Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 113 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Haryono Sukarto, auhtor
"Kecelakaan lalu lintas merupakan suatu masalah yang perlu mendapatkan perhatian lebih besar, khususnya pada jalan jalan tol yang sebenarnya telah di rancang sebagai jalan bebas hambatan dan dilengkapi dengan fasilitas fasilitas untuk kenyamanan, kelancaran dan keamanan bagi lalu lintas. Kenyataan yang terjadi adalah bahwa kecelakaan lalu lintas pada jalan jalan tol di Indonesia semakin meningkat, terutama pada jalan jalan tol di sekitar Jakarta.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan lalu lintas dapat dikategorikan sebagai faktor manusia (pengemudi), faktor kendaraan, factor jalan dan faktor lingkungan. Dari keempat faktor ini dikaji lebih jauh faktor yang paling berpengaruh untuk menetapkan usaha usaha yang perlu dilakukan dalam menanggulangi masalah kecelakaan lalu lintas tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh factor-faktor yang berperan dalam kecelakaan lalu lintas di jalan tol, baik secara sendiri sendiri atau pun secara bersama-sama antara beberapa faktor, serta untuk mengetahui tingkat kesadaran dan pemahaman para pengemudi terhadap persyaratan mengemudi di jalan tol.
Penyebab kecelakaan dapat diketahui dari data statistik kecelakaan lalu lintas yang dikeluarkan oleh PT. Jasa Marga (Persero) sebagai pengelola jalan tol di Indonesia. Data tersebut memuat dengan lengkap faktor penyebab kecelakaan dan uraian proses terjadinya kecelakaan. Data kecelakaan lalu lintas di jalan tol ini dicatat sejak mulai dibukanya jalan tol yang bersangkutan, sedangkan untuk penelitian ini dikumpulkan data sampai dengan tahun 1992.
Data kecelakaan meliputi volume lalu lintas, lalu lintas harian rata rata (LHR) tahunan, jumlah kendaraan kilometer, jumlah kecelakaan lalu lintas, jumlah kecelakaan dengan korban meninggal (fatalitas), tingkat kecelakaan, tingkat fatalitas, serta factor-faktor penyebab kecelakaan (pengemudi, kendaraan, jalan dan lingkungan). Data ini merupakan variabel yang akan dicari korelasinya (antara variabel yang satu dengan variabel yang lain), sedangkan tahun pendataan merupakan satuan contoh (sampling unit).
Metode yang digunakan dalam melakukan analisis korelasi adalah metode Analisis Komponen Utama '(Principle Component Analysis), dengan memakai program SAS dari komputer. sari basil analisis ini dapat diketahui factor-faktor yang sangat berperan dalam kecelakaan lalu lintas di jalan tol, serta hubungan/korelasi antar factor-faktor tersebut.
Untuk menunjang analisis data sekunder, maka perlu dilakukan survai untuk memperoleh data primer tentang kesadaran dan pemahaman pengemudi terhadap persyaratan mengemudi di jalan tol di sekitar Jakarta, yaitu Jalan Tol Jagorawi, Jalan Tol Jakarta-Merak dan Jalan Tol Jakarta-Cikampek. Survai dilakukan dengan membagikan kuesioner yang telah disiapkan terlebih dahulu, kepada para pengemudi yang melewati jalan jalan tol tersebut. Data isian kuesioner yang merupakan data primer ini diproses dengan komputer, untuk selanjutnya dievaluasi guna mengetahui tingkat pemahaman dan kesadaran para pengemudi terhadap ketentuan mengemudi di jalan tol.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa faktor pengemudi merupakan faktor penyebab kecelakaan yang paling besar pengaruhnya, sedangkan faktor lingkungan tidak terlalu besar peranannya sebagai penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas di jalan tol. Di samping itu pemahaman para pengemudi terhadap ketentuan dan persyaratan mengemudi di jalan tol dianggap kurang.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disusun beberapa usaha yang perlu dilakukan dalam mengurangi jumlah dan tingkat kecelakaan lalu lintas di jalan tol, yaitu dengan melakukan pengetatan di dalam pemberian Surat Izin Mengemudi (SIM) bagi para calon pengemudi kendaraan bermotor, memberikan pendidikan khusus bagi para pengemudi kendaraan umum tentang etika mengemudi dan cara cara serta sikap mengemudi di jalan tol, mengeluarkan peraturan atau undang undang lalu lintas yang mengatur tentang penggunaan sabuk pengaman (khususnya di jalan tol), melakukan penyuluhan kepada masyarakat atau penduduk di sakitar jalan tol tentang fungsi jalan tol dan keamanan lalu lintas di jalan tol, membuat sarana untuk istirahat pada jalan tol yang cukup panjangatau yang menghubungkan jalan utama antar propinsi , serta membuat jalur hijau sepanjang jalan tol.

