Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
LuLu Nafisah
Abstrak :
Kepatuhan terapi di Indonesia masih dibawah 80 dan dapat berdampak padapeningkatan kejadian infeksi protozoa usus, perkembangan AIDS yang lebih cepat,resistensi obat, kegagalan terapi, dan penularan virus kepada orang lain. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan kepatuhan terapiARV pada ODHA di Klinik Yayasan Angsamerah dan Angsamerah Clinic DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif meliputi pengisian kuesioner dan interview dengan pasien yang menerima ARV dan tenaga kesehatan.Sampel ditentukan dengan menggunakan purposive sampling dan diperoleh sampelsejumlah 51 orang. Tingkat pendidikan dilihat berdasarkan lama sekolah dan tingkat kepatuhan dinilai dengan metode laporan diri, hitung jumlah sisa obat, dan viral load. Berdasarkan laporan diri 66,66 ODHA memiliki kepatuhan sedang, berdasarkanhitung jumlah sisa obat 78,43 ODHA memiliki sisa obat kurang dari 3 dosis, dan90,20 ODHA memiliki viral load yang tidak terdeteksi. Sebagian besar ODHA menempuh pendidikan selama >12 tahun 72,55 dan tingkat pendidikan terakhir tamat sarjana 64,71. Hasil analisis menunjukkan proporsi kepatuhan yang lebihtinggi sebesar 4,63 pada ODHA yang menempuh pendidikan >12 tahun dibandingkan dengan ODHA yang menempuh pendidikan le;12 tahun. Pendidikan yang tinggi berperan memfasilitasi kepatuhan ODHA dalam terapi ARV melalui berbagai mekanisme yaitu ODHA akan memiliki pengetahuan yang lebih baik, mampu memahami informasi dan rekomendasi dari dokter, memiliki daya ingat yang lebih baik, memiliki lebih banyak sumber daya ekonomi termasuk pendapatan yang lebih tinggi, pekerjaan yang lebihaman dan lebih menjamin, dan sarana untuk tinggal di lingkungan yang lebih sehat yangmendukung kesehatan. Hambatan dalam terapi ARV diantaranya jadwal yang sibuk, sering berpergian, takut terungkap statusnya, informasi yang salah tentang ARV, dan penawaran obat selain ARV. Media KIE yang akurat, informatif, dan menarik, hubungan yang baik antara dokter dan pasien, dan sistem atau alat pengingat jadwal minum obat diperlukan untuk mempertahankan dan meningkatkan kepatuhan terapi ARV pada ODHA. ......Therapeutic compliance in Indonesia was still below 80 and may resulted in increased incidence of protozoanal intestinal infection, faster AIDS progression, drug resistance, treatment failure, and transmission of the virus to others. This study was aimed toexplore the relationship between education levels with adherence to Antiretroviral Therapy ART in HIV positive people in the Angsamerah Foundation Clinic and Angsamerah Clinic, Jakarta. This study used quantitative and qualitative approachesincluding questionnaires and interviews with patients receiving ARVs and health workers. Sample was determined by using purposive sampling and obtained a sample of51 people. The level of education is categorized according to years of schooling and compliance rate is assessed by self report method, pill count, and viral load. Based onself report 66,66 of PLWHA have moderate adherence, based on drug counts 78.43 of PLWHA drugs have remaining less than 3 doses and 90.20 of PLWHA have undetectable viral load. Most of PLWHA are educated for 12 years 72.55 and the last education level is under graduate 64,71 . Results of the analysis showed a higher proportion of compliance by 4.63 among PLWHA who study 12 years comparedwith people with PLWHA who study le 12 years. Higher education played a role infacilitating PLWHA compliance in ART through various mechanisms ie PLWHA will have better knowledge, be able to understand information and recommendations fromdoctors, have better memory, have more economic resources including higher income,have safer and more secure work, and living in a healthier environment that supports health. Barriers in ART include busy schedules, frequent travel, fear of exposure,misinformation about ARVs, and offers of drugs other than ARVs. An accurate, informative, and interesting EIC media, a good relationships between physicians and patients, and reminder tools or systems to take medication are needed to maintain and improve ART adherence in people living with HIV.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T53833
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Talitha El Zhafira Hadi
Abstrak :
