Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 42 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putri Pratiwi
"Ikatan sosioemosional tidak hanya terjadi antara individu dalam hubungan sosial dua arah, namun juga dapat terjadi pada hubungan satu arah atau parasosial dengan karakter fiksi. Pola kelekatan individu menjadi salah satu faktor yang memengaruhi individu dalam membentuk hubungan sosial dan juga parasosial. Penelitian ini mengukur efek utama dan efek interaksi dari dua dimensi kelekatan dewasa, yaitu kecemasan dan penghindaran terkait kelekatan, terhadap hubungan parasosial pada kelompok penggemar manga di Indonesia (N = 373, 76,7% perempuan). Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa kecemasan terkait kelekatan, penghindaran terkait kelekatan, dan interaksi antara kedua dimensi kelekatan secara signifikan dapat menjelaskan hubungan parasosial, F(3,369) = 3,948, p < 0,009, R2 = 0,031, R2adjusted = 0,023, f2 = 0,031. Namun, hanya kecemasan terkait kelekatan yang secara signifikan memprediksi hubungan parasosial (β = 0,314, t(372) = 2,096, p < 0,037). Sementara penghindaran terkait kelekatan (β = 0,170, t(372) = 1,099, p > 0,05) dan hasil efek interaksi (β = -0,228, t(372) = -1,052, p > 0,05) tidak signifikan memprediksi hubungan parasosial. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecemasan terkait kelekatan secara signifikan memengaruhi hubungan parasosial yang mana semakin tinggi kecemasan terkait kelekatan individu maka semakin kuat hubungan parasosial yang dialami individu.

Socioemotional ties not only can occur between individuals in a two-way social relationship, but can also occur in parasocial or a one-way relationship with fictional character. Attachment style is one of the important factors that influence people in forming social as well as parasocial relationships. This study measured the main effect as well as interaction effect of two dimensions of adult attachment, attachment anxiety and attachment avoidance, to parasocial relationships among Indonesian manga fans (N = 373, 76,7% female). The results of multiple regression analysis showed that attachment anxiety, attachment avoindance, and interaction of both dimensions significantly can explain parasocial relationships, F(3,369) = 3,948, p < 0,009, R2 = 0,031, R2adjusted = 0,023, f2 = 0,031. But, only attachment anxiety significantly predicted parasocial relationships (β = 0,314, t(372) = 2,096, p < 0,037). Meanwhile, attachment avoidance (β = 0,170, t(372) = 1,099, p > 0,05) and interaction of both dimensions (β = -0,228, t(372) = -1,052, p > 0,05) were not significantly predict parasocial relationships. This results indicated that only attachment anxiety significantly affect parasocial relationships where the higher attachment anxiety level, the stronger parasocial relationships experienced."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Krisna Murti
"Fraud merupakan fenomena yang sangat merugikan banyak pihak. Penelitian sebelumnya telah menemukan hubungan antara keterikatan orangtua-anak dan perselingkuhan. Akan tetapi, sebagai faktor eksternal, keterikatan orang tua-anak tidak cukup menjelaskan mengapa ada hubungan antara kedua variabel tersebut. Identitas moral karena posisinya sebagai faktor internal diduga berperan dalam memediasi hubungan kedua variabel tersebut. Penelitian ini memiliki dua tujuan, (1) apakah keterikatan orang tua-anak mempengaruhi identitas moral dan (2) apakah identitas moral memediasi pengaruh keterikatan orang tua-anak terhadap kecurangan. Penelitian yang dilakukan pada 213 siswa di Jabodetabek ini menunjukkan pengaruh keterikatan orang tua-anak terhadap identitas moral. Namun, tidak ditemukan adanya peran mediasi yang signifikan dari identitas moral dalam pengaruh keterikatan orangtua-anak terhadap perselingkuhan. Diskusi dan saran akan dibahas.