Traffic accidents have become a serious problem that need more attention, particularly on toll roads which have actually been designed as freeways to facilitate traffic comfortably and safely. It is a fact that traffic accidents on toll roads in Indonesia, particularly on toll roads surrounding Jakarta, have shown a remarkable increase.
Factors affecting traffic accident may be categorized as human (driver) factors, vehicle factors, road factors and environmental factors. These factors need to be analyzed to determine the dominant factors and take certain actions or counter measures to overcome the traffic accident problem.
The aim of this research-is to understand the influence of various factors which play a role in the traffic accident on the toll road, either by each factor or the interaction among a few factors, and to determine the driver's understanding of the traffic rules and the requirements of driving on a toll road.
The cause of traffic accident can be identified from the traffic accident statistical data issued by PT. Jasa Marga as the Toll Road Management Corporation in Indonesia. This data includes complete accident cause factors and the description of the accident's process. Traffic accident data has been recorded since the opening of the toll road, and data for this research has been collected up to 1992.
Traffic accident data includes the traffic volume, annual average daily traffic (AADT), vehicle kilometer, number of traffic accidents, number of fatalities, accident rate, fatality rate, and accident cause factors (driver, vehicle, road and environment). These data are considered as variables which will be analyzed for their correlation, whereas the year of the data will become the sampling units.
The method used for analyzing the correlations is the Principle Component Analysis (PCA), using SAS program from the computer. From the result of this analysis, the factor (or factors) which play the main role in traffic accidents on the toll road, and the correlations between factors can be determined.
To support the analysis of secondary data there is primary data consisting of surveys conducted on three toll roads surrounding Jakarta (Jagorawi, Jakarta-Merak, and Jakarta-Cikampek) to get data on the driver's understanding of the knowledge requirements for driving on a toll road. Questionnaires which have been prepared are distributed to the drivers who pass over the toll roads. This primary data from the completed questionnaires, was processed by computer for further evaluation to understand the knowledge and understanding of the drivers toward the regulations for driving on toll roads.
The result of this research shows that the human or driver factors have the most significant effect in traffic accidents, whereas the environmental factors do not play a significant role in the traffic accident on the toll road. Besides, the driver's knowledge and understanding toward the rules and requirements of driving on the toll road are considered insufficient.
The results of this research indicate that certain actions or counter measures could be taken that would reduce the number of accidents, the accident rate and the severity of accidents on the toll road. Those actions are: a tight selection in issuing the driving license for motor vehicle driver candidates; special training and education, particularly for drivers of public transport vehicles, on driving ethics and methods, and the behavior in driving on toll roads; a traffic rule or law which requires the use of safety belt on toll roads; information to the people surrounding the toll road about the function of toll road and traffic safety on toll road; provide a rest area along the toll road, or a toll road which connects the main road between provinces; make a green belt along the toll road.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rismayanti
"Penyakit kusta merupakan penyakit menular yang masih banyak menimbulkan masalah kompleks. Masalah tersebut bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai ke masalah sosial, ekonomi dan budaya (W1-L0,2000). Kabupaten Jeneponto merupakan salah satu kabupaten endemis kusta di provinsi Sulawesi Selatan yang memiliki Case Detection Rate tertinggi ( 50,9/100.000) di tahun 2006 dan prevalensi rate 4/10.000. Jumlah kasus baru yang ditemukan di tahun 2006 sebesar/69 kasus. Sebagian besar kecamatan yang ada di wilayah kabupaten Jeneponto dinyatakan endemis dan derajat endemisitasnya, cukup tinggi sehingga risiko tertularnya penduduk menjadi sangat besar. Masih tingginya case detection rate di kabupaten Jeneponto disertai kepadatan hunian yang cukup tinggi memungkinkan penularan kusta melaitri droplet maupun sentuhan langsung. Untuk itu perlu di ketahui hubungan kepadatan human terhadap risiko kejadian kusta.
