Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pitra Ariesta
"Tujuan: Menilai keamanan rebusan daun sirih terhadap kornea, konjungtiva dan bilik mata depan kelinci New Zealand White Metode: Penelitian ini merupakan uji eksperimental pada kelinci percobaan. Rebusan daun sirih yang diuji terdiri dari 3 konsentrasi yaitu 5%, 10% dan 20%. Penilaian dilakukan secara klinis pada jam ke 1, 24, 48 dan 72. Pemeriksaan histopatologi dilakukan pada jam ke 72. Hasil penelitian akan didasarkan pada protokol The Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) guideline for "Acute Eye Irritation/Corrosion" no 405 Hasil: Hasil pemeriksaan klinis pada mata kelinci untuk semua konsentrasi rebusan daun sirih tidak menunjukkan reaksi toksik pada jam ke 1 - 72. Pada pemeriksaan histopatologis jam ke 72, tidak ditemukan sebukan sel radang maupun kerusakan sel pada kornea dan konjungtiva untuk semua konsentrasi rebusan daun sirih. Kesimpulan: Rebusan daun sirih konsentrasi 5%, 10% dan 20% aman pada mata kelinci untuk pemakaian dalam jangka waktu singkat (72 jam). Penelitian ini sebaiknya dilanjutkan untuk melihat keamanannya pada mata manusia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T57259
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Thoha Rohimi
"Teknisium memiliki peranan yang sangat penting dalam dunia Kedokteran Nuklir Salah satu aplikasinya adalah 99mTc koloid sulfur yang berfungsi sebagai agen diagnosis penunjang status fungsionalitas hati dan limpa Tujuan penelitian ini adalah melakukan formulasi sediaan radiofarmaka 99mTc koloid sulfur serta uji stabilitas dan biodistribusi Sediaan radiofarmaka 99mTc koloid sulfur dibuat dengan mereaksikan Na99mTcO4 dengan Na2S2O3 5H2O dalam asam serta menggunakan gelatin sebagai stabilisator
Dilakukan optimasi terhadap lama waktu pemanasan dan pH sediaan serta uji stabilitas in vitro selama 6 jam pasca rekonstitusi Uji biodsitribusi dilakukan dengan menyuntikkan 0 05 ndash 0 15 mCi 99mTc koloid sulfur secara intra vena pada tiga ekor kelinci domestik Oryctolagus cuniculus domestica jantan Kelinci di scan menggunakan kamera gamma single head dengan mode dinamik selama 20 menit dilanjutkan dengan mode statik selama 5 menit sebanyak tiga kali dengan interval waktu 10 menit
Hasil penelitian menunjukkan sediaan radiofarmaka 99mTc koloid sulfur memiliki kemurnian radiokimia optimum untuk lama waktu pemanasan selama 13 menit dan pada pH 6 3 Uji stabilitas menunjukkan bahwa 99mTc koloid sulfur stabil selama 2 jam pasca rekonstitusi ditunjukkan dengan kemurnian radiokimia yang tinggi yaitu sebesar 92 93 2 14 n 3 Aktivitas maksimum 99mTc koloid sulfur lebih dari 80 ditemukan pada hati dan limpa kelinci pada saat 6 ndash 12 menit setelah injeksi.

Technetium has a wide applications for Nuclear Medicine One of it application is as radiopharmaceutical 99mTc sulfur colloid used for liver and spleen imaging The aim of this research is to formulating radiopharmaceutical 99mTc sulfur colloid and to studying stability and biodistribution profile Radiopharmaceutical 99mTc sulfur colloid was made by using spesific reaction of Na99mTcO4 and Na2S2O3 5H2O on acid environment then stabilized by gelatin
Optimation was done for heating period final pH and chemical stability using in vitro method during 6 hours post reconstitution Biodistribution profile was characterized by intravenously injection of 0 05 ndash 0 15 mCi 99mTc sulfur colloid to 3 male domestic rabbits Oryctolagus cuniculus domestica Rabbit was scanned using single head gamma camera with dynamic mode for 20 minutes and then by static mode for 5 minutes with interval 10 minutes
The results showed that 99mTc sulfur colloid got optimum radiochemical purity during 13 minutes heating at final pH 6 3 Stability testing showed that 99mTc sulfur colloid stable for 2 hours post reconstitution showed by high radiochemical purity 92 93 2 14 n 3 Maximum activity of 99mTc sulfur colloid over than 80 was found at liver and spleen at 6 ndash 12 minutes after injection.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S52373
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sujati Woro Indijah
"ABSTRAK
Clerodendron serratum, Linn merupakan tumbuhan : Asia Tropik yang di Indonesia dikenal sebagai tumbuhan yang banyak digunakan dalam obat-obat tradisional untuk bermacam - macam penyakit, namun pernyataan ini belum didukung oleh hasil-hasil. penelitian yang dapat dipertanggung-jawabkan.
