Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nur Anis Hidayah
Abstrak :
Eceng gondok (Eichhornia crassipes) merupakan gulma perairan karena mengganggu ekosistem air. Untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan berbagai upaya dilakukan salah satunya dengan pembuatan Carboxymethyl Cellulose (CMC). Potensi eceng gondok menjadi CMC cukup besar karena kandungan selulosanya yang cukup tinggi. Proses pembuatan CMC ini diawali dengan isolasi selulosa eceng gondok kemudian mereaksikannya dengan NaOH pada berbagai variasi konsentrasi 10% dan 35% dan ClCH2COONa dalam suatu media reaksi. Pada penelitian ini digunakan campuran pelarut isopropanol-isobutanol sebagai media reaksi dengan variasi komposisi 20:80. 40:60, 50:50, 60:40, 80:20. Dari penelitian diperoleh CMC dengan kondisi optimum pada konsentrasi NaOH 10% dengan kemurnian tertinggi 90,9% pada komposisi alkohol 80:20 dan viskositas tertinggi 157,5 cP pada komposisi alkohol 50:50.
Water hyacinth is one of aquatic weeds because its disturb aquatic ecosystem. Many efforts were made to reduce the negative impact of these plants, which one of them with manufacturing of Carboxymethyl Cellulose (CMC). Water hyacinth has high potential to be CMC because it cellulose content is very high. CMC manufacture process start with cellulose isolation and reacting it cellulose with NaOH and NaMCA in isopropanol-isobutanol as reaction medium. Experiment variation are NaOH concentration at 10% and 35% w/v and isopropanol-isobutanol composition at 20:80, 40:60, 50:50, 60:40, and 80:20. From this experiment, optimum condition of CMC production is 10% w/v NaOH concentration with maximum viscosity 157,5 cP at 80:20 alcohol composition and maximum purity 90,9% at 50:50 alcohol composition.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53699
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manihuruk, Agatha Cornelia
Abstrak :
ABSTRAK
Metastasis kanker tulang menyebabkan rasa nyeri yang sangat kuat pada tulang. Salah satu alternatif pengobatan terbaik saat ini adalah radioterapi internal dengan menggunakan radiofarmaka lutesium-177 etilen diamin tetra metilen fosfonat 177Lu-EDTMP . Dalam penelitian ini dilakukan penandaan 177Lu-EDTMP dengan mereaksikan ligan EDTMP dengan 177Lu. Lu-177 dalam bentuk 177LuCl3 diperoleh dengan cara iradiasi neutron Lu2O3 kemudian dilakukan uji kemurnian radionuklida dan radiokimia. EDTMP disiapkan dalam bentuk kit dengan metode pengeringan beku. Optimasi penandaan dilakukan dengan beberapa variabel seperti rasio mol 177Lu:EDTMP, konsentrasi larutan, waktu inkubasi, dan suhu inkubasi. Setelah dilakukan penandaan maka dilakukan uji kemurnian radiokimia dengan menggunakan sistem kromatografi kertas ITLC-SG dengan fase gerak NH4OH : Metanol : Air = 0,2 : 2 : 4 v;v;v yang telah diujikan terlebih dahulu. Penandaan yang paling optimal dilakukan pada rasio mol 177Lu:EDTMP 1:10 yang dilarutkan dengan 1 ml air steril dengan waktu inkubasi 20 menit pada suhu 37oC dengan hasil kemurnian 99.0 0.4 . Uji stabilitas selama 6 jam menghasilkan kemurnian radiokimia ge;95 menunjukkan bahwa sediaan stabil saat penyimpanan di lemari es 4-8oC.