Tujuan penelitian ini tuttuk rnengetahui hubungan faktor hunian dengan kejadian kusta di Ka.bupaten Jeneponto setelah dikontrol oleh faktor konfounding yaitu umur, jenis kelamin, vaksinasi BCG, pengeluaran, riwayat kontak serurnah, pendidikan dart pekerjaan. Penelitian ini menggunakan disain study kasus kontrol yang dipadankan( pair wise matching). Sampel penelitian adalah seluruh penderita kusta baru yang ditemukan periode Juli 2006 sampai September 2007. Jumlah kasus sebanyak 115 orang dan jumlah kontrol sebanyak 115 orang. Analisis data diIakukan meialui tiga tahapan, yaitu Univariat (distribusi frekuensi), Bivariat (uji McNemar) dan rnultivariat (Conditional Multiple Logistic Regression).
Hasil penelitian menunjukan bahwa kepadatan hunian berhubungan dengan kejadian kusta dengan nilai OR 10,65 (95% Cl: 4,11— 27,62) dart nilai p 0,000 setelah dikontrol variabel pengeluaran, pekerjaan dan riwayat kontak serurnah. Dari hasil penelitian ini disarankan perlu dilaksanakan pemeriksaan kontak serumah yang lebih intensif pada wilayah puskesmas yang tingkat kepadatan hunian tinggi, screening terhadap rumah yang ada penderita kusta terutarna pada rumah-rumah dengan tingkat kepadatan hunian tinggi.
......Disease of Leprosy represent contagion which still many generating the problem of complex. The problem not merely from medical facet but extending to problem of social, cultural and economic ( WHO,2000). Sub-Province of Jeneponto represent one of the sub--province of endemic of leprosy in Province of South Sulawesi owning highest Case Detection Rate ( 50,9/100.000) in year 2006 and prevalence rate 4,1/10.000. Amount of new case found in year 2006 amount 169 cases. Mostly district of exist in region of sub-province of Jeneponto expressed by endemic and degree of high endemic enough so that its contagious risk resident become very big. Still height of case detection rate in sub-province of Jeneponto accompanied by density of dwelling which high to enough enable infection of leprosy through droplet and also direct touch. For that need in knowing relationship of density of dwelling to risk of leprosy occurrence.
Target of this research to know relation of factor of dwelling with occurrence of leprosy in Sub-Province of Ieneponto after controlled by confounder that is age, gender, vaccination BCG, expenditure, history contact house, education and work. This research use to design case control study (pair wise matching). Sample of Research is all new leper was found by period of July 2006 until September 2007. Amount of case of counted 115 people and amount of control of counted 115 people. Data analyzing conducted to through three steps, that is Univariate ( frequency distribution), Bivariate (McNemar test) and multivariate (Conditional Multiple Logistic Regression).