Telah dilakukan percobaan infus dan hasil ekstraksi dari daun Clerodendron serratum, Linn yang berasal dari daerah Kebayoran Lama terhadap tonus usus kelinci terisolasi. Sebagai zat standard dipakai pilokarpin.
Fraksi yang larut dalam air mempunyai pengaruh menaikan tonususus kelinci._terisolasi, oleh karena i tu perlu dilakukan percobaan terhadap manusia untuk membuktikan khasiatnya sebagai obat sakit perut."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1983
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Zaki Bariz Amaanullah
"Latar Belakang: Stres oksidatif adalah keadaan ketidakseimbangan radikal bebas di dalam tubuh dan merupakan penyebab dari berbagai penyakit pada manusia. Salah satu metode yang diduga dapat menurunkan stres oksidatif adalah restriksi kalori atau puasa. Banyak penelitian telah dilakukan mengenai efek puasa terhadap stres oksidatif namun masih terdapat kontroversi mengenai efek puasa terutama puasa berselang dan puasa berkepanjangan terhadap kadar stres oksidatif.
Tujuan: Mengetahui efek dari puasa berselang dan puasa berkepanjangan terhadap kadar malondialdehid (MDA) pada hati dan plasma kelinci New Zealand White.
Metode: Penelitian ini menggunakan 16 ekor kelinci New Zealand White yang dibagi ke dalam tiga kelompok perlakuan yaitu puasa berselang (Intermittent Fasting / IF), puasa berkepanjangan (Prolonged Fasting / PF), dan kelompok kontrol, kemudian diambil sampel plasma dan hatinya. Hati dibuat homogenat. Sampel plasma dan homogenat hati diukur kadar MDA menggunakan spektrofotometri. Hasil pengukuran dianalisis menggunakan uji one-way ANOVA.
Hasil: Terdapat peningkatan signifikan kadar MDA di plasma pada kelompok IF dan PF. Untuk kadar MDA di hati terdapat penurunan pada kelompok IF dan peningkatan pada kelompok PF namun tidak signifikan.
Kesimpulan: Puasa berselang dapat menurunkan kadar MDA pada hati namun dapat meningkatkan kadar MDA pada plasma. Puasa berkepanjangan dapat meningkatkan kadar MDA pada hati dan plasma."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baltazar Bimo Bisara
"ABSTRACT
Tujuan: Menilai keamanan injeksi intrakamera levofloksasin 0,5 sediaan tetes mata dosis tunggal 0,6 mL steril tanpa pengawet pada hewan coba kelinci. Desain: Penelitian ini merupakan uji eksperimental dengan desain paralel, acak, tersamar terhadap hewan coba kelinci albino New Zealand White . Metode: Dua puluh empat mata dari dua belas ekor kelinci dibagi kedalam ketiga kelompok, kelompok pertama LFX mendapat perlakuan injeksi intrakamera levofloksasin 0,5 sediaan tetes mata dosis tunggal steril tanpa pengawet 0,6 mL n = 6 , kelompok kedua CRAV mendapat injeksi intrakamera levofloksasin 0,5 sediaan tetes mata botol 5 mL n = 6 dan kelompok ketiga BSS mendapat balanced salt solution intrakamera sebagai kontrol n = 12 . Hasil: Skor klinis pada hari 1, 3, 5, dan 7 tidak menunjukkan adanya perbedaan antara ketiga kelompok. Perubahan klinis maksimal yang ditemukan berupa kekeruhan kornea ringan serta sel dan flare ringan dalam bilik mata depan. Pemeriksaan histopatologi tidak menunjukkan adanya perbedaan statistik kelainan akibat efek toksik yang signifikan pada semua kelompok. Vakuolisasi endotel ditemukan pada semua kelompok sehingga tidak signifikan sebagai perubahan akibat efek toksik. Kesimpulan: Injeksi intrakamera 0,1 mL levofloksasin 0,5 dalam sediaan tetes mata dosis tunggal 0,6 mL steril tanpa pengawet memiliki keamanan yang sama dengan sediaan tetes mata botol 5 mL tanpa pengawet pada mata hewan coba kelinci dalam hal perubahan klinis dan histopatologis.