ABSTRACT
Metastatic bone cancer causes very strong bone pain. One of the best alternative treatments is internal radiotherapy using radiofarmaka lutetium 177 ethylene diamin tetra methylene phosphonate 177Lu EDTMP . In this study, radiolabelling was done by reacting EDTMP ligand with 177Lu. Lu 177 in the form of 177LuCl3 was obtained by means of target thermal neutron irradiation of Lu2O3 then the purity of radionuclide and radiochemistry were tested. EDTMP was prepared in the form of a kit by the freeze drying method. The optimization was performed with several variables such as the 177Lu EDTMP mole ratio, the concentration of the solution, the incubation time, and the incubation temperature. After radiolabelling, radiochemical purity test was performed using ITLC SG paper chromatography system with NH4OH Methanol Water 0.2 2 4 v v v as eluent which has been tested first. The optimum radiolabelling was performed on the 177Lu EDTMP mole ratio 1 10 dissolved with 1 ml of sterile water with incubation time 20 minutes at 37 C with 99.0 0.4 purity. A stability test of 6 hours yields a radiochemical purity of ge 95 indicating that the preparation is stable during storage in the refrigerator 4 8 C.
2017
S67851
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Kristiana
Abstrak :
Keamanan obat tidak hanya bergantung pada bahan aktif obat itu sendiri tetapi juga bergantung pada cemaran yang terkandung di dalamnya. 1,2,3,9-Tetrahidro-9-metil-3-metilen-4H-karbazol-4-one, atau sering disebut Ondansetron Cemaran D merupakan cemaran pada Ondansetron yang dapat membahayakan kesehatan manusia jika nilainya diatas batas minimum (0,1%) karena bersifat racun. Metode analisis kualitatif dan kuantitatif Ondansetron Cemaran D yang selektif dan akurat perlu dikembangkan untuk menjamin kualitas obat. Analisis kualitatif dan kuantitatif cemaran pada obat sering kali tidak dapat dilakukan karena terkendala harga baku pembanding cemaran yang mahal. Penelitian ini bertujuan mendapatkan Ondansetron Cemaran D yang memenuhi syarat karakterisasi dan kemurnian sebagai calon baku pembanding cemaran; serta mendapatkan metode analisis cemaran Ondansetron Cemaran D baik secara kualitatif maupun kuantitatif pada Ondansetron Tablet yang valid secara KCKT. Metodologi penelitian dilakukan dengan cara menghidrolisis Ondansetron dalam suasana basa dengan konsentrasi NaOH 1M selama 30 jam pada suhu 80oC. Hasil hidrolisis Ondansetron Cemaran D yang terbentuk sebesar 34,38% (n=20, SD=1,10%, RSD=3,19%). Ondansetron Cemaran D hasil degradasi telah berhasil disolasi dengan pelarut etil asetat dan eluen heksan-etil asetat (6:4). Isolat Ondansetron Cemaran D dikarakterisasi menggunakan Spektroskopi Inframerah, Kromatografi Gas Spektroskopi Massa, KCKT-DAD, dan 1H-NMR, 13C-NMR, 2D-NMR. Kemurnian Ondanseton Cemaran D diukur menggunakan KCKT-DAD dan diperoleh purity index sebesar 1,0000 dan kemurnian sebesar 99,50% (n=20, SD= 0,11%, RSD=0,11%), dan secara DSC diperoleh kemurnian sebesar 99,66% dan titik leleh sebesar 127,66oC. Parameter validasi metode analisis secara KCKT berupa spesifisitas/selektifitas, uji kesesuaian sistem, linieritas dan rentang, akurasi, ketegaran dan LOD/LOQ. Hasil validasi memenuhi syarat kriteria keberterimaan pada semua parameter validasi dan dapat digunakan sebagai metode kualitatif dan kuantitatif untuk uji Ondansetron Cemaran D pada sampel Ondansetron Tablet. Ondansetron Cemaran D diaplikasikan dalam uji kualitatif dan kuantitatif pada sampel Ondanetron Tablet dan membuktikan adanya Ondansetron Cemaran D pada sampel. ...... Drug safety does not only depend on the active ingredient of the drug itself but also depends on the contamination contained in it. 1,2,3,9-Tetrahidro-9-methyl-3-methylene-4H-carbazol-4-one, or often called Impurity D Ondansetron is contamination on Ondansetron which can endanger human health if the value is above the minimum (0.1 %) due to it is toxicity. The qualitative and quantitative methods of selective and accurate Impurity D Ondansetron