Result of research of show that density of dwelling relate to occurrence of leprosy with Odd Ratio 10,65 ( 95% CI: 4,11 - 27,62) and p value 0,000 after controlled by variable of expenditure, job and history contact house. From result of this research is suggested require to be executed by a inspection contact more intensive house at region of puskesmas (public health center) which mount density of high dwelling and screening to existing house of leper especially at house with level density of high dwelling."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34607
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rossa Avrina
"[ABSTRAK
Tingkat bebas parasit dini merupakan gambaran fungsi dari aktivitas artemisinin. Beberapa faktor yang dianggap berperan terhadap bebas parasit hari pertama setelah pengobatan salah satunya adalah kepadatan parasit sebelum pengobatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepadatan parasit sebelum pengobatan dengan bebas parasit pada hari pertama setelah pengobatan dihidroartemisinin-piperakuin pada anak dengan malaria tanpa komplikasi di enam propinsi di Indonesia. Desain penelitian ini adalah kohort retrospektif yang dianalisis dengan cox regression dan menggunakan data sekunder efikasi dan keamanan obat dihidroartemisinin-piperakuin (DP) di enam propinsi di Indonesia. Kejadian tidak bebas parasit pada penelitian ini sebesar 31,74%. Terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara kepadatan parasit sebelum pengobatan dengan kejadian bebas parasit setelah hari pertama setelah pengobatan, dimana kepadatan parasit >20000/μl mempunyai risiko tidak bebas parasit sebesar 2,327 kali (CI 95% 1,418-3,820, p-value = 0,001) dibandingkan kepadatan parasit <4000/μl dan kepadatan parasit 4000-20000/μl berisiko tidak bebas parasit sebesar 1,669 kali (CI 95% 1,099-2,533, p-value = 0,016) dibandingkan kepadatan parasit <4000/μl setelah dikendalikan faktor jenis parasit dan wilayah. Kepadatan parasit (μl) dapat dijadikan pemeriksaan standar penderita malaria dan penilaian pengobatan.

ABSTRACT
Early parasite clearance is the function of artemisinin?s activity. One of the factors that are related to parasite clearance on the first day after treatment is parasite density pre treatment. The aim of this study was to determine the relationship between parasite density pre treatment and parasite clearance on first day after treatment in children with uncomplicated malaria at six provinces in Indonesia. The design of this study was retrospective cohort and analyzed with cox regression and used the secondary data of efficacy and safety of dihydroartemisinin-piperaquine (DP) at six provinces in Indonesia. The proportion of uncleared parasite in this study was 31,74%. There was statically relationship between parasite density pre treatment and parasite clearance on the first day after treatment, where parasite density >20000/μl had uncleared parasite? risk 2,327 times (CI 95% 1,418-3,820, p-value = 0,001) more than parasite density <4000/μl and parasite density 4000-20000/μl had uncleared parasite? risk 1,669 times (CI 95% 1,099-2,533, p-value = 0,016) more than parasite density <4000/μl after controlled by Plasmodium species and region. Parasite density (μl) can be used as standard tests for patients with malaria and treatment evalution., Early parasite clearance is the function of artemisinin’s activity. One of the factors that are related to parasite clearance on the first day after treatment is parasite density pre treatment. The aim of this study was to determine the relationship between parasite density pre treatment and parasite clearance on first day after treatment in children with uncomplicated malaria at six provinces in Indonesia. The design of this study was retrospective cohort and analyzed with cox regression and used the secondary data of efficacy and safety of dihydroartemisinin-piperaquine (DP) at six provinces in Indonesia. The proportion of uncleared parasite in this study was 31,74%. There was statically relationship between parasite density pre treatment and parasite clearance on the first day after treatment, where parasite density >20000/μl had uncleared parasite’ risk 2,327 times (CI 95% 1,418-3,820, p-value = 0,001) more than parasite density <4000/μl and parasite density 4000-20000/μl had uncleared parasite’ risk 1,669 times (CI 95% 1,099-2,533, p-value = 0,016) more than parasite density <4000/μl after controlled by Plasmodium species and region. Parasite density (μl) can be used as standard tests for patients with malaria and treatment evalution.]"
2015
T44227
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kusdiyono
"Kepadatan penduduk di Kabupaten Sawahlunto Sijunjung tidak merata. Banyak faktor yang mempengaruhi kepadatan penduduk di Kabupaten Saahlunto Sijunjung, diantaranya faktor fisik yaitu ketinggian, lereng dan curah hujan, serta faktor non fisik yaitu faktor sosial dan ekonomi serta faktor budaya. Sandy (1977) mengatakan, pada awalnya manusia memanfaatkan tanah yang terletak pada ketinggian 25 meter dari muka laut. Karena tempat tersebut mudah untuk digarap dan aman dari bahaya banjir. Setelah tempat tersebut habis digarap dan jumlah manusianya bertambah, mereka akan bergerak ke daerah yang lebih tinggi dimana tingkat penggarapannya lebih sulit. Sehingga penduduk yang terpadat akan terletak di wilayah dataran rendah, dan penduduk akan terpusat pada daerah pertanian yang tanahnya subur. Tetapi tidak demikian yang tenjadi pada Kabupaten Saah1unto Sijunjung,. penduduk yang terpadat justru terletak pada wilayah pegunungan.
