Xpert PRO (Malvern, UK) dilakukan pada 1 spesimen setiap kelompok dan uji kekuatan tarik diametral menggunakan Universal Testing Machine AGS-X (Shimadzu, Japan) pada 10 spesimen setiap kelompok. Hasil karakterisasi pola difraksi sinar-X pada setiap kelompok perlakuan menunjukkan fasa CaSO4 masih dominan dan fasa hidroksiapatit yang terbentuk masih sedikit. Setiap kelompok perlakuan menghasilkan persentase fasa yang berbeda-beda. Pada kelompok perendaman 1000C ditemukan fasa Ca(OH)2. Nilai kekuatan tarik diametral diuji statistik menggunakan One-Way ANOVA dan post-hoc Bonferonni. Dari hasil uji statistik, tidak ditemukan adanya perbedaan bermakna sebelum perendaman dan setelah perendaman. Pada kelompok perendaman 600C dan 1000C terdapat perbedaan bermakna. Hidroksiapatit berpori tidak sepenuhnya terbentuk pada perendaman kalsium sulfat anhidrat berpori dalam larutan 0,5 mol/L Na3PO4 pada suhu 600C, 800C, ataupun 1000C selama 48 jam."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vallen Damayanti
"Blok hidroksiapatit yang dibuat melalui metode sintering sulit teresorpsi di dalam tubuh karena memiliki kristalinitas yang tinggi. Blok hidroksiapatit dengan kristalinitas rendah dapat dibuat melalui reaksi disolusi presipitasi. Kalsium sulfat dihidrat memenuhi persyaratan sebagai prekursor reaksi disolusi presipitasi, yaitu biokompatibel dan secara termodinamik lebih stabil dibandingkan dengan hidroksiapatit. Penelitian ini bertujuan menghasilkan blok hidroksiapatit menggunakan prekursor blok CaSO4.2H2O dengan metode disolusi presipitasi. Spesimen dibuat dengan mencampurkan bubuk CaSO4.1/2H2O dan akuades dengan rasio akuades banding bubuk 0,5. Blok CaSO4.2H2O direndam di dalam larutan Na3PO4 0,5 mol/L dan dipanaskan pada suhu 80˚C selama 24 jam, 48 jam, dan 72 jam. Karakterisasi blok hidroksiapatit dilakukan dengan uji X-ray Diffraction (XRD), kemudian data yang didapatkan dianalisis menggunakan Rietveld Refinement (High Score Plus, PANalytical). Uji kekuatan tarik diametral (DTS) dilakukan untuk mengevaluasi kekuatan mekanik spesimen. Tidak terdapat fasa hidroksiapatit yang teridentifikasi pada seluruh kelompok spesimen. Fasa yang teridentifikasi pada kelompok yang direndam selama 24 jam adalah CaSO4.2H2O, CaSO4, dan Ca(OH)2. Sedangkan pada kelompok yang direndam selama 48 jam dan 72 jam, fasa yang teridentifikasi adalah CaSO4 dan Ca(OH)2. Berdasarkan uji statistik One-Way ANOVA dan Post-Hoc Tamhane (IBM SPSS 2.0), terdapat penurunan nilai DTS yang signifikan pada kelompok sebelum dan sesudah perendaman selama 24 jam, 48 jam, dan 72 jam. Penurunan nilai DTS juga signifikan antara kelompok yang direndam selama 24 jam dengan kelompok yang direndam selama 48 jam dan 72 jam. Namun, tidak terdapat perbedaan bermakna antara nilai DTS kelompok 48 jam dan 72 jam. Disimpulkan bahwa hidroksiapatit tidak terdeteksi pada kelompok spesimen CaSO4.2H2O yang direndam dalam larutan Na3PO4 0,5 mol/L selama 24 jam, 48 jam, dan 72 jam.
......Sintered hydroxyapatite cannot be resorbed in the body due to its high crystallinity. Low crystalline hydroxyapatite can be fabricated through dissolution-precipitation reaction. Calcium sulfate dihydrate meets the requirements to be used as a precursor for dissolution-precipitation reaction, that is biocompatible and thermodynamically more stable than hydroxyapatite. The aim of this study was to produce hydroxyapatite block using CaSO4.2H2O based on dissolution precipitation method. Specimens were made from CaSO4.1/2H2O powder mixed with distilled water at a water-to-powder ratio of 0,5. The CaSO4.2H2O blocks were immersed in Na3PO4 0,5 mol/L solution at 80˚C for 24, 48, and 72 hours each. For characterization of the specimens, X-ray Diffraction (XRD) analysis was used and data obtained from the test was analyzed with Rietveld Refinement (High Score Plus, PANalytical). Diametral tensile strength (DTS) was used for mechanical strength evaluation. There was no hydroxyapatite phase identified in all groups of specimens. The phases identified in group with 24 hours immersion time were CaSO4.2H2O, CaSO4, and Ca(OH)2. Whereas in group with 48 and 72 hours immersion time, the phases identified were CaSO4, and Ca(OH)2. Based on statistical analysis using One Way Anova and Post-Hoc Tamhane tests (IBM SPSS 2.0), there was a significant decrease in DTS value between group of specimens before and after immersion for 24, 48, and 72 hours. The decrease in DTS value was also significant between group of specimens with 24 hours immersion time and groups of specimens with 48 hours and 72 hours immersion time. But, the difference between group of specimens with 48 hours and 72 hours immersion time was not significant. It was concluded that there was no hydroxyapatite phase identified in groups of specimens immersed in Na3PO4 0,5 mol/L solution at 80˚C for 24, 48, and 72 hours."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marlyn Sippy Prisetyo
