Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Studi kesesuaian lahan untuk pengembangan silvofishery kepiting bakau (scylla serrata) telah dilakukan di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Penelitian dilakukan pada bulan April-Agustus 2012. Penelitian dilakukan berdasarkan pengumpulan data dari penginderaan jauh dan sistem informasi geografis (GIS) untuk pengolahan data spasial."
577 LIMNO 19:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muh. Imran
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
T39472
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desmita Artalina
"Aktivitas manusia di sekitar tambak silvofishery berpotensi menyumbang limbah dan meningkatkan ancaman polusi logam berat. Jumlah limbah logam berat, terutama dari industri yang masuk ke dalam perairan tambak diduga memengaruhi organisme akuatik yang berada di dalamnya. Keong bakau (Telescopium telescopium) dan kepiting bakau (Goniopsis pelii) adalah biota non-budaya yang hadir di tambak silvofishery dan dikonsumsi oleh manusia.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji kandungan logam berat pada keong bakau, kepiting bakau dan sedimen pada tambak silvofishery Blanakan-Subang. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan April 2018, di tiga stasiun dengan metode purposive random sampling. Kandungan logam berat dianalisis menggunakan spektrofotometri serapan atom.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan Pb tertinggi terdapat pada keong bakau di stasiun 3 sebesar 19,46 mg kg. Kandungan Cu dan Zn tertinggi terdapat pada kepiting bakau di stasiun 2 masingmasing sebesar 33,77 mg/kg dan 22,54 mg kg. Secara umum, pada sedimen kandungan Zn Cu Pb. Kandungan Pb, Cu dan Zn tertinggi di sedimen terdapat di stasiun 2 masing-masing sebesar 19,55 mg kg, 6,76 mg kg, dan 68,56 mg kg.
Uji Manova dua arah menunjukkan bahwa jenis/ variabel (keong bakau, kepiting bakau, sedimen) dan lokasi (stasiun, inlet/ outlet) berpengaruh nyata terhadap nilai Pb, Cu dan Zn. Nilai faktor biokonsentrasi 1 menunjukkan bahwa keong bakau dan kepiting bakau memiliki kecenderungan untuk mengakumulasi logam berat. Berdasarkan BPOM No 03725-B-SK-VII-89, masyarakat harus lebih berhati-hati dalam mengkonsumsinya. Selanjutnya, keong bakau dan kepiting bakau dapat digunakan sebagai bioindikator untuk mengendalikan pencemaran lingkungan.

Human activities around the silvofishery ponds potentially contribute waste and promote heavy metals pollution threats. High input of this metals, especially from industry waste that entered the ponds suspected affect aquatic organism inside it. Mangrove snail (Telescopium telescopium) and mangrove crab (Goniopsis pelii) are non-cultured biota which is present at silvofishery ponds and consumed by humans.
This research aimed to determine metals content in mangrove snail, mangrove crab and sediment at Blanakan silvofishery ponds. Sampling was done on April 2018, at three stations using purposive random sampling. Metals content were analysed using atomic absorption spectrophotometry.
Result showed that the highest Pb content was in mangrove snail at station 3 at 19,46 mg kg. The highest Cu and Zn content was in mangrove crab at station 2 at 33,77 mg kg and 22.54 mg kg respectively. Generally, metals content in sediment was Zn Cu Pb. The highest content of Pb, Cu and Zn in sediment was at station 2 at 19,55 mg kg, 6,76 mg kg, dan 68,56 mg kg respectively.
Manova test showed that variables (mangrove snail, mangrove crab, sediment) and location (station, inlet/outlet) significantly affect the value of Pb, Cu and Zn. The bioconcentration values 1 showed that mangrove snail and mangrove crab has a tendency to accumulate heavy metals. Based on BPOM No 03725-B-SK-VII-89, people must be more careful in consuming them. In the future, mangrove snail and mangrove crab can be used as bioindicator to control environmental pollution."
Depok: Universitas Indonesia, 2019
T52128
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meiliandy Mahalana
"Kandungan logam berat pada lingkungan akuatik harus dipantau secara terus menerus agar tidak membahayakan organisme perairan dan manusia yang mengkonsumsinya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kandungan logam berat seng (Zn) dan logam timbal (Pb) pada sedimen dan kepiting bakau (Scylla serrata) yang diambil di Kawasan Tambak Blanakan, Subang, Jawa Barat, serta mengetahui nilai faktor biokonsentrasi (BCF) seng dan timbal pada kepiting bakau. Metode yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah purposive sampling, untuk deteksi logam Zn menggunakan perangkat AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry) dan untuk logam Pb menggunakan perangkat ICP (Inductively Coupled Plasma). Didapatkan rata-rata kandungan logam Zn pada sedimen di Tambak Blanakan tertinggi pada tambak I sebesar 26,39 ppm dan untuk rata-rata kandungan logam Pb tertinggi terdapat pada tambak III sebesar 7,273 ppm. Berdasarkan baku mutu US EPA kandungan logam berat pada sedimen untuk logam Zn sebesar 140,48 ppm dan untuk logam Pb sebesar 47,82 ppm, kandungan logam Zn dan Pb pada sedimen Tambak Blanakan masih berada di bawah ambang batas logam berat. Kandungan logam Zn pada kepiting bakau didapatkan pada tambak I sebesar 35,66 ppm, tambak II sebesar 18,99, tambak III sebesar 64,88 ppm dan untuk kandungan logam Pb pada kepiting bakau di Blanakan adalah ND atau tidak terdeteksi. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan logam Zn dan Pb pada kepiting bakau (Scylla serrata) di Tambak Blanakan masih berada dibawah ambang batas logam berat. Nilai BCF logam Zn pada kepiting bakau pada tambak I sebesar 1,35 yang termasuk dalam kategori mikrokonsentrator, pada tambak II sebesar 0,76 termasuk dalam kategori dekonsentrator, dan pada tambak III sebesar 3,04 yang termasuk dalam kategori makrokensentrator.

The content of heavy metals in the aquatic environment must be monitored continuously so as not to harm aquatic organisms and humans who consume them. This study aims to determine the content of heavy metal zinc (Zn) and metal lead (Pb) in sediment and mud crab (Scylla serrata) taken in the Blanakan Tambak Area, Subang, West Java, and to determine the value of the bioconcentration factor (BCF) of zinc and lead. on mud crabs. The method used for sampling is purposive sampling, for detection of Zn metal using an AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry) device and for Pb metal using an ICP (Inductively Coupled Plasma) device. The highest average content of Zn in the sediment in the Blanakan Pond was 26.39 ppm in pond I and the highest average Pb metal content was found in pond III of 7.273 ppm. Based on the US EPA quality standard, the heavy metal content in sediment for Zn metal is 140.48 ppm and for Pb metal is 47.82 ppm, the content of Zn and Pb metals in Blanakan Pond sediments is still below the heavy metal threshold. The metal content of Zn in mangrove crabs was found in pond I of 35.66 ppm, pond II of 18.99, pond III of 64.88 ppm and for Pb metal content in mangrove crabs in Blanakan was ND or undetectable. This indicates that the metal content of Zn and Pb in the mud crab (Scylla serrata) in the Blanakan pond is still below the heavy metal threshold. The BCF value of Zn metal in mud crabs in pond I was 1.35 which was included in the microconcentrator category, at pond II was 0.76 which was included in the deconcentrator category, and in pond III was 3.04 which was included in the macrocentrator category."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library