Angka mortalitas HIV/AIDS hingga saat ini masih menjadi permasalahan kompleks di tingkat global, terutama pada negara berkembang. Terapi Antiretroviral (ARV) menjadi salah satu bentuk pencegahan berkembangnya kasus HIV menjadi AIDS. Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa ODHA yang telah memulai terapi ARV pun masih berisiko tinggi untuk mengalami kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepatuhan terapi antiretroviral terhadap kejadian mortalitas pada pasien HIV/AIDS di RSUD Kabupaten Tangerang periode tahun 2006-2022. Desain studi yang digunakan adalah kohort restrospektif. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 924 pasien yang diobservasi melalui rekam medis pasien. Kelompok exposed yaitu 510 pasien yang patuh terapi ARV dan kelompok non-exposed yaitu 414 pasien yang tidak patuh terapi ARV. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa probabilitas kumulatif survival dan median survival time secara keseluruhan adalah 52,3% dan 7 tahun. Rata-rata waktu pengamatan survival pada tahun ke 8 dan median survival time pada tahun ke 7 pengamatan. Selain itu, diketahui pula terdapat pengaruh antara kepatuhan terapi ARV terhadap kejadian mortalitas pasien HIV/AIDS dengan nilai AdjHR = 1,71 (95% CI: 1,3-3,18) setelah mengendalikan variabel usia dan infeksi oportunistik. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dan pertimbangan dalam meningkatkan kepatuhan ODHA dalam menjalankan terapi ARV di kemudian hari supaya tren kematian dapat ditekan. ......The mortality rate of HIV/AIDS is still being a complex problem at the global level, especially in developing countries. Antiretroviral Therapy (ARV) is one form of prevention of the development of HIV cases into AIDS. However, it is undeniable that people living with HIV who have started ARV therapy are still at high risk of death. This study aims to determine the effect of adherence to antiretroviral therapy on the survival of HIV/AIDS patients at General Hospital of Tangerang Regency for the period 2006-2022. The study design used a retrospective cohort design. The exposed group was 510 patients who were adherent to ARV therapy and the non-exposed group was 414 patients who were not adherent to ARV therapy. Based on the results of the analysis, it is known that the cumulative probability of survival and median survival time as overall are 52.3% and 7 years. The average survival observation time at year 8 and median survival time at year 7 observation. In addition, it is also known that there is an correlation between adherence to ARV therapy on the mortality incidence of HIV/AIDS patients with AdjHR = 1.71 (95% CI: 1,3-3,18) after controlling for age and opportunistic infection variables. The results of this study can be a reference and consideration in improving the compliance of PLHIV in carrying out ARV therapy in the future so that the mortality trend can be suppressed.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadilla Rizky Prameshwari
Abstrak :
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menginfeksi sel darah putih yang disebut sel CD4 dan menargetkan daya tahan tubuh. kasus HIV di DKI Jakarta pada tahun 2022 memiliki kasus HIV secara kumulatif sebanyak 79.043 sehingga menempati urutan provinsi tertinggi. Kasus terbanyak yang dilaporkan pada Tahun 2020 oleh Profil Kesehatan DKI Jakarta berada pada wilayah Jakarta Selatan. Salah satu upaya untuk meningkatkan angka harapan hidup ODHIV adalah penggunaan obat antiretroviral (ARV). Secara umum pemberian terapi ARV diberikan dalam bentuk kombinasi yang harus dikonsumsi seusia hidup. Angka kepatuhan di Puskesmas Kecamatan Setiabudi yaitu 45.6%. Angka ini lebih rendah dari target kemenkes yaitu 95% pasien mengalami supresi virus. Kepatuhan terapi antiretroviral di Puskesmas Kecamatan Setiabudi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan faktor yang berhubungan dengan kepatuhan terapi antiretroviral di Puskesmas Kecamatan Setiabudi. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan wawancara responden berdasarkan kuisioner yang sudah dibuat. Populasi adalah pasien ODHIV >18 tahun dengan minimal terapi selama 6 bulan. Sampel sebanyak 90 orang didapatkan melalui rumus uji beda proporsi. Berdasarkan analisis univariat diperoleh rerata kepatuhan terapi antiretroviral di Puskesmas Kecamatan Setiabudi 84.3 dari skala 100. Hasil uji regresi logistik berganda menunjukkan bahwa keyakinan diri memiliki hubungan dengan kepatuhan terapi antiretroviral. Keyakinan diri merupakan variabel dominan yang berhubungan dengan kepatuhan terapi antiretroviral di Puskesmas Kecamatan Setiabudi (p=0.023, OR 2.87). Monitoring kepatuhan dapat menjadi intervensi yang baik bagi Puskesmas Kecamatan Setiabudi. ......The Human Immunodeficiency Virus (HIV) is a virus that infects white blood cells called CD4 cells and targets the body's immune system. The cases of HIV in DKI Jakarta in 2022 have cumulatively reached 79,043, making it the province with the highest number of cases. The highest number of cases reported in 2020 by the DKI Jakarta Health Profile were in the South Jakarta area. One of the efforts to increase the life expectancy of people living with HIV (PLWH) is the use of antiretroviral (ARV) drugs. Generally, ARV therapy is given in combination and must be consumed for life. The adherence rate at the Puskesmas in Kecamatan Setiabudi is 45.6%. This figure is lower than the Ministry of Health's target of 95% of patients achieving virus suppression. Adherence to antiretroviral therapy at the Puskesmas in Kecamatan Setiabudi is influenced by various factors. This study aims to understand the picture and factors associated with adherence to antiretroviral therapy at the Puskesmas in Kecamatan Setiabudi. This study uses a cross-sectional design with respondent interviews based on a pre-made questionnaire. The population is HIV patients >18 years old with a minimum of 6 months of therapy. A sample of 90 people was calculated using a difference of proportion test formula. Based on a univariate analysis, the average adherence to antiretroviral therapy at the Puskesmas in Kecamatan Setiabudi is 84.3 out of 100. The results of the multiple logistic regression tests show that self-efficacy is associated with adherence to antiretroviral therapy. Self efficacy is the dominant variable associated with adherence to antiretroviral therapy at the Puskesmas in Kecamatan Setiabudi (p=0.023, OR 2.87). Monitoring adherence can be a good intervention for the Puskesmas in Kecamatan Setiabudi.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fanny Mustikaningtyas
Abstrak :
ABSTRAK
Diabetes Melitus merupakan penyakit tidak menular penyebab kematian terbesar keempat di dunia. Depok menduduki peringkat 2 di Jawa Barat dengan jumlah penderita diabetes mellitus tipe 2 terbanyak. Insulin direkomendasikan sebagai salah satu terapi diabetes lini pertama untuk mengontrol kadar glukosa. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui tingkat kepatuhan terapi insulin pada penderita diabetes mellitus tipe 2 agar tercapai hasil terapi sesuai dengan yang direncanakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran kepatuhan terapi insulin pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Kota Depok. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian model cross sectional dan menggunakan teknik consecutive sampling sebagai teknik dalam pengambilan sampel. Jumlah sampel 79 orang pasien diabetes mellitus tipe 2 yang berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kepatuhan insulin masih rendah sebanyak 52 orang 65,8 . Adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan informasi kepada Rumah Sakit Umum Daerah Kota Depok, Dinas Kesehatan Depok, perawat, dan masyarakat untuk meningkatkan kepatuhan terapi insulin.
ABSTRAK
Abstract Diabetes Mellitus is the fourth leading non infectious diseases cause of death in the world. Depok was ranked 2nd in West Java with the highest number of people with type 2 diabetes mellitus. Insulin is recommended as one of the first line diabetes therapy to control glucose levels. Therefore, it is important to know the adherence level of insulin therapy in people with type 2 diabetes mellitus in order to achieve the satisfied results of therapy. This study aimed to identify the level of adherence in insulin therapy among people with type 2 diabetes mellitus in Depok City. This research was a quantitative research using a cross sectional design and using consecutive sampling as a technique in sampling. The number of samples were 79 patients with type 2 diabetes mellitus who came to the Regional General Hospital of Depok City. The result showed that the level of insulin adherence came still low as many as 52 people 65.8 . This study is expected to provide information to the Regional General Hospital of Depok City, Depok Health Office, nurses, and the community to improve adherence to insulin therapy.
