Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arivanda Jaya
Abstrak :
Tesis ini membahas evaluasi pelaksanaan kebijakan pelayanan kesehatan gratis di Kota Metro yang ditinjau dari pelaksana kebijakan dan masyarakat yang memanfaatkan kebijakan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pelaksanaan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Gratis di Kota Metro yang dikaji berdasarkan aspek kebijakan, aspek manajemen pelayanan, aspek adminitrasi keuangan dan aspek kepesertaan. Menganalisis pemanfaatan pelayanan kesehatan gratis di puskesmas oleh masyarakat Kota Metro. Mengetahui seberapa jauh penerimaan baik dari petugas puskesmas dan masyarakat terhadap pelaksanaan kebijakan, dan mengetahui alternatif kebijakan guna penyempurnaan pelaksanaan pelayanan kesehatan gratis di Kota Metro. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menyarankan Pemerintah Kota Metro dapat melakukan pengendalian pelayanan kesehatan gratis dari 2 􁈺dua􁈻 aspek yaitu pada sisi supply melakukan perubahan pembayaran biaya pengganti jasa medis yang menggunakan sistim fee for services system dengan menggunakan sistim kapitasi. Pada sisi demand , melakukan pembatasan masyarakat yang menjadi sasaran pelayanan kesehatan gratis berdasarkan tempat tinggal, usia dan paket ? paket pelayanan yang di jamin serta melakukan kembali sosialisasi kebijakan mengenai sasaran dan paket pelayanan yang ditanggung baik kepada masyarakat dan petugas kesehatan di puskesmas. Perlu dilakukan kajian mengenai pengembangan Kebijakan Pelayanan Kesehatan.
This thesis describes the evaluation of implementation of the free health care policy in Kota Metro in terms on implementers and the poeple who utilize the policy. The purpose of this study was to evaluate implementation of the free health care policy in Kota Metro which is analyzed based on policy aspects, service management aspects, financial and administrative aspects and membership aspects. Analyzing the utilization of free health services in puskesmas by the poeple of Kota Metro. To find out acceptability about the implementation of policy by officers in puskesmas and community, and to explore alternative policies in order to improve the implementation of the free health care policy in Kota Metro. This study used descriptive qualitative design and descriptive quantitative design. The results suggest Kota Metro government can do cost containment of the free health care from 2 􁈺two􁈻 aspects: on the supply side to change the payment for medical services which use fee for services system by using capitation system. On the demand side, the limitation of the targeted community of the free health care on the basis of residence, age and packages of guaranteed and to re‐socialization of the free health care policy about targeted community and packages that covered by the free health care policy to community and officers in puskesmas.
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T27972
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Imas Emalia
Abstrak :
Artikel ini menjelaskan tentang derajat kesehatan masyarakat pribumi di Kota Cirebon pada masa kolonialisme Belanda antara 1906-1940. Fokus kajiannya adalah menganalisis derajat kesehatan pada masa modernisasi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda. Kota Cirebon yang semula sebagai kota tradisional/kota kesultanan diubah fungsinya menjadi kota kolonial (modern) oleh pemerintah Hindia Belanda bersamaan dengan pembentukan kota-kota lainnya di Jawa dan Madura pada 1906. Selama paruh pertama di awal abad ke-20, masyarakat pribumi di Kota Cirebon menghadapi proses modernisasi yang berbasis industrialisasi ekonomi. Namun karena seringkali proyek pembangunan tidak tuntas akibatnya lingkungan kota menjadi tidak sehat. Sisa material bangunan, genangan air, galian-galian tanah yang kotor, dan kurangnya jatah air bersih bagi masyarakat pribumi menjadi pangkal kemunculan berbagai bibit penyakit yang menyerang para pekerja dan menular secara luas. Kondisi ini yang menjadi derajat kesehatan masyarakat pribumi buruk dan tidak pernah meningkat. Dalam menangani wabah penyakit pun terdapat perbedaan persepsi antara masyarakat pribumi dengan pemerintah kolonial. Bagi masyarakat pribumi praktik pengobatan didasari oleh pengetahuan agamanya yang kemudian diekspresikan dalam kehidupannya sehari-hari. Oleh karenanya mereka seringkali menolak tawaran sistem pengobatan dan propaganda kesehatan modern yang ditawarkan oleh pemerintah karena khawatir aqidahnya terganggu. Sementara bagi pemerintah kolonial praktik pengobatan didasari oleh ilmu pengetahuan yang berkembang di Eropa. Hanya saja dalam praktiknya, aspek kesehatan modern ini dikaitkan dengan pengembangan perekonomian untuk mengumpulkan sebanyak-banyak