"
"
"ABSTRACT
"
Purpose To evaluate the safety of intracameral injection of levofloxacin 0,5 eye drop single dose 0,6 mL preservative free LFX on rabbit eye. Methods This was an experimental, pararel, and randomized study. Twenty four eyes of twelve New Zealand White rabbit were divided to three groups. First group LFX were treated with 0,1 mL intracameral injection levofloxacin 0,5 eye drop single dose 0,6 mL preservative free n 6 , second group CRAV were treated with 0,1 mL intracameral levofloxacin 0.5 eye drop bottle 5 mL preservative free n 6 , and third group BSS were treated with 0,1 mL intracameral injection balanced salt solution n 12 . The clinical evaluation was performed on day 1st, 3rd, 5th and 7th. Each eye was enucleated on day 7th and underwent histopathology examination. Results The clinical scores among three groups did not show any significant difference on day 1st, 2nd, 3rd, and 7th p 0.05 . Mild corneal opacity, mild cells and flares in anterior chamber were the only noted in clinical scores. Histopathology score demonstrated no statistically significant difference between three groups p 0.05 . Vacuolization of corneal endothelial cells were notes in all groups, but not statistically significant.Conclusion Intracameral injection of levofloxacin 0.5 eye drop single dose 0.6 mL preservative free was safe to rabbit eye, in clinical and histopathology scores, similar with levofloxacin 0.5 eye drop bottle 5 mL preservative free"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Azura Tiffany
"Film dark-comedy Jojo Rabbit karya Taika Waititi membahas isu rasisme dan radikalisme. Film Jojo Rabbit menjadi salah satu bentuk kritik terhadap isu tersebut. Dari sudut pandang anak berusia 10 tahun, film Jojo Rabbit menunjukkan kepada penonton bagaimana isu-isu yang menjadi polemik dibahas melalui komedi. Dengan menggunakan teori humor Arthur Asa Berger, penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan bagaimana humor dapat terbentuk dalam film Jojo Rabbit dan bagaimana humor memberi makna pada kritik sosial.

The dark-comedy film Jojo Rabbit by Taika Waititi discusses the issue of racism and radicalism. The film Jojo Rabbit became a form to criticize these issues. From the point of view of a 10 year old child, the film Jojo Rabbit shows the audience how issues that become polemic are discussed through comedy. Using Arthur Asa Berger's theory of humor, this study aims to show how humor can be formed in the film Jojo Rabbit and how humor gives meaning to social criticism."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Elisabeth Irma Dewi K.
"Endoftalmitis merupakan kegawatdaruratan dibidang mata yang bila tidak ditangani cepat akan mengalami penurunan tajam penglihatan bahkan kebutaan. Fasilitas vitrektomi sebagai terapi baku emas jarang tersedia di RS begitupula antibiotika (seftazidim) intra vitreal belum tersedia secara komersil dengan dosis yang sesuai, sehingga perlu diracik dan dapat berisiko meningkatkan kontaminasi atau kesalahan pengenceran. Tujuan mencari alternatif antibiotika intra vitreal untuk pengobatan endoftalmitis akibat Pseudomonas aeruginosa. Metode menggunakan dua belas kelinci New Zealand White terbagi dua kelompok (n=6). Dibentuk endophthalmitis dengan injeksi intra vitreal P. aeruginosa 2x105 CFU/0,1mL. Kelompok A mendapat intra vitreal levofloksasin 0,5% 0,1mL dan kelompok B mendapat intra vitreal seftazidim 2,25 mg/0,1 mL setelah 24 jam inokulasi bakteri. Penilaian klinis dilakukan hari ke-1 hingga ke-6. Pada hari ke-6 dilakukan pemeriksaan mikrobiologi dan histopatologik.
