Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Medan : Panitia Seminar Sejarah Kepahlawanan Bangsa Indonesia di Riau, 1988
959.814 SEM r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yoga Prawira
Abstrak :
ABSTRAK
Cerita Sawunggaling ditulis oleh Poerwadhi Atmowihardjo yang memenangkan sayembara mengarang sejarah dan dongeng tokoh Sawunggaling yang diadakan oleh Panjebar Semangat pada tahun 1952. Kemudian cerita Sawunggaling terbitkan oleh Majalah Panjebar Semangat tahun 1953. karya ini berisi tentang nilai moral semangat kepahlawanan dan perjuangan dalam membela keluhuran bangsa. Sawunggaling merupakan tokoh yang diidolakan oleh masyarakat Surabaya bahkan telah menjadi mitos di kalangan masyarakat Surabaya. Sawunggaling rela berkorban dan mempertaruhkan jiwa raganya melawan Kompeni Belanda yang banyak menyengsarakan rakyat. Penelitian meneliti pesan moral yang terkandung dalam cerita Sawunggaling dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Teori yang digunakan untuk menganalisis unsur-unsur karya sastra menggunakan teori struktur dari Burhan Nurgiyantoro. Unsur-unsur yang dibahas dalam penelitian ini adalah penokohan, latar, sudut pandang, dan moral.
ABSTRACT<>br> Sawunggaling was writen by Poerwadhi Atmowihardjo who won the history and tale of Sawunggaling figure writing contest which was held by Panjebar Semangat 1952. Then the history of Sawunggaling which was published by Panjebar Semangat Magazine in 1953. This works tells the moral value of patriosmen and struggle of fighting for the nations nobility. Sawunggaling is a hero from Surabaya who is willing to sacrifice and risk body and soul to againts the Dutch colony who has tormented the people. This novel analisys uses the descriptive method. The theory of stucture by Burhan Nurgiyantoro. The elements which are discussed in this research are Character, setting, the point of view, and moral.
2917
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grennan, Conor
Bandung: Qanita, 2015
362.732 GRE l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfina Saraswati Adania
Abstrak :
Majalah Dabiq sebagai salah satu corong media propaganda ISIS diisi oleh berbagai konten propaganda baik berupa gambar maupun tulisan yang melukiskan ISIS sebagai pahlawan. Dalam kurun masa terbitnya yang singkat, Dabiq mencapai jangkauan yang luas karena telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa dan disebarkan lewat internet. Riset ini bermaksud menambah studi mengenai teks-teks naratif dalam artikel Dabiq. Dengan pendekatan kualitatif, studi kepustakaan, dan metode penelusuran teks, tesis ini mengupas salah satu jenis artikel dalam Dabiq, yaitu artikel yang memuat profil martir ISIS yang tewas dalam pertempuran. Analisis tematik deduktif digunakan untuk melihat tema-tema hero's journey dalam dua belas artikel tentang anggota ISIS yang tewas, dan menempatkannya dalam konteks fandom sesuai dengan teori peperangan naratif. Temuan riset ini adalah banyaknya kemiripan antara isi artikel dengan tema-tema hero's journey dimaksudkan supaya pembaca dapat merasa beresonansi dengan pengalaman si anggota ISIS yang dituliskan sebagai seorang pahlawan sehingga beralih mendukung ideologi ISIS dengan harapan bahwa dirinya juga dapat meraih keagungan dan kejayaan yang serupa. Riset ini ditutup dengan saran untuk melakukan kontranarasi. Langkah awal yang dapat dilakukan pada seseorang yang teradikalisasi adalah menemukan pada tahapan hero's journey apa ia saat ini, lalu memutuskan pendekatan deradikalisasi yang cocok untuknya. ......Dabiq magazine as one of the media mouthpieces of ISIS propaganda is filled with various propaganda content in the form of both images and writings that painted ISIS as heroes. Within a short period of publication, Dabiq has achieved a wide reach as it has been translated into various languages and distributed via the internet. This research aims to add to the study of narrative texts in Dabiq articles. Using a qualitative approach, literature research, and textual analysis methods, this thesis examines one type of article in Dabiq, which features profiles of ISIS martyrs who died in battle. Deductive thematic analysis is used to find the hero's journey themes in twelve articles about deceased ISIS members, and place them in the context of fandom according to narrative warfare theory. The finding of this research is that the many similarities between the content of the articles and the hero's journey themes are intended to allow readers to resonate with the experience of the ISIS members who were written as heroes, and thus to support the ideology of ISIS in the hope that they too can achieve similar greatness and glory. The research concludes with a suggestion for counter-narratives. The first step that can be taken for someone who is radicalized is to find out what stage of the hero's journey they were currently in, and then decide which deradicalization approach is suitable for them.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fajri Akbar
Abstrak :