keuntungan. Komersialisasi dan diskriminasi pelayanan kesehatan pada akhirnya membuat masyarakat pribumi tetap mempraktikkan pengobatan tradisional yang dipahaminya. ...... This dissertation aims to describe the health level of the native people in Cirebon during the Dutch colonial era (1906-1940), focusing on the health level when the Dutch colonial government carried out modernization. The City of Cirebon which was originally a traditional city/sultanate city led by the sultans was changed into a colonial (modern) city by the Dutch East Indies government concurrently with the formation of other cities in Java and Madura in 1906. Through the first half of the 20th century, the native people of Cirebon overcame a process of modernization based on economic industrialization. Modernization was also carried out in the health sector which included policies and eradicating disease outbreaks. However, since there were many incomplete development projects, the city environment became unhealthy. They created leftover building materials, puddles, dirty soil excavations, and caused a lack of clean water for the native people. This condition then became the basis for the emergence of various germs that attack the workers and spread widely. There were different perception between the colonial government and the native people in dealing with the disease outbreaks. For the native people, the health knowledge was referred on their religious knowledge which was then expressed in their daily lives. While for the colonial government, the understanding of health referred to science development in Europe. In reality, this aspect of modern health is associated with economic development to collect as many benefits. The construction of hospitals, procurement of medical devices, and health services are also commercial in nature. The health perceptions of the native people also did not reduce the value of beliefs in their religious practices. Therefore the native people often rejected the offer of medical systems and other health propaganda from the government for they fear that their faith will be corrupted.  So in that condition, the spread of the epidemic of dissidents became widespread in Cirebon.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
D2605
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monike
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S8592
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Depkes. RI, 2005
362.12 IND p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfa Nurhamidah
Abstrak :
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat bertujuan agar mahasiswa mampu memahami peranan, tugas dan tanggung jawab apoteker di Suku Dinas Kesehatan Kota, memiliki pengetahuan tentang tugas pokok dan fungsi Suku Dinas Kesehatan Kota di bidang farmasi, memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman praktis melakukan pekerjaan di pemerintahan, dan memiliki gambaran nyata tentang permasalahan kefarmasian di pemerintahan. Tugas Khusus yang diberikan berjudul Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian Apotek X di Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat. Tugas Khusus ini bertujuan untuk mengetahui proses kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian yang dilakukan Suku Dinas kota terhadap suatu apotek, mengetahui jenis-jenis penyimpangan yang dapat ditemukan dari suatu apotek pada kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian, dan mengetahui bentuk pembinaan, pengawasan dan pengendalian yang diberikan terhadap suatu apotek. ...... This profession internship at Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Barat aims to make students able to understand the role, duties and responsibilities of pharmacists in the Suku Dinas Kesehatan, have knowledge of the duties and functions Suku Dinas Kesehatan in the pharmaceutical field, with insight, knowledge, skills, and practical experience doing work in government, and have a real picture of the problems in the government pharmacy. Special task given entitled Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Apotek X di Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat. Special Task aimed to find out the process of coaching, supervision and control are done to a pharmacy, determine the types of deviations can be found from a pharmacy on development activities, supervision and control, and know the form of guidance, supervision and control given to a pharmacy.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Asrika Mutiara
Abstrak :
ABSTRAK
