Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Silitonga, Faddly Triwanto, auhtor
"ABSTRAK
Satelite adalah pemantau bumi yang dapat memperlihatkan kondisi bumi secara nyata dan aktual. Informasi ini tentu sangat berguna untuk manusia dalam menjalankan kegiatannya sehari-hari, memperlihatkan kondisi lalu lintas, peta vegetasi, kondisi dan pergerakan awan, ketinggian permukaan tanah, jarak suatu tempat, dan lain-lain, namun pembahasan mengenai satelite masih sedikit, hal ini dikarenakan keterbatasan dana untuk mengembangkan teknologi satelite. Oleh karena itu, nano satelite menjadi teknologi yang banyak diminati, karena dana yang dibutuhkan sedikit dan tidak sebesar satelite yang sebenarnya di luar angkasa. Nano satelite juga mudah dikembangkan karena dimensi yang jauh lebih kecil dan komponen yang banyak di pasaran. Salah satu jenis nano satelite adalah CanSatelite dengan ukuran sebesar kaleng, dan jarak jangkauan maksimum 2 km. Tujuan pengembangan Cansatelite sebagai media pembelajaran dan riset yang berkelanjutan untuk mempelajari dan menganalisa cara kerja serta pembuatan satelite dengan cara yang lebih mudah, dan menghemat ruang serta cost yang dibutuhkan, sehingga teknologi satelite semakin berkembang dan merata. Skripsi ini membahas mengenai perancangan modul raspberry pi 2 dan kamera sebagai media transmisi video streaming pada cansatelite dengan media transmisi pada frekuensi wifi, juga menggunakan sensor suhu dan kelembapan untuk mendata kondisi suhu dan kelembapan pada sekitar cansatelite. Hasil dari cansatelite adalah dapat bekerja sesuai dengan program yang di desain dan memiliki delay 16-21 ms, serta dapat mengirim data suhu serta kelembapan ke penerima setiap menitnya melalui wifi.

ABSTRAK
Satelite is an earth observer that show us the condition of earth in realtime. This information is useful for human, since it could show us the trafic,vegetation map, the condition of cloud, the latitude of ground, distance of a place, etc.
Yet, the research of satelite is not much, since the equipment and the cost research is expensive. Because of the reasons, researcher interested in nanosatelite, less money with more available component and smaller size than the real one. We will discuss about cansatelite, one type of nanosatelite. As big as a can and maximum distance 2 km. The purpose of developing cansatelite is continous research to learn and analyze the work, fabricate with less money and smaller size.
This work take up designing the raspberry pi 2, camera, and sensor for cansatelite to transmit video, data of temperature and humidity to ground station. The result shows that, cansatelite is able to perform the designed program and has 16 ? 21 ms delay, also be able to send the temperature dan humidity each minute through wifi to the receiver."
2016
S63679
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdurrafi Lukmantara Pamungkas
"Pemantauan terhadap kelembapan secara akurat dan cepat merupakan hal yang cukup penting sehingga sampai saat ini terus dikembangkan material sensing kelembapan yang berkinerja tinggi. Material perovskite LaSrMnO3 merupakan salah satu kandidat material sensor yang baik karena memiliki konstanta dielektrik yang tinggi, bersifat hidrofilik namun bersifat kaku. PEDOT:PSS merupakan material polimer konduktif yang memiliki stabilitas dan fleksibilitas mekanik yang baik. Dalam penelitian ini, telah dibuat komposit LaSrMnO3 dan PEDOT:PSS yang dideposisi di atas interdigitated elektroda logam dengan metode spin-coating dan dianalisis potensinya sebagai material sensitif terhadap kelembapan. Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh bahwa komposit ini dapat bekerja sebagai sensor kelembapan kapasitif maupun resistif yang dikarakterisasi pada rentang RH 20-94%. Kandungan La0.9Sr0.1MnO3 1wt% pada komposit PEDOT:PSS/ La0.9Sr0.1MnO3 menunjukkan kinerja sensor yang paling baik pada frekuensi 1kHz bekerja dengan tipe kapasitif yang memiliki tingkat respon 5000%, sensitivitas tertinggi, histeresis terkecil, linearitas 0,0251RH ± 0,2412 pada RH rendah dan 0,0336RH ± 1,4716 pada RH tinggi serta waktu respon dan waktu pemulihan sebesar 9,64 detik dan 10,39 detik.