Penyematan label pahlawan pada tokoh fiksi dewasa ini mulai mengalami pergeseran sebagaimana telah munculnya istilah anti hero dalam karya fiksi. Pergeseran dalam penyematan label pahlawan ini juga ditemukan dalam narasi gim Crisis Core: Final Fantasy VII. Penyematan label pahlawan pada suatu tokoh dalam narasi ini dinilai kurang cocok bahkan tidak menyematkan label pahlawan pada tokoh yang dinilai lebih cocok. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis wacana kepahlawanan dalam gim Crisis Core: Final Fantasy VII (2007) di antara dua tokoh major menggunakan konsep kepahlawanan dan dasar model tindakan heroik oleh Franco et.al (2011) sebagai kerangka teori, serta metode analisis teks dan metode interpretasi komposisi visual sebagai alat analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wacana kepahlawanan yang ditawarkan di dalam Crisis Core sangat mengacu pada kekuatan fisik dan kemampuan bertarung dibandingkan perilaku etis, serta kedua tokoh mencerminkan jenis kepahlawanan yang berbeda, yang pertama mencerminkan kepahlawanan abad pertengahan yang cenderung mengandalkan kekuatan fisik, yang kedua mencerminkan kepahlawanan modern yang cenderung mementingkan kesejahteraan orang lain sebelum dirinya. ......The labeling of heroes in fictional characters these days took a shift as the term anti hero was introduced. The shift of labeling of heroes has also been found in a video game narrative of Crisis Core: Final Fantasy VII. The labeling of heroes on a character in the narrative have seen unwise, in fact the more suitable character to be labeled as heroes does not happened in the narrative. This study aims to analyze the discourse on heroism between two major characters in Crisis Core: Final Fantasy VII RPG game using concept of heroism and elementary model of heroic action by Franco et.al (2011) as theoretical framework, and text analysis method as well as visual composition interpretation methods as analytical tool. This study finds that Crisis Core presents the concept of heroism refers to physical strength and fighting ability rather than ethical behavior. Also the characters represents two different heroism, the first one represents medieval kind of heroism who utilize physical strength in order to obtain the hero title, the second one represent modern kind of heroism who put others before himself.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Syahrun Ramadhan
Abstrak :
Penelitian ini mengkaji reinterpretasi kepahlawanan Gatotkaca melalui alih wahana cerita wayang Hikayat Pandawa ke dalam film “Satria Dewa Gatotkaca”. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan transformasi kepahlawanan Gatotkaca serta kaitannya terhadap perkembangan masyarakat. Penelitian ini menggunakan ancangan kualitatif. Data yang diambil adalah unsur naratif penting cerminan karakter asli Gatotkaca yang ditulis dengan paragraf naratif. Data diolah menggunakan teori alih wahana dan intertekstual dengan membandingkan perubahan karakter tokoh Gatotkaca. Perubahan ini lantas dilihat implikasinya terhadap perkembangan nilai-nilai di tengah masyarakat melalui sosiologi sastra. Penelitian ini menemukan bahwa Gatotkaca Hikayat Pandawa adalah pahlawan yang sempurna dengan status sosial, keilmuan, dan kehebatannya, sedangkan Gatotkaca “Satria Dewa Gatotkaca” adalah pahlawan tidak sempurna karena masalah ekonomi, keluarga, dan peran sosialnya dalam masyarakat. Pahlawan sempurna adalah cerminan masyarakat abad ke-19 yang memiliki kesederhanaan nilai baik-buruk, sedangkan pahlawan tidak sempurna adalah cerminan masyarakat modern yang memiliki kompleksitas nilai baik-buruk. Jadi, dapat disimpulkan bahwa reinterpretasi dan transformasi Gatotkaca secara langsung bersinggungan dengan perkembangan nilai yang dipengaruhi oleh sistem teknologi, sosial, dan kebudayaan yang ada di masyarakat. ......This research studies the reinterpretation of Gatotkaca heroism through the ecranisation of the Hikayat Pandawa wayang story into the film “Satria Dewa Gatotkaca”. The aim of this research is to explain Gatotkaca’s heroism and its relation to the development of society. This research uses a qualitative approach. The data taken are important narrative elements that reflects Gatotkaca’s real character written in narrative paragraphs. The data is processed using the ecranisation and intertextuality theory by comparing the changes in the real character of Gatotkaca from Hikayat Pandawa and “Satria Dewa Gatotkaca”. These changes are then seen as its implications for the development of values in society through the sociology of literature. This research found that the Gatotkaca from Hikayat Pandawa is a perfect hero with high social status, knowledge, and greatness. On the other hand, Gatotkaca from “Satria Dewa Gatotkaca” is an imperfect hero because of his economy, family, and social role problem. The perfect hero is a reflection of 19th century Malay society which has a simple of values structure, while the imperfect hero is reflection of modern Indonesian society which has a complex values structure. Finally, it can be concluded that the reinterpretation and transformation of Gatotkaca is directly related to the development of existing values in society which affected by technology, social issues, and cultural issues that lived in the society.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Imas Uliyah
Abstrak :
Teks Sie Jin Kwie yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah teks drama Sie Jin Kwie yang dibuat oleh Nano Riantiarno berdasarkan novel Sie Jin Kwie Ceng Tang (Sie Jin Kwie Berperang ke Timur) karya Tio Keng Jian & Lok Dan Chung yang diterjemahkan oleh Marcus, A.S. pada tahun 1993. Penelitian ini akan membahas (1) bagaimana struktur naratif (sintaksis dan semantis) teks drama Sie Jin Kwie, (2) bagaimana konstruksi pahlawan yang ditampilkan melalui tokoh Sie Jin Kwie. Hasil Kajian semiotik ini berupa skema aktan yang memperlihatkan Sie Jin Kwie sebagai tokoh yang berperan sebagai subyek. Aktan yang berperan sebagai pendukung adalah Raja Liesibin yang melihat Sie Jin Kwie dalam mimpi sebagai pahlawan. Adapun aktan yang menjadi penghambat adalah Lietocong-Thiosukwie dan Jenderal Kaesobun. Konstruksi pahlawan yang dibangun untuk cerita kepahlawanan Sie Jin Kwie tidak hanya dibangun oleh sifat-sifat alami yang ada dalam dirinya, tetapi juga dibangun oleh bantuan dari tokoh-tokoh lain di luar dirinya (baik tokoh manusia maupun tokoh gaib dewa-dewi).