Nama : Asrika MutiaraNPM : 1606814873Program Studi : ApotekerJudul Laporan : Praktek Kerja Profesi di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat Periode Bulan Oktober Tahun 2016 Praktek Kerja Profesi Apoteker PKPA dilaksanakan di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat pada 10 Oktober 2016 hingga 27 Oktober 2016. Tujuan dilaksanakannya Praktek Kerja Profesi di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat agar calon Apoteker mampu memahami peranan, tugas dan tanggung jawab apoteker di Suku Dinas Kesehatan; memiliki pengetahuan tentang tugas pokok dan fungsi Suku Dinas Kesehatan di bidang farmasi; memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman praktis melakukan pekerjaan kefarmasian di Suku Dinas Kesehatan; dan memiliki gambaran nyata tentang permasalahan kefarmasian di Suku Dinas Kesehatan. Kegiatan yang dilakukan selama praktek kerja profesi di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat meliputi pemberian materi tugas dan fungsi masing-masing subseksi di seksi Sumber Daya Kesehatan, mengikuti rekomendasi teknik dan pembinaan, pengawasan, pengendalian oleh subseksi Farmakmin, lokakarya, dan praktek kerja di puskesmas kecamatan Senen. Kata Kunci : Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat, Praktek Kerja Profesixiv 56 : 26 LampiranReferensi : 19 2002-2016
ABSTRACT
Name Asrika MutiaraNPM 1506814873Study Program ApothecaryTitle Internship at Regional Health Departement of Central Jakarta Period October 2016 Internship at Regional Health Departement of Central Jakarta was started on October, 10th 2016 to October, 27th 2016. This internship was intended to make Apotechary student understand roles, assignments and responsibilities of apotechary in Regional Health Departement to get knowledges about principal assigment and function of Regional Health Departement in pharmaceutical fields, to get insights , knowledges, skills, and practical experience to perform pharmaceutical practice in Regional Health Departement and to gets an overview about pharmaceutical practice issues in Regional Health Departement. Activities at Regional Health Departement were assignments and function each subsections in Health Resources section, technical recommendation and managing, monitoring, controlling by Farmakmin subsection, workshop, and work practiced in Community Health Center of Senen Region. Keywords Regional Health Departement of Central Jakarta, Profession Internshipxiv 56 26 AppendicesBibliography 19 2002 2016
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yeti Nuryeti
Abstrak :
Obat Publik merupakan obat-obatan esensial yang sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan perawatan mayoritas penduduk terutama di sektor publik atau pemerintah sehingga harus tersedia dan dapat diakses setiap saat dalam bentuk sediaan yang tepat dan juga dengan harga terjangkau. Untuk meningkatkan akses, ketersediaan dan memastikan obat digunakan dengan benar maka harus dilakukan pengelolaan obat yang baik, efektif, dan efisien secara berkesinambungan. Adanya masalah pada tingkat ketersediaan obat untuk pelayanan kesehatan dasar yaitu kekosongan obat (stockout), jumlah obat berlebih (overstock), serta besarnya nilai obat kedaluwarsa yang terjadi karena pengelolaan obat publik yang belum baik sehingga perlu dilakukan analisis pengelolaan obat publik yang dilakukan di Dinas Kesehatan Kota Serang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan wawancara mendalam (indepth interview), FGD, dan telaah dokumen. Perhitungan secara kuantitatif dilakukan untuk menghitung output pengelolaan obat berupa tingkat ketersediaan obat dan nilai rupiah obat kedaluwarsa. Informan penelitian terdiri dari Pengelola obat puskesmas, Kepala seksi dan pelaksana di seksi farmalkes, Kepala UPT dan pelaksana Gudang obat dan perbekalan kesehatan dan Kepala Dinas Kesehatan Kota Serang. Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei tahun 2019. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kekosongan dan kelebihan obat yang tinggi, dan besarnya obat kedaluwarsa di Dinas Kesehatan Kota Serang. Faktor input yang berpengaruh adalah kurangnya jumlah, pengetahuan dan keterampilan pengelola obat, dana yang tidak dikelola dengan efektif dan efisien, fasilitas yang belum memadai, organisasi dan manajemen yang tidak optimal serta sistem informasi yang tidak terintegrasi. Kendala pada proses pengelolaan obat yaitu perhitungan kebutuhan obat yang tidak akurat, penyesuaian rencana pengadaan obat yang tidak menggunakan metode sesuai pedoman, penyimpanan obat tidak melaksanakan sistem FEFO, tidak adanya manajemen pengendalian persediaan, dan belum terlaksananya proses pemusnahan obat. Kesimpulan didapatkan bahwa pengelolaan obat publik di Dinas Kesehatan Kota Serang belum berjalan dengan efektif dan efisien. Perlu dilakukan perbaikan pada faktor input dan proses pengelolaan obat sehingga output pengelolaan obat publik di Dinas Kesehatan Kota Serang menjadi efektif dan efisien.