Accurate and rapid monitoring of humidity is important so that high-performance humidity sensing material continues to be developed. The LaSrMnO3 perovskite material is a good candidate for sensor material because it has a high dielectric constant, is hydrophilic but is rigid. PEDOT: PSS is a conductive polymer which has good stability and mechanical flexibility. In this study, LaSrMnO3 and PEDOT:PSS composites were deposited on the interdigitated metal electrodes by spin-coating method and their potential as humidity sensitive material was analyzed. Based on the measurement results this composite can work as a capacitive and resistive-based humidity in the RH range on 20-94%. The content of La0.9Sr0.1MnO3 1wt% in composites PEDOT: PSS/La0.9Sr0.1MnO3 shows the best sensor performance at 1kHz frequency works with capacitive type which has a response rate of 5000%, highest sensitivity, smallest hysteresis, linearity 0,0251RH ± 0,2412 on low RH and 0,0336RH ± 1,4716 at high RH and response time and recovery time of 9,64 seconds and 10,39 seconds.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kane, Jehnsen Hirena
"

LaFeO3 merupakan salah satu material perovskite yang dikenal dapat mendeteksi kelembapan karena memiliki aktivitas, selektivitas, stabilitas tinggi, dan struktur permukaan berpori yang mampu menyerap molekul air. Substitusi stronsium ke situs lantanum LaFeO3 terbukti dapat meningkatkan luas permukaan yang merupakan salah satu faktor pendukung kinerja sensing kelembapan. Dalam penelitian ini, La0,9Sr0,1FeO3 dikombinasikan dengan polimer konduktif PEDOT:PSS membentuk material komposit La0,9Sr0,1FeO3/PEDOT:PSS (LSFO/P) dengan 1 wt% dan 5wt% LSFO yang direkatkan pada substrat elektroda interdigitated dan membentuk sensor kelembapan berbasis perubahan sifat kapasitif dan impedantif. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa LSFO/P dengan 5wt% LSFO dapat berfungi sebagai sensor kelembapan dalam rentang 20-94%KR dan menunjukkan performa terbaik dengan sensitivitas sebesar 34 pF/%KR atau 6,9 Ohm/%KR. Responsivitas sensor kapasitif jauh lebih tinggi (20340%) dibandingkan dengan respon resistif (89%) serta memiliki linearitas yang baik. Waktu respon dan waktu pemulihan secara berturut-turut adalah 317 detik dan 24 detik.


LaFeO3 is a perovskite material which is known as a humidity sensing material because it has activity, selectivity, high stability, and porous surface structure that is able to absorb water molecules. Strontium doped LaFeO3 could increase surface area which supports of humidity sensing performance. In this study, La0,9Sr0,1FeO3 is combined with a conductive polymer PEDOT: PSS to form a composite La0,9Sr0,1FeO3/PEDOT: PSS (LSFO/P) with 1 wt% and 5 wt% LSFO that is deposited on an interdigitated electrode substrate and then forms the capacitive and impedantive types of humidity sensor. The experimental results show that (LSFO/P) with 5 wt% LSFO can work as a humidity sensor in the range of 20-94% RH and show best performance with a sensitivity of 34 pF/%RH or 6,9 Ohm /%RH. The responsivity of the capacitive response is much higher (20340%) compared to the impedantive one (89%) with good linearity. The response time and recovery time are 317 s and 24 s respectively.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Chrisanta Veronica
"Kualifikasi mesin, peralatan produksi, dan sarana penunjang merupakan bentuk penjaminan mutu pada industri farmasi yang dapat menjadi bentuk pembuktian dari operasional proses yang terkendali dan konsisten sesuai dengan Cara Produksi Obat yang Baik (CPOB). Salah satu aspek pengendalian yang penting adalah pemetaan suhu dan kelembapan pada alat penyimpanan dengan lingkungan terkontrol (climatic chamber). Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan pemetaan suhu dan kelembapan pada alat climatic chamber dibandingkan CPOB serta menentukan titik penempatan sampel untuk pemantauan harian suhu kelembapan pada. PT. Sydna Farma.