"Latar Belakang: Atraumatic Restorative Treatment atau perawatan restoratif atraumatik adalah teknik perawatan minimal invasif untuk merestorasi gigi dengan menggunakan instrumentasi tangan. Material yang dapat digunakan untuk perawatan restoratif atraumatik adalah semen ionomer kaca. Baru-baru ini, beredar di pasaran Indonesia semen ionomer kaca Shofu FX Ultra yang diklaim dapat digunakan untuk ART. Dalam rongga mulut, restorasi semen ionomer kaca mengalami gaya mastikasi dan terpapar saliva. Belum ada penelitian mengenai pengaruh perendaman didalam larutan saliva buatan terhadap kekuatan tarik diametral semen ionomer kaca Shofu FX Ultra. Tujuan: Mengetahui pengaruh lama perendaman didalam larutan saliva buatan terhadap kekuatan tarik diametral Shofu FX Ultra. Metode: Pembuatan 36 spesimen semen ionomer kaca Shofu FX Ultra mengikuti standar ISO 9917-1/2007 dibagi ke dalam 6 kelompok perlakukan perendaman yaitu didalam larutan saliva buatan pH 7 dan pH 4,5 masing-masing didiamkan selama 1,7, 14 hari dalam inkubator 37° C. Nilai kekuatan tarik diametral diuji dengan alat Shimadzu Universal Testing Machine. Analisis data dengan uji statistik One Way Anova dan uji Independent Sample T-test. Hasil: Rerata nilai kekuatan tarik diametral setelah perendaman pada kelompok perlakuan perendaman pH 7 dengan lama perendaman (1,7, dan 14 hari secara berurutan) yaitu sebesar 6,40±0,45 MPa, 5,39±0,45 MPa, dan 5,30±0,46 MPa. Rerata nilai kekuatan tarik diametral setelah perendaman pada kelompok perlakuan perendaman pH 4,5 dengan lama perendaman (1,7, dan 14 hari secara berurutan) yaitu sebesar 4,83±0,54 MPa, 4,54±0,36 MPa, dan 3,51±0,39 MPa. Rerata kekuatan tarik diametral semen ionomer kaca yang direndam dalam larutan saliva buatan pH 7 dan pH 4,5 terdapat perbedaan bermakna secara statistik (p<0,05). Rerata kekuatan tarik diametral semen ionomer kaca antara pH 7 dengan pH 4,5 pada lama perendaman 1 hari, 7 hari, dan 14 hari terdapat perbedaan bermakna secara statistik (p<0,05). Nilai kekuatan tarik diametral setiap kelompok terdapat perbedaan bermakna, kecuali pada kelompok perendaman saliva buatan pH 7 antara lama perendaman 7 dan 14 hari serta perendaman saliva buatan pH 4,5 antara lama perendaman 1 dan 7 hari. Kesimpulan: Nilai kekuatan tarik diametral semen ionomer kaca Shofu FX Ultra lebih besar pada perendaman didalam larutan saliva buatan pH 7 daripada pH 4,5. Semakin lama perendaman, nilai kekuatan tarik diametral semen ionomer kaca Shofu FX Ultra semakin menurun.
......Background: Atraumatic Restorative Treatment is a minimally invasive treatment technique to restore teeth using hand instrumentation. The material that can be used for atraumatic restorative treatment is glass ionomer cement. Recently, glass ionomer cement Shofu FX Ultra has been around in the Indonesian market and is claimed to be used for ART. In the oral cavity, the glass ionomer cement restoration is exposed to masticatory forces and saliva. There has been no research on the effect of immersion in artificial saliva solution on the diametral tensile strength of Shofu FX Ultra glass ionomer cement. Objective: To determine the effect of immersion time in artificial saliva solution on the diametral tensile strength of Shofu FX Ultra. Methods: Preparation of 36 specimens of Shofu FX Ultra glass ionomer cement according to the ISO 9917-1/2007 standard was divided into 6 groups by immersion treatment, namely in artificial saliva solution pH 7 and pH 4.5, each of which was left for 1.7, 14 days in incubator 37° C. The diametral tensile strength values were tested using the Shimadzu Universal Testing Machine. Data analysis with One Way ANOVA statistical test and Independent Sample T-test. Results: The mean diametral tensile strength values after immersion in the pH 7 immersion treatment group with long immersion (1.7, and 14 days respectively) were 6.40 ± 0.45 MPa, 5.39 ± 0.45 MPa, and 5.30±0.46 MPa. The mean values of diametral tensile strength after immersion in the immersion treatment group pH 4.5 with long immersion (1.7, and 14 days respectively) were 4.83 ± 0.54 MPa, 4.54 ± 0.36 MPa, and 3.51±0.39 MPa. The mean diametral tensile strength of glass ionomer cement between pH 7 and pH 4.5 at immersion time of 1 day, 7 days, and 14 days showed statistically significant differences (p<0.05). There was a significant difference in the diametral tensile strength values of each group, except for the artificial saliva immersion pH 7 group between 7 and 14 days and the artificial saliva immersion pH 4.5 between 1 day and 7 days. Conclusion: The diametral tensile strength value of Shofu FX Ultra glass ionomer cement was greater when soaked in an artificial saliva solution pH 7 than pH 4.5. The longer the immersion, the value of the diametral tensile strength of Shofu FX Ultra glass ionomer cement decreased."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library