Fraud is a phenomenon that is very detrimental to many parties. Previous research has found a link between parent-child attachment and infidelity. However, as an external factor, parent-child attachment does not adequately explain why there is a relationship between the two variables. Moral identity due to its position as an internal factor is thought to play a role in mediating the relationship between the two variables. This study has two objectives, (1) whether parent-child attachment affects moral identity and (2) whether moral identity mediates the effect of parent-child attachment on cheating. This study, which was conducted on 213 students in Jabodetabek, shows the effect of parent-child attachment on moral identity. However, it was not found that there was a significant mediating role of moral identity in the influence of parent-child attachment to infidelity. Discussions and suggestions will be discussed.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Rodiatul Hasanah
"Motivasi utarna manusia sebagai makhluk sosial adalah untuk mencari dan mempertahankan hubungan dcngan orang lain, misalnya dcngan keluarga, saudara, teman, pasangan, dan sebagainya. Namun ketika seseorang tidak mcnemukan lingkungan yang memungkinkan untuk memenuhi kcbutuhaxrkebutuhan tersebut, maka akibat yang mungkin texjadi adalah munculnya perasaan kcsepian. Pada dasarnya kcsepian merupakan suatu pengalaman universal manusia. Hampir semua orang pemah merasa kesepian, tidak terkecuali remaja yang tinggal di panti asuhan.Dan mempelajari kelekatan yang terbentuk merupakan cara terbaik umuk memahami kesepian. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan tingkat kcscpian remaja panti asuhan berdasarkan tipe kelekatan yang mereka miliki. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dan kuaiitatif dengan karakteristik subyek yaitu rcrnaja panti asuhan berusia l5~22 tahun, pendidikan minimal SLTP, dan telah tinggal di panti minimal 3 tahun (sejak usia SD). Subyek yang digunakan dalam penclitian kuantitatif sebanyak 19 orang sedangkan untuk penelitian kualitatif sebanyak 5 onmg. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian kuantitatif adalah kuesioner Adult Atzachmem' Scale untuk mengukm- tipe kelekatan dan UCLA Loneliness untuk mengukur tingkat kesepian. Sedangkan dalam pcnelitian kualitatitl pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara mendalam. Hasil penelitian kuantitatif menunjukkan tidak ada hubungan antara kelekatan dengan tingkat kesepian pada remaja panti asuhan. Selain itu, ditemukan tidak ada pcrbedaan tingkat kesepian antara rernaja yang memiliki tipe kclckatan secure, avoidant, dan anxious. Namun demikian, dad analisis kuantitatif ditemukan bahwa remaja panti asuhan yang merupakan yatim piatu cenderung memiliki tipe kelekatan anxious dan memiliki tingkat kcsepian yang lebih tinggi dibandingkan daripada remaja panti asuhan yang yatirn kurang mampu. Sedangkan hasil penelitian kualitatif menunjukkan bahwa remaja dengan tipe kelekatan secure tampak Icbih mampu menjelaskan kelekatan dalan keluarga, lebih mampu menjalin hubungan pertemanan dengan kelompok sebaya, dan lebih jarang mengalami kesepian emosional daripada remaja yang memiliki tipe kelekatan avoidan! dan anxious"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T34204
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angelina Kuswidhiastri
"Regulasi emosi kognitif merupakan keterampilan individu untuk mengelola pikiran dan reaksi emosional dalam menghadapi situasi buruk. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan perbedaan kemampuan menggunakan strategi regulasi emosi kognitif berdasarkan jenis kelekatan dengan orang tua pada remaja akhir. Penelitian dilakukan secara cross-sectional pada 674 orang remaja akhir berusia 18-22 tahun (n perempuan = 75.2%) yang terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok kelekatan aman (46.2%), kelekatan tidak aman-menghindar (48.2%), dan kelekatan tidak aman- ambivalen (5.8%). Penelitian menggunakan analisis One-Way MANOVA untuk mengamati perbedaan kemampuan menggunakan strategi kognitif dalam masing-masing kelompok jenis kelekatan. Penelitian menemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara ketiga jenis kelekatan dalam menggunakan strategi regulasi emosi kognitif (F (18, 1328) = 11.29, p < 0.01; Pillai’s V = .265, η2 = .133). Strategi kognitif yang lebih adaptif lebih mampu digunakan oleh remaja dengan kelekatan aman, sementara remaja dengan kelekatan tidak aman lebih sering menggunakan strategi kognitif yang kurang adaptif. Perbedaan penggunaan strategi kognitif juga ditemukan pada kedua jenis kelekatan tidak aman.

Cognitive emotion regulation is the ability to manage thoughts and emotional reactions when faced with bad situations. This research aims to prove the differences between in the cognitive emotion regulation strategies of late adolescents based on their parental attachment types. Cross-sectional study was conducted on a total sample of 674 late adolescents between 18-22 years (n female = 75.2%) which are divided into three groups based on parental attachment types. A set of One-Way MANOVA was used to assess the differences in the ability to use cognitive emotion regulation strategies between groups. Results showed that there are significant differences in the three types of attachment in using cognitive emotion regulation strategies (F (18, 1328) = 11.29, p < 0.01; Pillai’s V = .265, η2 = .133). Adolescents with secure attachment are more likely to use adaptive cognitive strategies, while those with insecure attachments are more likely to use less adaptive strategies. Differences in cognitive strategy use were also found in the insecureavoidant and insecure-ambivalent attachment."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melisa
"Salah satu tugas perkembangan individu dewasa awal adalah membina relasi intim dengan lawan jenis. Sayangnya tidak sedikit individu dewasa awal yang mengalami kesulitan untuk menyelesaikan tugas perkembangannya tersebut. Salah satu faktor yang memengaruhi pembentukan relasi intim dengan pasangan adalah kelekatan di masa dewasa awal. Kelekatan di masa dewasa (usaha untuk mendapatkan kedekatan secara fisik, emosional, da psikologis dari orang lain) dan regulasi emosi marah (upaya pengendalian amarah yang mengakibatkan munculnya ketidak seimbangan psikologis) pun dikaitkan dengan harga diri (persepsi individu secara positif atau negatif terhadap keberhargaan dirinya).
Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui hubungan dimensi kelekatan (cemas dan menghindar) dengan regulasi emosi marah melalui mediasi harga diri pada individu dewasa awal dalam hubungan pacaran. Penelitian ini melibatkan 335 partisipan melalui tiga pengukuran yaitu Experiences in Close Relationships- Scale, Rosenberg Self Esteem Scale, dan Anger Management Scale Short Form. Dari analisis data didapatkan bahwa terdapat hubungan antara dimensi kelekatan cemas dan menghindar dengan regulasi emosi marah secara langsung maupun tidak langsung melalui mediasi harga diri pada individu dewasa awal dalam hubungan pacaran.

One of task development of early adult individuals is to foster intimate relations with others (opposite sex). Unfortunately not a few early adult individuals have difficulty complete their developmental tasks. One factor that influences the formation of intimate relationships with partners in early adult individuals is adult attachment. Adult attachment (attempts to get physical, emotional, and psychological closeness from others) and regulation of angry emotions (anger control efforts that result in psychological imbalances) are also associated with self esteem (positive or negative individual perceptions of his worth).
The purpose of this study was to find out the relationship between the dimensions of attachment (anxiety and avoidance) and regulation of angry emotions through mediating self-esteem in early adult individuals in dating relationships. This study involved 335 early adult individual participants through three measurements ; Experiences in Close Relationships-Scale, Rosenberg Self Esteem Scale, and Anger Management Scale - Short Form. From the data analysis, it was found that there was a relationship between the dimensions of anxiety and avoidance with regulation of anger directly or indirectly through mediating self-esteem in early adult individuals in dating relationships.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T51826
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Artama Firsa Fatma Putri
"Skripsi ini membahas tentang gambaran keterikatan caregiver pada anak di panti sosial. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka, observasi, dan wawancara mendalam. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa terdapat beberapa kondisi yang menyebabkan terjadinya safe attachment, namun ada juga kondisi yang menyebabkan unsafe attachment. Keterikatan ini terlihat dari aktivitas sehari-hari pengasuh dengan anak. Setiap pengasuh memiliki cara berbeda dalam membangun keterikatan dengan anak-anak. Penelitian ini menyarankan agar panti asuhan dapat mengevaluasi layanan yang diberikan dengan mengkaji regulasi yang dapat memicu keterikatan antara pengasuh dan anak di panti asuhan. Sehingga panti sosial dapat memenuhi hak anak untuk mencapai kebutuhannya sesuai dengan kondisi yang dimiliki anak.

This thesis discusses the description of caregiver attachment to children in social institutions. This research is a qualitative research with descriptive research type. Data collection methods used are literature study, observation, and in-depth interviews. The results of this study illustrate that there are several conditions that cause safe attachment, but there are also conditions that cause unsafe attachment. This attachment can be seen from the daily activities of the caregiver with the child. Each caregiver has a different way of bonding with children. This study suggests that orphanages can evaluate the services provided by examining regulations that can trigger bondage between caregivers and children in the orphanage. So that social institutions can fulfill children's rights to achieve their needs according to the conditions the children have."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Veva Mutiarasari Antriska
"Remaja mengalami berbagai perubahan perkembangan yang pesat. Hal ini membuat remaja rentan mengalami masalah kesehatan akibat berbagai stressor yang dihadapi, salah satunya stres akademik. Kelekatan remaja dengan teman sebaya yang baik dapat mendorong remaja untuk terbuka satu sama lain sehingga dapat mengkomunikasikan permasalahan yang dialami satu sama lain. Tujuan penelitian untuk mengetahui adanya hubungan kelekatan teman sebaya dengan stres akademik pada remaja SMA. Penelitian menggunakan desain deskriptif analisis dengan pendekatan cross-sectional pada 208 siswa SMA kelas 12 dipilih dengan teknik convenience sampling. Kelekatan teman sebaya diidentifikasi menggunakan instrumen Inventory of Parent and Peer Attachment (IPPA) bagian peer version dan stres akademik menggunakan instrumen Education Stres Scale for Adolescence (ESSA). Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan kelekatan teman sebaya dengan stres akademik pada remaja SMA (p < 0.001). Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengaitkan dengan faktor lain yang memengaruhi kelekatan teman sebaya dan/atau stres akademik pada remaja.