Penelitian dilakukan secara observasional melalui pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Adapun observasi dilakukan melalui studi literatur berdasarkan referensi ilmiah, regulasi nasional, dan dokumen operasional di PT. Sydna Farma serta pengambilan data pada lokasi sampling. Lokasi sampling mewakili antara lain area terdekat dan terjauh dari suplai udara, area titik monitoring harian, dan area dekat titik sensor T/RH. Pemetaan suhu dan kelembapan dilakukan selama tiga hari berturut-turut. Analisa data yang diperoleh dilakukan dengan menentukan nilai rata-rata keseluruhan, nilai maksimal dan minimal individual setiap titik, dan nilai mean kinetic temperature (MKT). Dari analisa tersebut, diperoleh bahwa pengujian alat telah memenuhi CPOB dan memiliki titik penempatan sampel yang bervariasi pada kondisi 25 ºC / 60 % RH (titik 1, 3, 9, 12), 30 ºC / 60 % RH (titik 4 dan 6), dan 40 ºC / 70 % RH (titik 5, 7, 12)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sartika Harka Putri
"Sistem HVAC atau sistem Heating, Ventilation, and Air Conditioning didefinisikan sebagai suatu sistem udara yang harus mencapai empat tujuan secara bersamaan, yaitu kontrol suhu udara, kontrol kelembaban udara, kontrol sirkulasi udara, dan kontrol kualitas udara (Patil et al., 2018). Kualifikasi Kinerja merupakan proses pembuktian terdokumentasi yang menyatakan bahwa suatu mesin/ peralatan ataupun sistem yang telah terpasang/ mengalami modifikasi beserta peralatan/sistem pendukungnya dapat beroperasi efektif dalam jangka waktu tertentu (berulang) berdasarkan proses, metode, maupun spesifikasi yang telah ditetapkan (Departemen QA PTSF, 2019). Kualifikasi Kinerja berkala sistem HVAC di area Tabletting, Primary Packaging & Dispensing di Area Estrogenik dengan parameter yang diuji meliputi pengukuran perubahan udara, pemantauan suhu, kelembaban relatif, dan tekanan ruangan, pemeriksaan partikulat udara dan kontaminasi mikroba. Kualifikasi sistem HVAC secara berkala sangat penting untuk dilakukan untuk memastikan bahwa aspek ini dapat mendukung kegiatan produksi. Berdasarkan hasil pelaksanaan kualifikasi kinerja sistem HVAC di area tableting esterogen PT Sydna Farma disimpulkan bahwa kualifikasi kinerja sistem HVAC di area tableting esterogen dalam kondisi yang baik dan dapat beroperasi sesuai dengan spesifikasi yang telah dipersyaratkan.
......