need to be developed to ensure the quality of the drug. Qualitative and quantitative analysis of drug contamination is often not possible due to it is constrained by the high-price of standart contaminant. The aim of this study is to obtain Impurity D Ondansetron that fullfilled requirements for characterization and purity as candidate for standard impurity; and obtain a method of analysis of Impurity D Ondansetron both qualitatively and quantitatively on tablet Ondansetron which is valid in HPLC. The research experiments were carried out by hydrolyzing Ondansetron in alkaline condition with optimum concentration NaOH 1M for 30 hours at 80oC. The result of hydrolysis of Impurity D Ondansetron was 34.38% (n = 20, SD = 1.10%, RSD = 3.19%). Impurity D Ondansetron from degradation was succesfully isolated by ethyl acetate as a solvent and hexane-ethyl acetate (6:4) as a eluent. Impurity D Ondansetron was characterized using Infrared Spectroscopy, Mass Spectroscopic Gas Chromatography, KCKT-DAD, and 1H-NMR, 13C-NMR, 2D-NMR. The purity of Impurity D Ondanseton was measured using KCKT-DAD and obtained purity index of 1.0000 and purity of 99.50% (n = 20, SD = 0.11%, RSD = 0.11%), and DSC purity of 99.66% and melting point of 127.66oC. The validation parameter of the HPLC analysis method involve specificity/selectivity, system suitability test, linearity and range, accuracy, robustnes and LOD / LOQ. The results have fullfilled the quality requirement for all validation parameters and can be used as a qualitative and quantitative method for testing Impurity D Ondansetron on Ondansetron Tablets. Impurity D Ondansetron was applied in qualitative and quantitative tests on Ondansetron tablets and proven the presence of Impurity D Ondansetron in the sample.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T54497
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sony Sukmara
Abstrak :
Titanium dioksida (TiO2) adalah bahan baku yang sangat dibutuhkan sebagian besar industri kimia. Titanium dioksida ini dapat diperoleh salah satunya dari ekstraksi pasir besi yang kaya akan titanium. Potensi yang besar ini dimiliki oleh pemerintah Kabupaten Pandeglang Banten, dimana bahan baku berupa pasir besi yang melimpah teridentifikasi bahwa pasir besi Pandeglang mengandung ilmenit (FeTiO3) mencapai 66,64 % dan titanomagnetit (Fe2TiO4) mencapai 19,20%. FeTiO3 ini menjadi bahan baku utama dalam penelitian ini. FeTiO3 diekstraksi menjadi TiO2 dengan metoda hidrometalurgi melalui perlakuan leaching asam sulfat H2SO4. Selanjutnya, proses reduksi logam Ti dari bahan baku TiO2 hasil dari ekstraksi pasir besi lokal, dengan metoda kombinasi antara metoda Kroll dan metoda OS (Ono K., dan Suzuki R.O.). TiO2 tersebut dilebur dengan CaCl2 pada suhu 950 ºC selama 6 jam. Proses pemurnian Ti dengan melibatkan reduksi Ca dari TiO2 dan elektrolisis CaO dalam pencairan CaCl2. Penelitian ini berhasil mengekstraksi TiO2 fasa anatase dengan tingkat kemurnian mencapai 98,3%. Kemurnian TiO2 yang relatip rendah ini berhasil ditingkatkan dengan menvariasikan konsentrasi H2SO4 berturut-turut sebesar 45, 50, 55, 60, dan 65 %. TiO2 yang dihasilkan, memiliki tingkat kemurnian berkisar dari 98.3% hingga 99.5% dengan tingkat recovery 60,37% hingga 77,97 %. Konsentrasi larutan H2SO4 optimum adalah 60 % menghasilkan TiO2 dengan tingkat kemurnian sebesar 99,50% dan recovery 77,97 %. Hasil proses reduksi TiO2 menjadi logam Ti dilakukan dengan menerapkan metode Kroll kombinasi dengan metode OS (Ono K., Suzuki R.O.) menunjukkan bahwa telah berhasil diperoleh logam Ti dengan tingkat kemurnian mencapai 97,29% dan recovery 86,32 %. Disimpulkan bahwa pasir besi yang terdapat di Kabupaten Pandeglang mengandung mineral ilmenit dan titanomagnetit yang kaya unsur Ti. Metode ekstraksi yang telah dilakukan dalam penelitian ini bisa ditingkatkan pada skala pilot project. ......Titanium dioxide (TiO2) is a much-needed raw material for most chemical industries. Titanium dioxide can be obtained from the extraction of iron