The text of the Sie Jin Kwie wich become object of this research is Sie Jin Kwie drama text by N. Riantiarno based on the novel Sie Jin Kwie Ceng Tang (Sie Jin Kwie Fought to The East) by Tio Keng Jian & Lok Dan Chung that translated by Marcus, A.S. in 1993. This research will explore: (1) how narrative structure (syntax and semantics) of Sie Jin Kwie drama text; (2) how the construction of the hero is shown through the character Sie Jin Kwie. These findings semantics was actant scheme which will be shown by Sie Jin Kwie who acted as a subject. The enabling actant was the King Liesibin who met Sie Jin Kwie as a hero in his dream. Where as, the enhibiting actants were Lietocong-Thiosukwie and General Kaesobun. The construction of the hero in a story of heroism is not only built by the properties of natural that exists in himself, but also built by the aid of others there out of itself (both human and supernatural figures of deities).
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T38915
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Adrian Krishnadi
Abstrak :
Penelitian ini membahas mengenai wacana kepahlawanan yang terdapat di dalam video gim Ryū ga Gotoku Kiwami 2. Kemudian, penelitian ini juga menganalisis bagaimana nilai- nilai tradisional dalam tindak kepahlawanan tipikal yakuza, seperti giri (tanggung jawab), ninjō (kemanusiaan), dan oyabun-kobun (loyalitas), yang ditampilkan dalam video gim tersebut berkorelasi dengan karya-karya bergenre yakuza lainnya. Analisis dilakukan dengan menggunakan taksonomi kepahlawanan (taxonomy of heroism) yang dicetuskan oleh Franco et al. (2011). Penulis memfokuskan analisis terhadap tindakan serta dialog dari tokoh utama, tokoh antagonis, dan tokoh sampingan, yaitu Kiryū Kazuma, Gōda Ryūji, dan Kawara Jirō. Selain Ryūji, kedua tokoh yang disebutkan, digambarkan bukan anggota organisasi yakuza. Hasil analisis menunjukkan terdapat tindak kepahlawanan yang ditunjukkan oleh Kiryū, Ryūji, dan Kawara. Lebih jauh lagi, penelitian ini berargumen bahwa Ryū ga Gotoku Kiwami 2 menampilkan variasi tindak kepahlawanan yang berbeda dibandingkan karya bergenre yakuza lainnya yang pada umumnya menggambarkan tindak kepahlawanan tersebut sebagai sesuatu yang hanya dilakukan oleh anggota yakuza. Sementara itu, dalam Ryū ga Gotoku Kiwami 2, tindak kepahlawanan tipikal yakuza digambarkan tidak hanya dilakukan oleh anggota yakuza. Dengan demikian, Ryū ga Gotoku Kiwami 2 dapat dikatakan menampilkan narasi kepahlawanan tipikal genre yakuza tanpa memposisikan keanggotaan pada organisasi yakuza sebagai syarat yang esensial. ......This study discusses the discourse of heroism in the video game Ryū ga Gotoku Kiwami 2. Additionally, this study analyzes how traditional values of typical yakuza heroism, such as giri (responsibility), ninjō (humanity), and oyabun-kobun (loyalty), as portrayed in the video game, correlate with other yakuza genre works. The analysis is conducted using the taxonomy of heroism proposed by Franco et al. (2011). This study focuses the analysis on the actions and dialogues of the main character, the antagonist, and the supporting character, namely Kiryū Kazuma, Gōda Ryūji, and Kawara Jirō. Besides Ryūji, both of the mentioned characters are potrayed as non-members of the yakuza organization. This study finds the presence of heroic acts displayed by Kiryū, Ryūji, and Kawara. Furthermore, this study finds that Ryū ga Gotoku Kiwami 2 presents a different variation of heroism compared to other yakuza genre works that generally depict heroism as something exclusively done by yakuza members. In Ryū ga Gotoku Kiwami 2, typical yakuza heroism is depicted as not limited to yakuza members only. Therefore, Ryū ga Gotoku Kiwami 2 can be said to portray a typical yakuza genre narrative of heroism without having yakuza membership as a requirement.
2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library