HVAC system or Heating, Ventilation, and Air Conditioning system is defined as an air system that must achieve four objectives simultaneously, namely air temperature control, air humidity control, air circulation control, and air quality control (Patil et al., 2018). Performance Qualification is a documented proof process stating that a machine/equipment or system that has been installed/modified along with its supporting equipment/systems can operate effectively within a certain period of time (repeated) based on predetermined processes, methods, and specifications (PTSF QA Department, 2019). Qualification Periodic performance of the HVAC system in the Tabletting, Primary Packaging & Dispensing area in the Estrogenic Area with tested parameters including measurement of air changes, monitoring of temperature, relative humidity, and room pressure, inspection of air particulates and microbial contamination. Periodic qualification of the HVAC system is essential to ensure that this aspect can support production activities. Based on the results of the implementation of the HVAC system performance qualification in the esterogen tableting area of PT Sydna Farma, it is concluded that the HVAC system performance qualification in the esterogen tableting area is in good condition and can operate according to the required specifications."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syauqi Ibadah
"Petir merupakan suatu fenomena alam yang melibatkan suatu fenomena fisika listrik didalamnya. Petir dapat menewaskan makhluk hidup seperti manusia dan hewan dengan berbagai cara diantaranya melalui sambaran langsung dan tegangan langkah. Secara singkat, tegangan langkah terjadi karena adanya arus yang mengalir melalui petir menuju bumi dan mengenai permukaan tanah sehingga terjadi beda potensial antara suatu radius dalam suatu lingkup yang kecil. Beberapa faktor menentukan perambatan petir hingga permukaan tanah, dimana beberapa diantaranya adalah faktor suhu dan kelembapan iklim wilayah tersebut serta kondisi polusi udara sekitar. Suhu, kelembapan dan kadar polusi akan memengaruhi besar tegangan tembus minimal yang dapat merusak isolator udara. Dengan melakukan pengujian pengaruh suhu, kelembapan dan kadar polusi udara pada tegangan tembus menggunakan jenis tegangan impuls akan diketahui besar tegangan tembus dengan pengaruh tersebut. Dari hasil pengukuran pada kondisi acuan, didapat nilai jarak elektroda akan berbanding lurus dengan nilai tegangan tembus dimana semakin jauh jarak elektroda maka dibutuhkan tegangan tembus yang semakin tinggi dengan kenaikan jarak elektroda 0.1 – 0.70 cm maka nilai tegangan tembus meningkat 18.87 kV dengan nilai rentang kekuatan medan listrik sebesar 33.08 – 46.60 kV/cm. Pada faktor suhu, nilai suhu akan berbanding terbalik dengan nilai tegangan tembus, dimana setiap kenaikan suhu 30 – 60 oC, nilai tegangan tembus meningkat rata-rata dari seluruh jarak celah sebesar 1.85 kV. Untuk nilai kelembapan akan sebanding dengan nilai tegangan tembus dimana untuk kenaikan nilai kelembapan maka nilai tegangan tembus meningkat juga. Pada variasi nilai kelembapan yaitu 55 – 95 %RH, nilai tegangan tembus meningkat rata-rata 2.33 kV dari seluruh jarak. Pada variasi konsentrasi polusi udara menggunakan pembakaran arang, nilai konsentrasi polusi akan berbanding terbalik dengan nilai tegangan tembus, dimana dalam pengujian menggunakan pembakaran arang dengan massa 5 – 15 gram akan menurunkan tegangan tembus rata-rata 0.69 kV dari seluruh jarak celah.