Hasil selisih skor klinis hari ke-1 dan 6 kedua kelompok tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Terdapat 2 kelinci mengalami perbaikan di kelompok levofloksasin namun secara statistik tidak bermakna. Penghitungan jumlah bakteri memberikan hasil kelompok A dan kelompok B mengalami penurunan menjadi 1,5x102 (4x101-7,3x103) CFU/0,1mL dengan hasil yang tidak berbeda bermakna begitu pula dengan skor pemeriksaan histopatologik. Kesimpulan yang didapatkan injeksi intra vitreal tetes mata levofloksasin 0,5% 0,1mL sama efektif dengan seftazidim dan dapat dijadikan alternatif dalam terapi endoftalmitis akibat P. aeruginosa.

The purpose of this study was to find and evaluate intravitreal 0.5% levofloxacin as an alternative treatment for Pseudomonas aeruginosa endophthalmitis in an experimental model. Twelve New Zealand White rabbits were divided into two groups (n = 6 in each). Vitreous cavity of the right eye was inoculated with 2x105 CFU / 0,1mL of Pseudomonas aeruginosa suspension. Group A treated with intravitreal 0.5% levofloxacin and group B received intravitreal injection of 2.25 mg / 0.1 mL ceftazidime. Results showed mean clinical assessment scores in both groups were similar at 24 hours after inoculation (p> 0.05). Clinical score at day 1 and day 6 do not show any significant difference. Two rabbits experienced improvement in the levofloxacin group but there was no statistically significant difference. The number of microbiological bacteria results in group A and group B were decreased to 1,5x102 (4x101-7,3x103) CFU/ 0,1mL, but microbiological analysis and histopathological scoring demonstrated no statistically significant difference between both group (for each, P>0,05). The conclusion in this sudy was intra vitreal 0,5% levofloxacin ophthalmic appeared to be effective in the treatment of Pseudomonas aeruginosa endophthalmitis in rabbits, but was not superior to intravitreal ceftazidime administration. Therefore, intravitreal 0,5% levofloxacin may be a useful alternative to ceftazidime for Pseudomonas aeruginosa endophthalmitis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nada Huaida
"Penelitian yang bertujuan untuk menguji aktivitas antifeedant ekstrak kasar Dolabella auricularia telah dilakukan pada tanggal 4-10 Mei di Perairan Pulau Pramuka, Taman Nasional Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Sampel Dolabella auricularia diekstrak dengan metanol, menghasilkan persentase ekstrak kasar sebesar 4,8 dan memiliki konsentrasi fisiologis dari Dolabella auricularia yaitu 40mg/mL. Uji antifeedant dilakukan dengan menggunakan pakan uji yang mengandung ekstrak kasar Dolabella auricularia yang dicampur jeli dan pelet, untuk pakan kontrol positif mengandung jeli dan pelet sedangkan pakan kontrol negatif hanya mengandung jeli. Pengujian dilakukan di rataan terumbu karang dekat Dermaga Utama Pulau Pramuka dan dekat Dermaga Odi Pulau Pramuka pada kedalaman 3-5 m. Hasil uji statistik Chi-kuadrat pada taraf signifikasi 0,01 menunjukkan bahwa pemberian ekstrak kasar Dolabella auricularia berhubungan dengan perilaku makan ikan karang Berdasarkan hal tersebut maka ekstrak kasar Dolabella auricularia positif memiliki aktivitas antifeedant terhadap ikan karang.

A study that aimed to test antifeedant activity from Dolabella auricularias crude extract was conducted on May 4th 10th Mei 2018 in Pramuka Island Waters, Kepulauan Seribu National Park, DKI Jakarta. Samples of Dolabella auricularia was extracted with methanol to yield the 4,8 of crude extract which is equal to 40mg mL of physiological concentration. The antifeedant assay was conducted by using artificial foods that contained the Dolabella auricularias crude extract mixed with jellies and pellets for feeding test, positive control foods contained both of jellies and pellets, and negative control foods contained jellies only. The experiments was conducted on the coral reefs near Pramuka Islands Main Pier and Ody Pier at 3,5 m depth. Chi square analysis 0,01, result showed that there are effects to the feeding preferences of the treatments on reef fishes. This means that the crude extract from Dolabella auricularia has an antifeedant activity against reef fishes."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hardian Gunardi
"Latar belakang: Sel punca mesenkim (SPM) telah menjadi salah satu alternatif untuk menghambat proses fibrosis dan memperbaiki fungsi hati. Berbagai jalur dapat digunakan untuk pemberian SPM, namun belum banyak studi yang membandingkan jalur pemberian. Pada studi ini dibandingkan pemberian SPM intrahepatika dan intrasplenika terhadap fungsi hati dan derajat fibrosis hati Oryctolagus cuniculus ligasi duktus bilier.
