Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Noerid Haloei R.
Abstrak :
ABSTRAK
Masih terdapat ketidakmerataan kematian pada anak di Indonesia, baik angka kematian neonatal AKN , bayi AKB , dan balita AKBA yang terjadi pada semua dimensi ketidakmerataan meliputi jenis kelamin anak, umur anak, pendidikan ibu, status ekonomi keluarga, tempat tinggal, dan antarprovinsi. Untuk itu diperlukan kuantifikasi ketidakmerataan guna perencanaan fokus program. Studi ini adalah analisis data sekunder SDKI dari tahun 1994 sampai 2012. Analisis data menggunakan aplikasi Health Equity Assessment Toolkit HEAT . Hasil menunjukkan kejadian kematian pada anak di Indonesia mengalami penurunan dari tahun 1994 sampai tahun 2012 dengan selisih terbesar pada AKBA kemudian AKB dan paling kecil pada AKN. Kematian pada anak tertinggi terjadi di umur neonatal, tersering pada jenis kelamin anak laki-laki, banyak pada kelompok anak dengan ibu tidak sekolah, berasal dari keluarga kuintil miskin, terjadi di pedesaan, dan perlu perhatian di wilayah timur Indonesia. Ukuran difference berkisar antara 4 pada AKN berdasarkan jenis kelamin anak tahun 1997 dan 2002 sampai 123 pada AKBA berdasarkan provinsi tahun 1994 kematian per1000 kelahiran hidup. Sementara ukuran rasio berkisar antara 1,1 pada AKB berdasarkan jenis kelamin anak tahun 2002 sampai 6,6 pada AKBA berdasarkan provinsi tahun 1994 . Ketidakmerataan angka kematian balita di Indonesia merupakan yang tertinggi dibandingkan negara lain dengan benchmark yang sama.
ABSTRACT
There remains an inequality of deaths among children in Indonesia both neonatal mortality rate NMR , infant IMR , and under five U5MR . Inequality occurs in all dimensions including child rsquo s sex, child 39 s age, maternal education, family economic status, residence, and interprovincial. It calls for description of inequality quantification for focus program setting. This study is a secondary data analysis using Health Equity Assessment Toolkit HEAT application with IDHS source from 1994 to 2012. The results show that the child mortality rates in Indonesia depict a decrease from 1994 to 2012 with the largest mortality difference in U5MR and then IMR and at least NMR. The highest child mortality occurred at neonatal period, most common in boys, many in group of children with non school mothers, coming from poor quintile, rural, and attention in eastern Indonesia. The indicator of difference ranges from 4 at NMR by child rsquo s sex in 1997 and 2002 to 123 at U5MR by interprovincial in 1994 deaths per 1000 live births, while the ratio sorts between 1.1 at IMR by child rsquo s sex in 2002 until 6.6 at IMR by interprovincial in 1994 . The inequality of under five mortality rate in Indonesia is the highest compared to other countries with the same benchmark.
2017
S67839
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmawaty
Abstrak :
Latar belakang: angka kematian akibat pneumonia pada anak masih tinggi. Studi melaporkan bahwa kasus kematian anak yang dirawat di rumah sakit karena pneumonia bervariasi dari 8,7% hingga 47%, lebih dari 70% berlangsung di Afrika dan Asia Tenggara. Banyak dilaporkan pasien datang dengan kondisi yang berat karena keterlambatan penanganan, hingga menyebabkan kematian.Oleh karena itu, studi yang mempelajari faktor risiko kematian pada pneumonia anak  perlu dilakukan. Metode: penelitian ini merupakan studi retrospektif dengan mengambil data rekam medis pasien anak usia 2 bulan sampai 18 tahun yang tercatat sebagai penderita penyakit pneumonia pada periode Juli 2021 – Mei 2022. Faktor yang didata meliputi faktor klinis dan pemeriksaan penunjang yang mendukung diagnosis. Hasil: subyek penelitian didapatkan sebanyak 207 pasien dengan luaran pasca rawat inap meninggal sebanyak 33 (15,9%) pasien dan hidup sebanyak 174 (84,1%) pasien. Hasil analisis multivariat menunjukkan faktor risiko yang berhubungan dengan kematian pneumonia anak adalah kesulitan makan minum (aOR 2,743 IK 95% (1,219-6,172); p 0,012), komorbid keganasan (aOR 2,500 IK 95% (1,094-5,712); p 0,026), takipneu (aOR 2,711 IK 95% (1,263-5,817); p 0,009), hipoksemia (aOR 2,323 IK 95% (1,021-5,284); p 0,041),  dan leukositosis (aOR 2,245 IK 95% (1,038-4,856); p 0,037). Simpulan: pasien pneumonia anak yang mengalami kesulitan makan minum, memiliki komorbid keganasan, takipneu, hipoksemia, dan leukositosis berisiko mengalami kematian. ......Background: the mortality rate of pneumonia in children still elevated. Studies reported that cases of child mortality in hospitalized patient due to pneumonia vary from 8.7% to 47%, more than 70% from Africa and Southeast Asia. Many patients reported coming with severe conditions due to delays in treatment, causing death. Therefore, research that study the   factors that contribute to  mortality in pediatric pneumonia patients is needed. Methods: This study is a retrospective study by taking medical records of pediatric patients aged 2 months to 18 years who were diagnosed as pneumonia in the period July 2021 - May 2022. The factors recorded included clinical factors and diagnostic examinations that supported the diagnosis. Results: this study consisted of 207 pneumonia patients with post-hospital outcomes died as many as 33 (15.9%) patients and lived as many as 174 (84.1%) patients. The results of multivariate analysis showed the risk factors associated with mortality of pediatric pneumonia were difficulty eating and drinking (aOR 2.743 CI 95% (1,219-6,172); p 0.012), comorbid malignancy (aOR 2,500 CI 95% (1.094-5.712); p 0.026), tachypnea (aOR 2.711 CI 95% (1,263-5.817); p 0.009), hypoxaemia (aOR 2.323 CI 95% (1.021-5.284); p 0.041), and leukocytosis (aOR 2,245 CI 95% (1.038-4.856); p 0.037 ). Conclusion: pediatric pneumonia patients who have difficulty eating and drinking, have comorbid malignancy, tachypnea, hypoxemia, and leukocytosis are at risk of death.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library