.....Lightning is a natural phenomenon that involves an electrical physics phenomenon therein. Lightning can kill living things such as humans and animals in various ways including through direct strikes and voltage steps. In short, the step voltage occurs because of the current flowing through lightning to the earth and on the ground surface so that there is a potential difference between a radius in a small scope. Several factors determine the lightning propagation to the ground surface, where some of them are temperature and humidity factors of the region and the surrounding air pollution conditions. Temperature, humidity and pollution levels will affect the minimum breakdown voltage which can damage the air insulator. By testing the effect of temperature, humidity and levels of air pollution on the breakdown voltage using the type of impulse voltage, the breakdown voltage will be known by this effect. From the measurement results in the reference conditions, the electrode distance value will be directly proportional to the breakdown voltage value where the farther the electrode distance, the higher the breakdown voltage is needed with the increase in electrode distance 0.1 - 0.70 cm, the value of the breakdown voltage increases 18.87 kV with the value of the field strength range electricity is 33.08 - 46.60 kV / cm. On the temperature factor, the temperature value will be inversely proportional to the breakdown voltage value, where each increase in temperature of 30 - 60 oC, the breakdown voltage value increases on average from all gap distances of 1.85 kV. For the value of humidity will be proportional to the value of the breakdown voltage where for an increase in the value of humidity then the breakdown voltage value also increases. In the variation of humidity value that is 55 - 95% RH, the breakdown voltage value increases by an average of 2.33 kV from the entire distance. In the variation of air pollution concentration using charcoal combustion, the value of the pollution concentration will be inversely proportional to the breakdown voltage value, where in testing using charcoal combustion with a mass of 5-15 grams will reduce the breakdown voltage by an average of 0.69 kV from the entire gap distance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Shabrina Humaira
"Kualitas udara di dalam ruangan perlu diperhatikan karena banyak pekerjaan yang dilakukan di dalam ruangan dan kualitas udara yang buruk akan memicu adanya penyakit dan menurunkan kinerja pekerja. Penelitian dilakukan untuk meningkatkan kualitas udara di dalam ruangan yang ditinjau berdasarkan konsentrasi bakteri dan jamur yang terdapat pada ruang uji coba. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh konsentrasi bakteri dan jamur, menganalisis air purifier dan sistem ventilasi terhadap kualitas udara, dan menganalisis korelasi antara konsentrasi bakteri dan jamur dengan suhu ruangan, kelembapan, dan intensitas cahaya di ruang uji coba. Penelitian dilakukan dengan cara mengambil sampel udara dengan metode impaction menggunakan alat EMS E6 Bioaerosol Sampler selama 3 menit di pagi hari dan siang hari pada masing-masing ruang uji coba dengan debit pompa sebesar 28,3 L/menit. Pengambilan sampel pada konsentrasi bakteri dan jamur menggunakan media pertumbuhan Tryptic Soy Agar (TSA) untuk bakteri yang diinkubasi selama 24 jam dan Potato Dextrose Agar (PDA) untuk jamur yang diinkubasi selama 48 jam. Ruang uji coba memiliki jenis ruangan yang berbeda, yaitu ruang rapat, laboratorium, dan mushola. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi bakteri tertinggi yaitu ruang Mushola Dosen sebesar 1943 CFU/m3 dan terendah yaitu ruang tengah lantai 1 sebesar 71 CFU/m3. Konsentrasi jamur tertinggi yaitu ruang Mushola Dosen sebesar 883 CFU/m3 dan terendah yaitu 188 CFU/m3. Parameter pendukung lain yaitu suhu ruangan (24,3–30,5?) sudah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan Permenaker Nomor 5 Tahun 2018, terdapat beberapa ruangan yang tidak memenuhi kelembapan (54,6–82,6%) dan intensitas cahaya untuk tiap ruangan (5,3–261 Lux) telah sesuai dengan kriteria masing-masing jenis ruang kerja. Uji korelasi yang dilakukan yaitu Uji Spearman yang menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi normal. Terdapat korelasi positif antara pertumbuhan bakteri dengan suhu ruangan dan intensitas cahaya serta jamur dengan kelembapan. Korelasi negatif didapatkan pada pertumbuhan bakteri dengan kelembapan dan jamur dengan intensitas cahaya.