Metode penelitian: Penelitian ekperimental dengan menggunakan model hewan kelinci (Oryctolagus cuniculus) yang dilakukan ligasi duktus bilier (LDB). Kelinci dibagi ke dalam 4 kelompok, yaitu kelompok sham surgery, LDB, injeksi SPM intrahepatika(LDB + SPM IH) dan injeksi SPM intrasplenika (LDB + SPM IS). Injeksi SPM tali pusat dilakukan pada hari kelima LBD, kemudian kelinci diobservasi sebelum diterminasi seluruhnya pada hari ke-14. Dinilai fungsi hati yang dinilai dengan kadar serum AST, ALT, bilirubin total dan direk, serta derajat fibrosis hati yang dinilai dengan skor Laennec.  
Hasil penelitian: Dari total 23 kelinci, dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok sham 2 ekor dan masing-masing 7 ekor untuk kelompok LDB, LDB + SPM IH, dan IS. Didapatkan mortalitas sebesar 57,1% pada kelompok LDB, mortalitas 14,3% pada kelompok LDB + SPM IH dan mortalitas 28,6 pada kelompok LDB + SPM IS sebelum penelitian selesai. Tidak didapatkan perbedaan yang bermakna untuk fungsi hati seperti AST, ALT, bilirubin total, dan direk antarkelompok, namun terkesan median fungsi hati pada kelompok LDB lebih tinggi dibanding sham surgery, serta median kelompok LDB + SPM IH dan IS lebih menyerupai normal. Fungsi hati tampak lebih baik pada kelompok LDB + SPM IS dibanding LDB + SPM IH, meskipun secara statistik tidak bermakna. Pemeriksaan histopatologi kelinci yang dilakukan ligasi duktus bilier menunjukkan derajat fibrosis Laennec 4B, yang tidak berbeda antar ketiga kelompok. Area fraction fibrosis, jumlah hepatosit yang viabel dan nekrosis, serta jumlah sel progenitor dianalisis, tidak terdapat perbedaan yang ditemukan antara kelompok LDB + SPM IH dan LDB + SPM IS, namun kelompok yang diberikan SPM memiliki jumlah hepatosit viabel yang lebih banyak dibandingkan kelompok LDB.
Kesimpulan: Pemberian SPM intrahepatika dan intrasplenika tidak berpengaruh pada fungsi hati dan derajat fibrosis hati Oryctolagus cuniculus pascaligasi duktus bilier. Pemberian SPM akan meningkatkan jumlah hepatosit yang viabel pada model cuniculus pascaligasi duktus bilier.

Background: Mesenchymal stem cell (MSC) becomes an alternative to attenuate liver fibrosis and to improve liver function. A couple of administration route had been studied, but few compared one to another. This study aims to compare intrahepatic and intrasplenic route of administration of MSC in regards of liver function and degree of liver fibrosis in Oryctolagus cuniculus bile duct ligation model.
Method: This is an experimental study using rabbit (Oryctolagus cuniculus) bile duct ligation model. The subjects were randomized into 4 groups: sham surgery, bile duct ligation (BDL), intrahepatic route of MSC (BDL + MSC IH), and intrasplenic route of MSC (BDL + MSC IS). Umbilical cord MSC was administered in the fifth day of bile duct ligation, and the subject was observed until terminated on 14th day post BDL. The liver function, such as AST, ALT, total and direct bilirubin were evaluated, and the degree of fibrosis was evaluated with Laennec score. 