sand which is rich in titanium. Where raw materials in the form of abundant iron sand identified contains ilmenite (FeTiO3) reaching 66.64% and titanomagnetite (Fe2TiO4) reaching 19.20%. FeTiO3 is the main raw material in this research. FeTiO3 was extracted into TiO2 by hydrometallurgical method through sulfuric acid leaching treatment H2SO4. Furthermore, the Ti metal reduction process from the TiO2 raw material resulting from the extraction of local iron sand, using a combination method between the Kroll method and the OS method (Ono K., and Suzuki R.O.). The TiO2 was melted with CaCl2 at 950 ºC for 6 hours. The Ti purification process involved the reduction of Ca from TiO2 and the electrolysis of CaO in the CaCl2 melt. This study successfully extracted anatase phase TiO2 with a purity level of 98.3%. The purity of this relatively low TiO2 was successfully improved by varying the concentration of H2SO4 successively by 45, 50, 55, 60, and 65%. TiO2 produced, has a purity level ranging from 98.3% to 99.5% with a recovery rate of 60.37% to 77.97%. The optimum concentration of H2SO4 solution is 60% to produce TiO2 with a purity level of 99.50% and recovery of 77.97%. The results of the TiO2 reduction process into Ti metal carried out by applying the Kroll method combined with the OS method (Ono K., Suzuki R.O.) showed that Ti metal was successfully obtained with a purity level of 97.29% and a recovery of 86.32%. It was concluded that the iron sand found in Pandeglang Regency has the potential as a source of Ti. The extraction method that has been carried out in this study can be applied on a pilot project scale, so that the need for the use of Ti can be obtained domestically.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Idwan Kelvin
Abstrak :
Pada sistem tenaga listrik kualitas dari suatu bahan isolasi merupakan hal yang sangat penting demi menjaga kinerja dari peralatan listrik. GIS merupakan salah satu peralatan listrik yang menggunakan gas SF6 sebagai media isolasi. Kualitas dari gas SF6 dapat mengalami penurunan yang disebabkan oleh berbagai faktor. Maka dibutuhkan analisis dan pengetahuan terhadap indikator – indikator kualitas gas SF6, yang dapat dilihat pada nilai kemurnian, titik embun dan kadar uap air. Pada GIS Pegangsaan memiliki indikator kualitas yang buruk pada bagian kompartemen, dengan nilai kemurnian di kompartemen PMS 1, PMS 2, terminasi; dengan nilai kadar uap air di kompartemen terminasi. Pada bagian bay, dengan nilai kemurnian di bay trafo 1 (PMS 1, PMS 2, terminasi), bay trafo 2 (PMS 1, PMS 2, terminasi), dan bay trafo 3 (PMS 1, PMS 2, terminasi); dengan nilai kadar uap air di bay trafo 1 (terminasi) dan bay trafo 3 (PMT, PMS 1, PMS 2, terminasi); dengan nilai titik embun di bay trafo 3 (PMT, PMS 1, PMS 2). Pada GIS Marunda memiliki indikator kualitas yang buruk pada bagian kompartemen, dengan nilai kadar uap air di kompartemen terminasi. Pada bagian bay, dengan nilai kadar uap air di bay trafo 1 (terminasi). Oleh karena itu, perlu dilakukan penggantian absorbent dan reklamasi pada bay trafo 1 dan bay trafo 3 di GIS Pegangsaan, serta pada bay trafo 1 di GIS Marunda. Selain itu, perlu dilakukan pengukuran peluahan sebagian (partial discharge) dan reklamasi pada bay trafo 2 dan bay trafo 3 di GIS Pegangsaan. Serta penggantian absorbent dan reklamasi pada setiap kompartemen yang memiliki kemurnian dan kadar uap air yang buruk. ...... In the electric power system, insulating material quality is very important in order to keep the performance of electrical equipment. GIS is one of the electrical equipment using SF6 gas as insulating medium. Quality of SF6 gas can be decreased due to various factors. Then its required analysis and knowledge of the indicators of SF6 gas quality, which can be seen in the value of purity, dew point and moisture content. On GIS Pegangsaan have a poor quality in the compartment, with the value of purity at compartment DS 1, DS 2, termination; with the value of moisture content at termination compartment. In