2017
S67065
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Ayu Wulandari
Abstrak :
Pendahuluan: Di Indonesia, kanker rektum menempati urutan kedua kanker gastrointestinal dengan jumlah kasus baru 14.122 (4,65 %) dari semua kasus kanker, dengan jumlah kematian sebanyak 6.827 jiwa. Hal ini menunjukkan perlunya suatu terapi terstandar dalam tatalaksana kanker rektum. KPKN pada tahun 2016 telah mengeluarkan Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Kanker kolorektal sebagai panduan dalam terapi, yang diterapkan di RSCM sebagai Pedoman Praktis Klinis (PPK) Kanker kolorektal. Penelitian ini bertujuan menilai kepatuhan terapi dalam tatalaksana Kanker rektum dan hubungannya dengan kesintasan pasien. Metode: Studi kohort retrospektif ini menilai pasien kanker rektum yang menjalani radioterapi di RSCM periode Januari 2017-Juni 2018, dengan kriteria inklusi pasien non metastasis, menjalani terapi radiasi neoajuvan di RSCM, dan menggunakan BPJS. Kepatuhan terapi dinilai dengan menggunakan PPK kolorektal 2016 sebagai acuan dengan variabel kepatuhan sequence/urutan terapi, kepatuhan interval waktu terapi, dan kepatuhan kesesuaian terapi dari masing masing modalitas Hasil: Terdapat 30 pasien yang masuk kriteria inklusi, dengan usia rerata 48 ± 12 tahun. Mayoritas pasien terdiagnosa stadium IIIC. Kesintasan hidup keseluruhan pasien dalam 2 tahun adalah 43,3 %. Proporsi kesintasan 2 tahun pada kelompok yang mendapatkan kepatuhan terapi adalah 50% sedangkan Kelompok yang tidak mendapat kepatuhan terapi adalah 42,3 % (p=1), Kepatuhan keseluruhan adalah 13,3%, terdapat tren kesintasan yang terlihat lebih baik untuk kelompok yang patuh dibandingkan kelompok yang tidak patuh, meskipun secara statistik tidak bermakna (p=0.317). ......Aims: Rectal cancer cases are the second highest gastrointestinal cancer with a total of 14,122 and new cases (4.65%) of all cancer cases, with 6,827 fatalities in Indonesia. A standardized treatment in the management of rectal cancer in Indonesia is needed. In 2016, The National cancer control committee (KPKN) issued the National Guidelines for Colorectal Cancer Medicine Services as a guide in therapy, which was implemented in A National health center (RSCM) as a Clinical Practical Guide (PPK) for Colorectal Cancer. This study objected to assess adherence in the management of rectal cancer and its relationship with patient survival. Method: This retrospective cohort study assessed the rectum cancer patients undergoing radiotherapy in the RSCM period January 2017-June 2018, with the criteria of non-metastatic patient inclusion, undergoing Neoadjuvant radiation therapy in RSCM, and using government insurance. Adherence to guidelines is assessed using PPK Colorectal 2016 as a reference to compliance therapeutic sequence, compliance interval therapy time, and compliance with therapeutic conformity of each modality. Results: There are 30 patients include this study, with an average age of 48 ± 12 years. The majority of patients diagnosed with stage IIIC. The overall survival of the patient in 2 years is 43.3%. The proportion of 2 years in the group receiving therapeutic adherence is 50% while the group who did not get therapeutic adherence was 42.3% (P = 1), overall compliance was 13.3%, there is a trend of survival that looks better for the adherence group than the disobedient group, although statistically not significant (P = 0.317).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kiki Rachmanissa
Abstrak :
Kepatuhan terapi antiretroviral (ARV) merupakan faktor utama keberhasilan manajemen terapi. Terapi ARV yang diminum seumur hidup diperlukan dukungan untuk menjaga kepatuhan. Penelitian ini bertujuan melihat hubungan Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) terhadap kepatuhan terapi ARV pada penderita HIV & AIDS di Jakarta Timur. Desain penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan potong lintang. Jumlah responden berpartisipasi 96 orang dengan teknik non random sampling convenience. Instrumen yang digunakan adalah AACTG dan FSSQ Duke-UNC yang dimodifikasi. Hasil analisis Chisquare tidak ada hubungan KDS dengan kepatuhan ARV (p= 1,00; α = 0,05; OR = 1,150). Hasil ini merekomendasikan program dari LSM dan pelayanan kesehatan untuk membantu kepatuhan terapi ARV dari sesama ODHA melalui KDS rutin. ...... Adherence antiretroviral (ARV) therapy is a major factor in successful of this therapy management. ARV therapy that taken for life is required support system to maintain adherence. This study aimed to show the relationship between peer support group and arv adherence in patient with HIV and AIDS in East Jakarta. This study used descriptive correlation design with cross sectional. The number of sampel was 96 respondents, who was collected with no-random sampling with convinience techique. The instrument used was AACTG and FSSQ Duke-UNC modified. The result of chi-square analysis showed that there was no relation between peer support group with ARV adherence (p=1,00; α=0,05; OR=1,150). Because of that NGO and health service have to make program to enhance ARV therapy adherence with participations from peer support group regularly.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S47786
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rofiqoh
Abstrak :
ABSTRACT
Kanker merupakan penyebab kematian kedua tertinggi di Indonesia. Kanker payudara menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian kanker pada perempuan. Penderita kanker payudara membutuhkan efikasi diri yang tinggi agar patuh dalam menjalani kemoterapi oral. Pada 45 responden di RS Kanker Dharmais, Jakarta didapatkan hasil bahwa efikasi diri pasien kanker payudara yang tinggi tidak memiliki hubungan dengan kepatuhan pasien dalam menjalani kemoterapi oral dengan nilai p value > 0,05 p value = 1,000. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa karakteristik stadium kanker memiliki hubungan yang signifikan terhadap tingkat efikasi diri p=0,001 . Sedangkan riwayat pernah menjalani kemoterapi IV memiliki hubungan yang signifikan terhadap kepatuhan p=0,002.