Sehubungan dengan itu tujuan penulisan ini ingin mengetahui tingkat kepadatan penduduk di Kabupateñ Sawahiunto Sijunjung serta faktor yang mempengaruhinya. . dapun permasalah yang dikemukakan adalah : 1. Bagaimana fisiografi Kabupaten Sawahiunto Sijunjung ?. 2. Bagaimana kepadatan penduduk Kabupaten Sawahiunto Sijunjung ?. 3. Bagaimana kaitannya fisiografi dan non fisik terhadap kepadatan penduduk di daenah tersebut ?
Berdasarkan belakang tersebut di atas, hipotesa yang dibuat adalah faktor fisiografi kurang berpengaruh terhadap kapadatan penduduk di Kabupaten Sawahlunto Sijunjung. Yang memengaruhi kepadatan penduduk di daerah tersebut adalah faktor sosial, ekonomi dan budaya.
Dalam analisa menggunakan metode korelasi peta pada areal yang diteliti, yaitu antara kepadatan penduduk dengan ketinggian lereng, curah hujan, mata pencaharian penduduk dan aksesbilitas. Sedang untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap kepadatan penduduk dilakukan analisa statistik. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suryanto
"Latar Belakang Peningkatan jumlah kendaraan bermotor di DKI Jakarta mencapai 8-13% per tahun. Keadaan ini tidak diimbangi ,oleh pertambahan paniang jalan yang hanya 4% saja per tahun. Ketimpangan ini menyebabkan ruang gerak kendaraan bermotor makin sempit yang pada akhirnya menimbulkan tingkat pecnakaian jalan yang tinggi. Tingkat pecnakalan yang tinggi merupakan cerminan arus lalu-lintas yang padat. Disamping itu tingkat pemakaian jalan iuga tampak rnengikuti perkembangan unsur-unsur penarik arus lalu-lintas (Traffic Attractor), yaitu sarana jasa, komersial dan industri. Unsur-unsur ini tentunya berperan sebagai penyebab tingginya tingkat pemakaian jalan yang merupakan cerminan dari kepadatan arus lalu-lintas terutama pada jam-jam sibuk baik pagi maupun sore hari. Atas dasar latar belakang tersebut penelitian mi bertujuan membahas kaitan antara tingkat pemakaian jalan pada jam sibuk dengan tingkat kepadatan sarana iasa, komersial dan industri di DKI Jakarta.
Masalah: 1. Bagaimana pola tingkàt pemakalan jalan pada jam sibuk di DKI Jakarta ? 2. Bagaimana pola tingkat kepadatan sarana jasa, komersial dan industri di DKI Jakarta ? 3. Bagaimana kaitan antara tingkat pemakaian j alan dengan tingkat kepadatan sarana jasa, komersial dan industri di wilayah DKI Jakarta ?