......Indoor air quality needs to be taken into consideration because many tasks are performed indoors, and poor air quality can lead to illness and decrease workers' performance. The research was conducted to improve indoor air quality based on the concentration of bacteria and fungi present in the test rooms. The objectives of this study were to analyze the influence of bacteria and fungi concentrations, assess the effectiveness of air purifiers and ventilation systems on air quality, and examine the correlation between bacteria and fungi concentrations with room temperature, humidity, and light intensity in the test rooms. The research was conducted by sampling air using the impaction method with an EMS E6 Bioaerosol Sampler for 3 minutes in the morning and afternoon in each test room, with a pump flow rate of 28.3 L/minute. Bacterial and fungal samples were collected using Tryptic Soy Agar (TSA) growth medium for bacteria, which were incubated for 24 hours, and Potato Dextrose Agar (PDA) for fungi, which were incubated for 48 hours. The test rooms consisted of different types of rooms, including meeting rooms, laboratories, and prayer rooms. The results of the study showed that the highest concentration of bacteria was found in the Lecturers' Prayer Room at 1943 CFU/m3, while the lowest was in the central room on the first floor at 71 CFU/m3. The highest concentration of fungi was found in the Lecturers' Prayer Room at 883 CFU/m3, while the lowest was at 188 CFU/m3. Other supporting parameters such as room temperature (24.3–30.5°C) met the criteria set by the Ministry of Manpower Regulation No. 5 of 2018. However, some rooms did not meet the humidity requirements (54.6–82.6%), and the light intensity in each room (5.3–261 Lux) complied with the respective workspace criteria. The correlation analysis, using Spearman’s test, indicated that the data was not normally distributed. There was a positive correlation between bacterial growth with room temperature and light intensity, and between fungal growth with humidity. Negative correlations were observed between bacterial growth with humidity and fungal growth with light intensity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Azis As Sajjad
"Beberapa tahun terakhir terjadi penyakit pada tanaman karet yang disebabkan oleh jamur Pestalotiopsis sp yang menyebabkan gugur daun karet secara massif. Pestalotiopsis sp tumbuh dan berkembang pada wilayah dengan curah hujan dan kelembaban udara yang cukup tinggi dan lembab. Kebun Pusat Penelitian Karet Sembawa merupakan kebun yang digunakan dalam melakukan penelitian dan mengembangkan tanaman karet. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara spasial dan temporal fenomena gugur daun tanaman karet akibat Pestalotiopsis sp serta curah hujan dan kelembaban pada wilayah kebun Pusat Penelitian Karet Sembawa. Sentinel 2A merupakan citra satelit yang memiliki resolusi spasial dan temporal yang cukup baik dan sering digunakan dalam melakukan monitoring tanaman khususnya hutan dan perkebunan. NDVI digunakan dalam yang mendeteksi tingkat gugur daun pada tanaman karet melalui citra Sentinel 2A. Curah hujan dan kelembaban didapatkan melalui citra CHIRPS dan SMAP. Terdapat hubungan yang cukup signifikan antara nilai NDVI dengan tingkat gugur daun tanaman karet. Pada Agustus 2020 terjadi gugur daun karet secara alami dengan rendahnya tingkat curah hujan dan kelembaban pada wilayah kebun. Desember 2020, Maret, Mei dan November 2021 terjadi gugur daun akibat serangan Pestalotiopsis sp yang ditandai dengan tingginya nilai curah hujan dan kelembaban. Tingkat gugur daun karet akibat Pestalotiopsis sp memiliki hubungan yang signifikan dengan curah hujan secara spasial dan temporal. Kelembaban tidak memiliki korelasi yang cukup signifikan dengan kejadian gugur daun karet.
......In recent years there has been a disease in rubber plants caused by the fungus Pestalotiopsis sp which causes massive rubber leaf falls. Pestalotiopsis sp grows and develops in areas with high and humid rainfall and humidity. The Sembawa Rubber Research Center garden is a garden for conducting research and developing rubber plants. This study aims to examine the phenomenon of leaf fall of rubber plants due to Pestalotiopsis sp spatially and temporally as well as the influence of rainfall and humidity factors in the garden area. Rubber leaf fall was calculated using the vegetation index and %treecover from Sentinel 2A images and drone images. Rainfall and humidity were obtained through CHIRPS and SMAP images. The results showed a significant relationship between the NDVI value and the leaf fall rate of rubber plants. Rubber leaf fall rate due to Pestalotiopsis sp has a significant relationship with rainfall spatially and temporally. Meanwhile, the humidity did not have a significant correlation with the incidence of rubber leaf falls. Natural leaf fall occurred in August 2020 marked by low levels of rainfall and humidity. December 2020, March, May, and November 2021, leaves fall due to the attack of Pestalotiopsis sp which is characterized by high rainfall and humidity values."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Kadar air biji kakao kering dan kelembaban udara tempat penyimpanan merupakan faktor yang penting dalam penyimpanan bahan pertanian. Masalah teknis yang dihadapi dalam penyimpanan biji kakao kering adalah menjaga kelembaban udara dalam ruang penyimpanan sehingga organisme dan hama tidak merusak biji kakao. Kondisi udara di daerah tropika yang lembab menyebabkan komoditas kakao mudah mengalami kerusakan saat disimpan. Makalah ini mengulas kadar air biji kakao kering hasil perkebunan rakyat, persyaratan penyimpanan biji kakao kering, isotermis sorpsi lembab (ISL) dan berbagai cara penyimpanan biji kakao kering."