ABSTRACT
Cancer is the second leading cause of death in Indonesia. Breast cancer has first as a cause of cancer death in women. Breast cancer patients need high self efficacy to adhere to oral chemotherapy. In 45 respondents at Dharmais Cancer Hospital, Jakarta, it was found out that self efficacy of high on breast cancer patients, but did not have relationship with patient adherence in oral chemotherapy with p value 0,05 p value 1,000. The results of the analysis also showed that the characteristics of the stage of cancer have a significant relationship to the level of self efficacy p 0.001 . While the history of undergoing intravenous chemotherapy has a significant relationship to adherence p 0.002.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafina Syahada Kurniawan
Abstrak :
Dalam membahas kepatuhan terapi antiretroviral (ARV) pada ODHIV dewasa muda, perlu mempertimbangkan berbagai proses yang terjadi dalam konteks tertentu. Terlebih lagi, HIV merupakan penyakit yang lekat dengan stigma. ODHIV dapat menghayati pandangan-pandangan negatif tentangnya yang berkaitan dengan HIV, atau disebut juga sebagai internalized stigma, dan berimbas pada penurunan kepatuhan terapi ARV. Lebih lanjut, diduga bahwa persepsi dukungan sosial dapat menjelaskan hubungan antara keduanya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran mediasi persepsi dukungan sosial dalam hubungan antara internalized stigma dan kepatuhan terapi ARV pada ODHIV dewasa muda. Penelitian kuantitatif dengan tipe korelasional ini melibatkan 60 ODHIV dewasa muda yang berusia 20—40 tahun di Indonesia yang sedang menjalani terapi ARV (Musia = 30,8; SDusia = 6,13; 88,3% laki-laki). Alat ukur yang digunakan adalah Berger’s HIV Stigma Scale-Short Form, MSPSS (Multidimensional Scale of Perceived Social Support), dan MMAS-8 (Morisky’s Medication Adherence Scale). Hasil penelitian tidak menemukan adanya korelasi signifikan di antara internalized stigma dan kepatuhan terapi ARV pada ODHIV dewasa muda. Selain itu, persepsi dukungan sosial juga tidak terbukti menjadi mediator pada hubungan antara internalized stigma dan kepatuhan terapi ARV pada ODHIV dewasa muda. ......In discussing antiretroviral therapy (ART) adherence in young adults with HIV, it is necessary to address various processes that occur in certain contexts. Especially, HIV is a disease that is closely attached to stigma. People Living with HIV (PLWH) can internalize negative views about themselves related to HIV, or also known as internalized stigma. Furthermore, it is hypothesized that perceived social support can explain the relationship between the two. This study aims to look at the mediating role of perceived social support in the relationship between internalized stigma and ART adherence in young adults with HIV. This quantitative research with a correlational type involves 60 young adults with HIV aged 20—40 in Indonesia who are currently undergoing ART (Mage = 30,8; SDage = 6,13; 88,3% male). The instruments used in this study are Berger’s HIV Stigma Scale-Short Form, MSPSS (Multidimensional Scale of Perceived Social Support), dan MMAS-8 (Morisky’s Medication Adherence Scale). This study finds no significant correlation between internalized stigma and ART adherence in young adults with HIV. In addition, perceived social support is also not proven to be a mediator in the relationship between internalized stigma and adherence to ART in young adults with HIV.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library