the bay, with a purity at bay transformer 1 (DS 1, DS 2, termination), bay transformer 2 (DS 1, DS 2, termination), and bay transformer 3 (DS 1, DS 2, termination); with the value of moisture content at bay transformer 1 (termination) and bay transformer 3 (CB, DS 1, DS 2, termination); with the value of dew point at bay transformers 3 (CB, DS 1 DS 2). On GIS Marunda have a poor quality in the compartment, with the value of moisture content at termination compartment. In the bay, with the value of moisture content at bay transformer 1 (termination). Therefore, its necessary to replacement the absorbent and reclaimed SF6 gas at the bay transformer 1 and bay transformer 3 in GIS Pegangsaan, and bay transformer 1 in GIS Marunda. In addition, it is necessary to measure the partial discharge and reclaimed SF6 gas at bay transformers 2 and bay transformers 3 in GIS Pegangsaan. And replacement absorbent and reclaimed SF6 gas on every compartment which has a poor quality in purity and moisture content.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46804
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sung Endah Permatasari
Abstrak :
ABSTRAK
Radioterapi merupakan terapi kanker yang efektif, namun tidak spesifik dan dapat membunuh jaringan normal. Untuk mengatasi hal tersebut, bahan radioaktif dapat diikat pada suatu pembawa agar dapat menuju loka-aksi. Dalam penelitian ini, radionuklida I-131 diikat pada nanopartikel perak yang diketahui terakumulasi di hati sehingga senyawa berlabel AgNP-I131 dapat digunakan untuk radioterapi kanker hati. Nanopartikel perak disintesis menggunakan reagen AgNO3 0,0005 M, NaBH4 0,002 M, PVP 0,3 dan NaCl 1,5 M, kemudian dimurnikan dengan cara sentrifugasi. Karakterisasi terhadap hasil sintesis dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis untuk mengukur serapan optik, TEM untuk mengetahui ukuran partikel dan morfologi, PSA untuk mengetahui distribusi ukuran partikel dan Zeta-sizer untuk mengukur zeta potensial. Nanopartikel perak memiliki serapan maksimum pada panjang gelombang 398 nm, berbentuk sferis dengan diameter kurang dari 10 nm, indeks polidispersitas 0,455 dan zeta potensial -8 mV. Pelabelan dilakukan dengan menambahkan Na-I131 yang dioksidasi menggunakan Kloramin-T terimobilisasi ke dalam larutan koloidal nanopartikel perak, kemudian dilakukan uji kemurnian radionuklida dan kemurnian radiokimia. Identifikasi radionuklida menggunakan Spektrometer Gamma menunjukkan tidak adanya radionuklida yang tidak diinginkan. Sistem elusi dengan hasil uji kemurnian radiokimia yang terbaik menggunakan fase diam kertas Whatman 1 dan fase gerak metanol : akuabides : amonium asetat 1:1:1 dengan hasil kemurnian sebesar 96.
ABSTRAK
Radiotherapy is an effective cancer therapy, but may affect normal tissue. To overcome this issue, radioactive is attached to a carrier targeting spesific organ. In this research, radionuclide I 131 was attached to silver nanoparticle which had known to be accumulated in liver. Therefore, radiolabelled compound AgNP I131 could be used as liver cancer therapy. Silver nanoparticle was synthesized using AgNO3 0.0005 M, NaBH4 0.002 M, PVP 0,3 and NaCl 1.5 M, then purified by centrifugation. Characterization was carried out through UV Vis spectroscopy for optical properties, TEM for particle size and morphology, PSA for particle size distribution, and Zeta sizer for zeta potential. The result showed the maximum absorbance on wavelength 398 nm, spheric with diameter less than 10 nm, polydispersity index 0.455, and zeta potential 8 mV. Radiolabeling was done by adding Na I131 which had been oxidized by immobilized Chloramine T to silver nanoparticle colloidal solution. Then identify the radionuclidic purity and radiochemical purity of AgNP I131. Identification of radionuclidic result showed there was no impurities. The eluting system that give the best radiochemistry purity was using Whatman 1 paper as adsorbent and methanol aquabidest ammonium acetate 1 1 1 as eluent resulting 96 purity.