The developments in adolescence change rapidly. It makes adolescents vulnerable to health problems due to various stressors, one of them is academic stress. The good peer attachment of adolescents can encourage adolescents to be overt with each other so they can communicate their problems experienced to each other. This study is aimed to determine the relationship between peer attachment and academic stress in high school adolescents. This study was using a descriptive analysis with a cross-sectional design with 208 high school students grade 12th selected by convenience sampling technique. Peer attachments were identified using the Inventory of Parent and Peer Attachment (IPPA) peer version instrument and academic stress using the Education Stress Scale for Adolescence (ESSA) instrument. The results showed that there was a significant relationship between peer attachment and academic stress in high school adolescents (p <0.001). This study recommends that further research can be linking with other factors that affect peer attachment and/or academic stress in adolescents."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meksi Paldo Rerung
"Kelahiran merupakan suatu kondisi yang terjadi pada manusia setelah melalui proses hamil, perkembangan dan pertumbuhan janin di dalam kandungan ibu yang dapat menimbulkan perubahan secara signifikan baik pada ibu maupun pada bayi. Kelahoran yang dilakukan baik secara Sectio Caesarea (SC) ataupun normal. Kelahiran yang dilakukan secara SC dapat berpotensi menghambat proses bonding yang dilakukan oleh Ibu dan bayinya. Akan tetapi bonding tetap dapat dilakukan dengan ayah bayi. Salah satu intervensi yang dapat diberikan adalah Skin to Skin Contact Ayah-Bayi. Melalui karya ilmiah ini, telah dilaporkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada ayah ibu post partum. Metode yang digunakan adalah Case study pada suami denga ibu post partum yang melahirkan secara SC dengan status obstetrik G1P1A0 dengan usia kehamilan 41 minggu. Intervensi dilakukan selama dua hari berturut-turut pada tiga hari pertama post partum dan dievaluasi menggunakan Attachment between parents and newborn children pada Ayah dan pengukuran tanda-tanda vital pada bayi yang meliputi; suhu, saturasi dan nadi. Hasil Intervensi menunjukkan adanya peningktan skor kelekatan dari 66 menjadi 89, pada bayi hasil pengukuran tanda vital meningkat. Oleh karena itu, penulis merekomendasikan penerapan skin to skin contact ayah bayi untuk meningkatkan kelekatan antara orang tua dan bayi.

Birth is a condition that occurs in humans after going through the process of pregnancy, development and growth of the fetus in the mother's womb which can cause significant changes in both the mother and the baby. Births are carried out either by Sectio Caesarea (SC) or normally. SC births can potentially hinder the bonding process carried out by the mother and her baby. However, bonding can still be done with the baby's father. One of the interventions that can be given is Father-Baby Skin to Skin Contact. Through this scientific work, it has been reported the results of implementing nursing care for post partum mothers and fathers. The method used was a case study of husbands and post partum mothers who gave birth via SC with G1P1A0 obstetrical status at 41 weeks' gestation. The intervention was carried out for two consecutive days on the first three days postpartum and was evaluated using Attachment between parents and newborn children for fathers and measurements of vital signs for babies which included; temperature, saturation and pulse. Intervention results showed an increase in the attachment score from 66 to 89, in infants the results of measuring vital signs increased. Therefore, the authors recommend applying skin to skin contact with the baby's father to increase the attachment between parents and babies."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Artasya Karnasih
"Pola kelekatan merupakan salah satu faktor yang diduga memengaruhi munculnya distres psikologis pada remaja usia transisi. Mahasiswa kedokteran merupakan kelompok remaja transisi yang perlu menjalani proses pendidikan kedokteran yang sulit dan penuh tuntutan sehingga rentan mengalami distres psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pola kelekatan, distres psikologis, dan mengetahui hubungan pola kelekatan dengan distres psikologis pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Penelitian ini dilakukan secara potong lintang pada sampel yang ditentukan secara stratified random sampling dari seluruh mahasiswa FKUI. Subjek mengisi kuesioner yang terdiri dari kuesioner sosiodemografik, pengukuran pola kelekatan dengan Relationship Questionnaire (RQ), dan pengukuran distres psikologis dengan Kessler Psychological Distress Scale (K10). Pada mahasiswa FKUI, prevalensi pola kelekatan aman sebesar 41,4%, diikuti dengan pola kelekatan tidak aman, yaitu dismissing 21,9%, fearful 19,8%, dan anxious 16,9%. Prevalensi distres psikologis didapati sebesar 31,8%. Pola kelekatan tidak aman memiliki hubungan yang bermakna dengan distres psikologis, yaitu 3,57 kali lipat lebih berisiko untuk mengalami distres psikologis. Berdasarkan jenis pola kelekatannya, pola kelekatan anxious 4,74 kali lipat lebih berisiko untuk mengalami distres psikologis, sedangkan pola kelekatan fearful 5,43 kali lipat lebih berisiko untuk mengalami distres psikologis bila dibandingkan dengan pola kelekatan aman. Program kesehatan jiwa yang bersifat promotif dan preventif untuk memperbaiki pola kelekatan dan distres psikologis diharapkan dapat membekali mahasiswa FKUI untuk memiliki relasi interpersonal yang lebih baik dengan orang lain, termasuk juga dengan pasien.