Public medicine is essential medicines that are very necessary to meet the care needs of the majority of the population, especially in the public or government sectors so that they must be available and can be accessed at any time in the right dosage forms and also at affordable prices. To improve access, availability and ensure that drugs are used properly, good, effective and efficient drug management must be carried out continuously. There are problems in the level of availability of medicines and the amount of expired drugs that occur due to poor public drug management, so an analysis of public drug management is needed at Serang District Health Office. This study uses qualitative methods using indepth interviews (in-depth interviews), FGD, and document review. Quantitative calculations are carried out to calculate the drug management output in the form of drug availability and the value of the drug expires. The research informants consisted of primary health care medicine managers, section heads and staf in the pharmacy section, head of the Medical And Health Supplies Store Of Serang District Health Office and the head of the Serang District Health Office. The study was conducted in April - May of 2019. The results showed a high level of drugs stockout and overstock and the amount of drug expired at the Serang District Health Office. Influential input factors are lack of quantity, knowledge and skills of drug managers, funds that are not managed effectively and efficiently, inadequate facilities, non optimal organization and management and non integrated information systems. inaccurate drug quantification, adjusting the plan for procurement of drugs that do not use the method according to the guidelines, drug storage does not implement the FEFO system, the absence of inventory control management and drug destruction process is an obstacle to the drug management process. The conclusion was that the management of public drugs at the Serang District Health Office had not been effective and efficient. It is necessary to make improvements to the input and process drug management factors so that the output of public drug management at the Serang District Health Office becomes effective and efficient.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52740
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Eka Cita
Abstrak :
Kualitas pelayanan kesehatan di suatu daerah sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber daya khususnya sumber daya vaksin yang kuantitas dan kualitasnya memadai.Pengelolaan distribusi vaksin memerlukan manajemen rantai pasok vaksin yang baik untuk menjaga kualitas vaksin tetap terjaga karena sifat vaksin yang termolabil. Penelitian bertujuan untuk Menganalisis pengendalian suhu vaksin menggunakan Lean Six Sigma selama proses pengiriman vaksin ke Puskesmas di Kota Serang. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan pengendalian suhu vaksin sensitif beku ke Puskesmas di Dinas Kesehatan Kota Serang bulan januari sampai desember 2020 untuk mendapatkan data defect suhu yang tidak memenuhi syarat yang ditentukan sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No.12 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi  yang akan digunakan sebagai dasar perhitungan DPMO (Defect Per Million Opportunities) pada Six Sigma. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lean Six Sigma dalam analisis proses kapabilitas pengendalian suhu distribusi vaksin sensitif beku (Freeze Sensitive Vaccine) dan menggunakan daftar pertanyaan terstruktur melalui wawancara mendalam kepada pakar/ahli yang memahami sistem distribusi vaksin sebagai langkah dalam proses brainstorming untuk menyusun saran perbaikan dalam pengendalian suhu distribusi vaksin sensitif beku ke Puskesmas di Kota Serang Provinsi Banten. Lean Six Sigma didapatkan bahwa sistem distribusi vaksin sensitif beku ke Puskesmas  di Kota Serang perlu adanya pengendalian suhu yang lebih baik agar sesuai Permenkes No.12 Tahun 2017. ......Health services quality in a region is determined by the resources especially vaccine resources sufficient quantity and quality. Vaccine distribution management requires a good vaccine supply chain management to maintain the quality of vaccine stability because the vaccine is thermolable. The research aims to control temperature vaccine using lean six sigma during the delivery of vaccine to hospitals in the city of serang. The data used in this research was data reports control of Freeze Sensitive Vaccine distribution into public health center in serang city health department in january until december 2020 to obtain defect data of inappropriate temperatures based on Minister of Health Regulation number 12 of 2017 on the implementation of immunization will be used as