600 JITE 1:12 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Adam Dwiputra
"ABSTRAK
Seng oksida (ZnO) adalah salah satu kandidat yang menjanjikan sebagai bahan penginderaan kelembaban karena murah, stabilitas kimia dan termal yang baik, morfologi permukaan yang dapat dikontrol, dan tidak larut dalam air. Namun demikian, sensor kelembaban berbasis ZnO murni memiliki respon yang buruk dan histeresis besar yang membatasi aplikasinya. Untuk mengatasi masalah ini, banyak peneliti telah melaporkan peningkatan kinerja sensor kelembaban ZnO dengan doping, modifikasi permukaan, atau pencampuran dengan bahan lain. Dalam penelitian ini, sensor kelembaban tipe kapasitif dibuat dengan drop-coating larutan tungsten disulfida (WS2) pada ZnO nanorods (ZnO NRs) yang ditumbuhkan pada substrat kaca dengan elektroda indium tin oxide (ITO). Penelitian ini berhasil melakukan eksfoliasi WS2 menjadi material dua dimensi yang terdiri dari 3 lapis dengan celah pita 2,56 eV. Namun demikian selain WS2, fasa WO3 muncul dengan jumlah yang signifikan. Penambahan WS2 nanosheets pada permukaan ZnO nanorods sebagai sensor kelembaban dapat meningkatkan performa sensor kelembapan dimana dapat menurunkan histeresis sensor, meningkatkan respon dan sensitivitas menjadi 378% dan 101,71 fF/RH% pada kelembapan tinggi, sedangkan waktu respon dan pemulihan tidak menunjukan perubahan yang signifikan. Respon kapasitif disebabkan interaksi molekul air yang meningkatkan permitivitas relatif material. Selain itu, adanya akumulasi elektron pada junction interface dapat menjadi penyebab kenaikan laju disosiasi air dan menaikkan respon sensor.

ABSTRACT
Zinc oxide (ZnO) is one of the promising candidates for humidity sensing materials due to its low-cost preparation, good chemical and thermal stability, controllable surface morphology, and low solubility in water. However, pure ZnO based humidity sensors suffer from poor response and large hysteresis that further limit its applications. To overcome this problem, many researchers have reported on improving ZnO based humidity sensor by doping, surface modification, or mixing with other materials. In this study, a capacitive-type humidity sensor was prepared by drop-coating an aqueous solution of exfoliated tungsten disulfide (WS2) onto ZnO nanorods (NRs) grown on glass substrate containing pre-patterned indium tin oxide (ITO) electrode. This study succeeded in exfoliating bulk-WS2 into two dimensional material consisting of 3 layers with a band-gap of 2.56 eV. However, besides WS2, a significant amount of WO3 phase appears. The addition of WS2 nanosheets on the surface of ZnO nanorods resulting in improvement of humidity sensor performance by reducing sensor hysteresis, increased response and sensitivity to 378% and 101.71 fF/RH% at high humidity, while response and recovery time do not show significant changes. Capacitive response is due to the interaction of water molecules which increases relative permitivitty of materials. In addition, the formation of accumulation layer on the junction interface can cause an increase in water dissociation rate and therefore increase in sensor response."
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>