2017
S66771
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paulus King Mulia Lumban Gaol
Abstrak :
Sekam padi menjadi salah satu sumber potensial untuk memperoleh silika dengan proses yang lebih ramah terhadap lingkungan. Selain itu konsen untuk melakukan pengolahan limbah menjadi material yang berguna menjadi salah satu alasan pemanfaatan sekam padi. Silika sendiri sebagai partikel berukuran nano saat ini banyak digunakan dalam berbagai bidang industri karena karakteristiknya yang unik. Partikel nano silika dapat diperoleh dengan memproses sekam padi sebagai prekursor melalui metode sol-gel. Larutan HCl sebagai larutan yang digunakan untuk memurnikan silika menjadi parameter utama dalam penelitian. Konsentrasi HCl divariasikan untuk memperoleh perbandingan. Hasil yang diperoleh dijadikan rujukan untuk menentukan konsentrasi optimum HCl yang dapat digunakan untuk melakukan sintesis partikel nano silika. Kemurnian silika dalam partikel dan ukuran partikel yang diperoleh menjadi data utama yang ingin diperoleh dari penelitian kali ini. Kemurnian silika akan diukur melalui pengujian SEM dan ICP-EOS. Sementara itu ukuran partikel akan diukur melalui pengujian SEM dan XRD. Data yang diperoleh dari pengujian-pengujian tersebut akan dijadikan acuan untuk menentukan keberhasilan metode sol-gel pada ekstraksi silika dari sekam padi untuk sintesis partikel nano silika. ......Rice husk become one of potential resource to obtain silika with eco-friendly process. Furthermore, consent to recyling wastes into valuable materials is another reason to utilise rice husk. Silica as nanoparticles is used in many field of industries because its unique properties. Silica nanoparticles can be obtained by processing rice husk as precursor with sol-gel method. HCl as solution that used to purify silica content become the main parameter in this research. HCl concentration were varied to obtain comparison. Obtained results are used as reference to determine optimum concentration of HCl used to synthesize silica nanoparticles. Silica purity in particles and particle size are main data that wanted in this research. Silica purity were measured by SEM and ICP-OES. Meanwhile particle size were measured by SEM and XRD. Results then are used to determine whether sol-gel method that used to synthesize silica nanoparticles by extract silica from rice husk is success or not.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sianipar, Andri Josua
Abstrak :
Skripsi ini memaparkan hasil optimasi parameter ekstraksi fikosianin dari mikroalga Spirulina platensis menggunakan teknik freeze-thaw-ultrasonikasi dan evaluasi terhadap karakteristik aktivitas antioksidan dari fikosianin yang terekstrak. Fikosianin merupakan pigmen fotosintetik berwarna biru yang termasuk dalam kelompok fikobiliprotein. Aplikasi fikosianin mencakup berbagai hal seperti pewarna makanan dan minuman, bahan aktif pada produk nutrasetikal dan farmasetikal, dan sebagai probe. Secara in vitro, fikosianin terbukti sebagai antioksidan, antitumor, dan bersifat neuroprotektif. Spirulina platensis diketahui sebagai salah satu biomassa yang kaya akan fikosianin. Untuk memperoleh fikosianin dari Spirulina platensis dalam jumlah dan kemurnian yang memadai maka diperlukan teknik ekstraksi yang efektif dan efisien. Freeze-thaw-ultrasonikasi adalah salah satu metode yang terbukti dapat mengekstrak fikosianin dari Spirulina platensis dengan rendemen dan kemurnian yang baik. Sayangnya, belum tersedia penelitian yang memadai mengenai ekstraksi tersebut dalam suhu pembekuan yang moderat dan durasi proses yang relatif singkat. Padahal, suhu dan durasi proses dianggap dalam kelayakan metode freeze-thaw untuk diaplikasikan dalam skala yang lebih besar. Berangkat dari kondisi tersebut maka penelitian ini