The pattern of attachment is one of the factors thought to influence the emergence of psychological distress in adolescents of transition age. Medical students are a group of transitional adolescents who will undergo a difficult and demanding medical education process, hence are vulnerable to psychological distress. This study aims to describe the attachment patterns, psychological distress, and determine the association between attachment pattern and psychological distress in medical students of Faculty of Medicine, Universitas Indonesia (FMUI). This study was conducted cross-sectionally on a sample that was determined by stratified random sampling. Subject filled the research questionnaire which consisted of sociodemographic questionnaire, attachment measurement using Relationship Questionnaire (RQ), and measuring psychological distress using Kessler Psychological Distress Scale (K10). The prevalence of secure attachment pattern was 41.4%, followed by insecure attachment patterns, in the form of dismissing 21.9%, fearful 19.8%, and anxious 16.9%. The prevalence of psychological distress was found to be 31.8%. The insecure attachment pattern has a significant association with psychological distress, which is 3.57 times more at risk for experiencing psychological distress. Based on the type of attachment pattern, the anxious attachment pattern is 4.74 times more at risk, while fearful attachment pattern is 5.43 times prone to experiencing psychological distress when compared to secure attachment pattern. Promotional and preventive mental healthiness program can be provided to the students of FMUI to help them in improving attachment pattern and psychological distress. This program could help the students to have a better interpersonal relation with their colleagues and also patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sharita Miranda
"Perkawinan merupakan suatu institusi yang membutulikan banyak penyesuaian dari individu-individu yang terl/^at di dalanmya. Tabun-tahun pertama masa perkawinan, yaitu satu sampai dua tabun pertama dapat dikatakan merupakan masamasa dimana individu mulai meletakkan landasan bagi perkawinan mereka untuk itu dibutubkan adanya penyesuian perkawinan. Hubimgan interpersonal memainkan peranan yang penting dalam masa ini untuk tercapainya suatu penyesuaian perkawinan. Kelekatan {attachment) yang dimiliki individu memberikan sumbangan yang penting terhadap peiilaku individu dalam berhubungan interpersonal dengan orang lain, dalam bal ini dengan pasangannya. Melalui penelitian ini akan dilihat pengamh dari gaya kelekatan avoidant, anxious/ambivalent dan secure terhadap penyesuaian perkawinan individu yang sedang menjalani masa dua tahun pertama perkawinannya itu. Alat ukur yang akan digunakan berupa kuesioner dalam bentuk skala untuk mengukur penyesuaian perkawinan dan gaya kelekatan yang dimiliki individu.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gaya kelekatan yang berbeda memptmyai pengaruh yang berbeda pula terhadap penyesuaian perkawinan individu. Individu yang memiliki gaya kelekatan secure menunjukkan penyesuaian perkawinan yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang memiliki yang kelekatan lain. Sementara individu dengan gaya kelekatan anxious/ambivalent menrmjukkan penyesuaian perkawinan yang paling rendah dari individu dengan gaya kelekatan lain. Penelitian ini juga menemukan adanya hubungan dari liwayat atau sejarah kelekatan dengan gaya kelekatan yang dimiliki individu saat ini Selain itu juga didapatkan gambaran penyebaran gaya kelekatan subyek penelitian.
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah mempertimbangkan adanya interaksi gaya kelekatan. Juga dipandang perlu rmtuk melakukan penelitian pada jumlah subyek yang lebih besar serta menggunakan metode lain, selain kuesioner, misalnya wawancara sehingga mendapatkan hash yang lebih tajam dan mendalam."
Depok: Universitas Indonesia, 1995
S2361
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>