Result: The subjects were grouped into 4 group: 2 sham surgery, and each had 7 in BDL, BDL + MSC IH and BDL + MSC IH groups. Mortality rate in control group was 57,1%, mortality in BDL + MSC IH group was 14,3% and in BDL + MSC IS group was 28,6%. No significant difference was found regarding liver function in each group such as AST, ALT, total and direct bilirubin, but the median of liver function in BDL group seemed worse than in sham sugery group, and the median of liver function in BDL + MSC IH and BDL + MSC IS groups were closed to sham operated (normal). Liver function seemed to be better in BDL + MSC IS group compared to BDL + MSC IH group, but showed no statistical difference. Histopathology examination in subjects undergone bile duct ligation (regardless of MSC) show the degree of fibrosis of Laennec 4B. Fibrosis area fraction, the number of viable and necrosis hepatocyte, and progenitor cell are analysed; no significant difference was found between BDL + MSC IH and BDL + MSC IS group, but the group administered with MSC shows larger number of viable hepatocyte compared to BDL group.
Conclusion: Administration of intrahepatic or intrasplenic MSC did not show significant improvement the liver function and liver fibrosis in Oryctolagus cuniculus bile duct ligation model. Administration of MSC would increase the number of viabel hepatocyte in Oryctolagus cuniculus bile duct ligation model.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Aprilla Hamid
"Sebagai pembentuk struktur tubuh, tulang dapat mengalami kerusakan yang disebabkan kecelakaan atau faktor usia. Oleh sebab itu, studi serta penelitian tentang material pengganti tulang telah banyak dilakukan, salah satunya biokomposit Hidroksiapatit/Kolagen. Sebelum melakukan implantasi pada tulang manusia, prosedur awal untuk memastikan material implan memiliki sifat biokompatibel, biaoktivitas, dan osteokonduktif adalah menggunakan model hewan sebagai percobaan implantasi tulang (Studi In-Vivo) setelah memastikan bahwa biomaterial tidak toksik. Model hewan yang dipilih adalah hewan yang memiliki kesamaan karakter tulang dengan tulang manusia, seperti kelinci New Zealand. Preparasi studi in-vivo dilakukan dengan mengkarakterisasi tulang kelinci dan material implan Hidroksiapatit-Kolagen menggunakan mikroskop optik digital yang kemudian dianalisa menggunakan ImageJ untuk mengetahui karakteristik profil histogram. Dari 4 sampel tulang kelinci yang digunakan pada penelitian ini, yaitu tulang tibia, tulang femur, tulang ilium, dan tulang dada, yang telah dikarakterisasi menggunakan mikroskop optik, pada tulang femur dan tibia diketahui memiliki karakter persebaran pori yang sama, yaitu persebaran pori akan meningkat saat mendekati sumsum tulang dan pada daerah trabekular tulang yang disebut daerah spongy bone. Pada tulang ilium persebaran pori akan meningkat saat mendekati permukaan. Sedangkan pada tulang dada, tulang dipenuhi oleh pori dengan ukuran besar, hanya sedikit bagian tulang yang memiliki persebaran pori rendah. Hal ini menandakan bahwa struktur tulang dada lebih rapuh dibandingkan 3 sampel tulang yang lainnya. Berdasarkan profil histogram yang didapatkan, intensitas keabuan pellet memiliki kecocokan nilai intensitas keabuan dengan tulang tibia.

As forming the structure of the body, bones can be damaged due to accidents or age factors. Therefore, many studies and research on bone replacement materials have been carried out, one of which is Hydroxyapatite-Collagen biocomposite. Prior to direct implantation of human bone, the initial procedure to ensure the implant material has biocompatible, bioactivity and osteoconductive properties is to use animal models as bone implantation experiments In-Vivo Studies after confirming that the biomaterial is non-toxic. The animal model chosen is an animal that has similar bone characteristics to human bones, such as the New Zealand rabbit. In-vivo study preparation was carried out by characterizing rabbit bone and Hydroxyapatite-Collagen implant material using a digital optical microscope which was then analyzed using ImageJ to determine the characteristics of the histogram profile. Of the 4 rabbit bone samples used in this study, namely the tibia bone, femur bone, ilium bone, and breastbone, which have been characterized 2 using an optical microscope, the femur and tibia bones are known to have the same pore distribution character, the pore distribution will increase as it approaches the bone marrow and in the trabecular area of the bone called the spongy bone area. In the ilium bone, the pore distribution will increase as it approaches the surface. Whereas in the sternum, the bone is filled with large pores, only a few parts of the bone have a low pore distribution. This indicates that the breastbone structure is more fragile than the other 3 bone samples. From the histogram profile obtained, based on the gray intensity, the pellet has a match with the gray intensity value with the tibia bone."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>