dilakukan. Dalam penelitian ini, terdapat tiga parameter operasi ekstraksi yang dioptimasi: (1) jenis pelarut dan rasio biomassa-pelarut (akuades dan PBS; 1:50, 1:100, 1:150, 1:200, 1:300), (2) durasi waktu pembekuan (3 jam, 5 jam, dan 24 jam), dan (3) jumlah siklus freeze-thaw (1, 2, dan 3 siklus pada pembekuan selama 3 jam, 5 jam, dan 24 jam). Performa ekstraksi ditinjau berdasarkan nilai rendemen (YPC) dan tingkat kemurnian (PPC) ekstrak fikosianin yang diperoleh. Dalam hal pelarut, penggunaan PBS memberikan nilai YPC dan PPC lebih baik daripada akuades (YPC = 43,051 ± 1,724 mg/g pada rasio 1:300 dan PPC = 1,378 ± 0,011 pada rasio 1:50). Sementara itu, hasil optimasi durasi pembekuan menunjukkan bahwa pembekuan selama 3 jam merupakan durasi pembekuan yang paling optimal (YPC = 36,376 ± 3,976, PPC = 0,827 ± 0,595). Pengulangan proses freeze-thaw tidak memberikan ekstrak fikosianin dengan nilai YPC lebih tinggi dan tidak memberikan peningkatan PPC yang sepadan dengan penambahan durasi yang dilakukan. Hasil uji DPPH terhadap fikosianin dari pembekuan selama 3 jam dan 24 jam yang diproses lebih lanjut dengan liofilisasi menunjukkan bahwa aktivitas antioksidannya tergolong inaktif dengan nilai IC50 yang besar. ......This undergraduate thesis reports the optimization results of phycocyanin extraction parameters from microalgae Spirulina platensis using the freeze-thaw-ultrasonication technique and the evaluation of the antioxidant activity characteristics of the extracted phycocyanins. Phycocyanin is a blue photosynthetic pigment that belongs to the phycobiliprotein group. Applications of phycocyanin include various things such as food and beverage coloring, active ingredients in nutraceutical and pharmaceutical products, and as probes. In vitro, phycocyanin is proven as an antioxidant, antitumor, and neuroprotective. Spirulina platensis is known as one of the biomass rich in phycocyanin. To obtain phycocyanin from Spirulina platensis in sufficient quantity and purity, an effective and efficient extraction technique is needed. Freeze-thaw-ultrasonication is a proven method to extract phycocyanin from Spirulina platensis with good yield and purity. Unfortunately, there are less adequate studies on such extractions at moderate freezing temperatures and relatively short processing durations. In fact, the temperature and duration of the process are considered in the feasibility of the freeze-thaw method to be applied on a larger scale. Based on these conditions, this research was carried out. In this study, there were three optimized extraction operating parameters: (1) solvent type and biomass-solvent ratio (aquadest and PBS; 1:50, 1:100, 1:150, 1:200, 1:300), (2) duration of freezing time (3 hours, 5 hours, and 24 hours), and (3) the number of freeze-thaw cycles (1, 2, and 3 cycles on freezing for 3 hours, 5 hours, and 24 hours). Extraction performance was reviewed based on the yield value (YPC) and purity level (PPC) of the obtained phycocyanin extract. In terms of solvents, the use of PBS gave better YPC and PPC values than distilled water (YPC = 43,051 ± 1,724 mg/g at a ratio of 1:300 and PPC = 1,378 ± 0,011 at a ratio of 1:50).Meanwhile, the optimization of freezing duration showed that freezing for 3 hours was the most optimal freezing duration (YPC = 36,376 ± 3.976, PPC = 0.827 ± 0.595). Repeated freeze-thaw process did not give phycocyanin extract with a higher YPC value and did not give an increase in PPC worth with the addition of process time. The results of the DPPH test on phycocyanin from freezing for 3 hours and 24 hours which were further processed by lyophilization showed that the antioxidant activity was classified as inactive with a large IC50 value.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library