Analisis dilakukan dengan Asosiasi Peta dan Korelasi Statistik Linier Sederhana (r Pearson). Kesi mpul an Pola tinqkat pemakaian jalan memperlihatkan kecenderungan bahwa tingkat pemakaian jalan semakin tinggi di daerah pusat. Pola tingkat kepadatan sarana jasa tinggi dan sedang tersebar merata di daerah pusat, sedang tingkat kepadatan rendah tersebar di bagian selatan, barat dan timur dengan pola yang teratur. Pola tingkat kepadatan sarana komersial memperlihatkan baha kepadatan tinggi dan sedang terkonsentrasi di bagian pusat, sedangkan tingkat kepadatan rendah tersebar di bagian selatan, barat dan timur. Pola tingkat kepadatan sarana industri tinggi tampak terkonsentrasi di bagian timur dan utara, sedangkan tingkat kepadatan industri sedang dan rendah terdapat di bagian pusat, barat dan selatan. Tingkat pemakaian jalan berkorelasi dengan sangat signifikan dengan tingkat kepadatan sarana jasa dan komersial. Sedang korelasi antara tingkat pemakaian jalan dengan tingkat kepadatan sarana industri adalah lemah. Tingkat kepadatan sarana jasa merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap tingkat pemakaian jalan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1992
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elliya
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1986
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Nisian
"Gempa bumi (earthquake) adalah fenomena getaran yang dikaitkan dengan hentakan pada kerak bumi. Sebagai ibukota dari negara yang berada diatas daerah interaksi tiga lempeng kerak bumi, Jakarta memiliki potensi yang cukup besar untuk mengalami kerugian akibat gempa, baik materiil maupun jiwa. Risiko gempa dapat disebabkan oleh berbagai faktor, oleh karena itu diperlukan penyelidikan mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi risiko gempa sehingga dapat dilakukan tindakan-tindakan preventif supaya tidak menimbulkan kerugian yang terlalu besar. Pada penelitian ini, risiko gempa dianalisis secara kuantitatif dengan mengkombinasikan informasi tentang mikrozonasi, data kepadatan penduduk serta peruntukan lahan di wilayah Jakarta Utara, Pusat dan Timur. Adapun tool utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah program Microsoft Excel, dengan dibantu penggunaan program Edushake untuk perhitungan percepatan muka tanah serta program AutoCad dalam proses clustering. Diharapkan dengan hasil penelitian analisis pengaruh kepadatan penduduk terhadap risiko gempa bumi di Jakarta Utara, Pusat dan Timur ini pada akhirnya dapat dikembangkan lagi untuk penelitian dengan fokus elemen beresiko yang lain.
......Earthquake is a ground shaking phenomenont related to thrust on earth?s crust. As the capital of a country on top of interaction region of three parts of earth?s crust, Jakarta has bigger potency to suffer damage cause by the earthquake, in case of materiil or even mortality. Earthquake risk can caused by many factors, that?s why research about factors related to earthquake risk should be held in order to prevent massive cost. In this research, earthquake risk analyzed quantitatively by combining information about peak ground acceleration, people distribution data, also about land use pattern in North, Central, and East Jakarta. The main tool that being used in this research is Microsoft Excel program, helped with Edushake program to calculate the value of peak ground acceleration and also AutoCad program in clustering process. Hopefully with this analysis about the effect of populace concentration to the earthquake risk in North, Central, and East Jakarta output, finally we can widen this research by focusing on another element at risk."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S35103
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Abdul Aziz Ridwan
"Penyakit rabies atau anjing gila adalah suatu penyakit yang sangat ditakuti dan dapat menimbulkan kematian. Penyakit ini ditularkan dari hewan yang sudah terkena virus rabies kepada manusia yang disebut dengan lyssa virus. Lyssa virus dapat menularkan dengan secara cepat dari Hewan pada penderita lain melalui saliva (air liur). Penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui kejadian rabies di provinsi Bali. Penelitian ini menggunakan data Laporan Kasus Rabies tahun 2008 hingga tahun 2011 dan data Kecamatan di Provinsi dengan analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian rabies di Provinsi Bali dapat terjadi di semua wilayah baik di wilayah padat penduduk, di wilayah persawahan, dan di wilayah selain sawah seperti perkarangan, perkebunan, dan hutan.
......Rabies or hydrophobia is a disease that is feared and can cause death. The disease is transmitted from animals that have been exposed to rabies virus to humans is called lyssa virus. Lyssa virus can quickly spread to other sufferers of Animals on through saliva. This study was made in order to determine the incidence of rabies in the province of Bali. This study uses data Rabies Case Reports 2008 to 2011 and District in the Province of data with univariate and bivariate analyzes. The results showed that the incidence of rabies in Bali province can occur in all areas both in densely populated areas, in the rice-fields, and in Land use such as besides rice, plantations, and forest."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S46214
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>