the basis of calculations DPMO (Defect per Million Opportunity) in six sigma. Methods used in research is lean six sigma in the analysis of the process of vaccine distribution capabilities control Freeze Sensitive Vaccine and use a structured list of questions through in-depth interviews to experts of vaccine distribution system in Health Department of Serang City as a step in the process of brainstorming to make suggestions to improve the control Freeze Sensitive Vaccine distribution to Public Health Center in the city of Serang, Banten. Lean Six Sigma knowledge that the distribution system Freeze Sensitive Vaccine to Public Health Center in the city of Serang needed to control the better to fit Minister of Health Regulation number 12 of 2017.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fridamarva Yasmine
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan mengetahui pelaksanaan JAMKESDA setalah BPJS berjalan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan sistem sehingga bertujuan untuk mengertahui bagaimana input proses dan output program JAMKESDA pada era JKN. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pelaksanaan program JAMKESDA sudah berjalan dengan baik. Kendala utama dalam program JAMKESDA di Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan adalah terlambatnya klaim dari rumah sakit yang mengakibatkan terlambatnya pelaporan. Dengan demikian, tidak ada perubahan yang signifikan pada program JAMKESDA di era JKN, hanya saja perlu penambahan kualitas dan kuantitas pegawai serta peningkatan sarana dan prasarana, selain itu pelajaran yang dapat diambil ketika JAMKESDA bergabung dengan BPJS adalah perlunya kesiapan sistem, kebijakan pemerintah daerah serta puskesmas sebagai gate keeper. ......The aim of this study is to know the implementation JAMKESDA after BPJS. This study is a qualitative research using a systems approach that aims to determine how the process input and output JAMKESDA program at JKN era. Based on this research, it is known that the implementation of the program has been running well JAMKESDA. The main obstacle in JAMKESDA program in South Tangerang City Health Department is delayed claims from hospitals that resulted in delays in reporting. Thus, there was no significant change in the program JAMKESDA in JKN era, only need the addition of the quality and quantity of personnel and improvement of facilities and infrastructure, in addition to the lessons that can be taken when JAMKESDA join BPJS is the need for system readiness, government policy and health centers as a gate keeper.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55549
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bella Aprilia Ainun Rochmah
Abstrak :
Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi penyebab utama kematian di dunia oleh agen infeksius setelah HIV/AIDS. Tuberkulosis di Indonesia masih menjadi permasalahan utama sebab prevalensi kasus Tuberkulosis di Indonesia menduduki peringkat kedua tertinggi di dunia. Hingga tahun 2020 jumlah kasus Tuberkulosis di Indonesia mencapai 5,8 juta dengan kematian sebesar 1,3 juta. Kota Depok merupakan salah satu kota di Jawa Barat yang menghadapi permasalahan angka keberhasilan pengobatan Tuberkulosis yang belum mencapai target. Dari tahun 2017 hingga 2021 angka keberhasilan pengobatan Tuberkulosis masih dibawah target (90%). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan faktor usia, jenis kelamin, pekerjaan, riwayat pengobatan TBC, status DM, sumber pembiayaan pengobatan, dan jarak ke faskes terhadap kegagalan pengobatan Tuberkulosis Paru Sensitif Obat di Kota Depok tahun 2022. Desain studi yang digunakan yaitu cross-sectional dengan menganalisis data sekunder dari data register TB.03 SO Kota Depok yang diperoleh dari aplikasi SITB Dinas Kesehatan Kota Depok tahun 2022 dengan jumlah sampel sebesar 1.137 sampel. Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan uji chi-square menggunakan aplikasi SPSS ver. 20. Hasil analisis menujukkan bahwa faktor usia (PR=1,88; 95%CI 1,44-2,46), status DM (PR=1,71; 95%CI 1,27-2,30), sumber pembiayaan pengobatan (PR=1,94, 95%CI 1,33-2,84) dan jarak ke faskes (PR=1,41; 95%CI=1,08-1,85) menjadi faktor yang berhubungan dengan kegagalan pengobatan Tuberkulosis Paru Sensitif Obat di Kota Depok Tahun 2022. Oleh sebab itu, perlu dilakukan upaya intervensi baik kepada pemerintah, petugas kesehatan dan masyarakat di Kota Depok khususnya berkaitan dengan faktor-faktor tersebut sehingga diharapkan mampu meningkatkan angka keberhasilan pengobatan Tuberkulosis Paru Sensitif Obat. ......Tuberculosis is an infectious disease that is the main cause of death in the world after HIV/AIDS. Tuberculosis in Indonesia is still a major problem because the prevalence of tuberculosis cases in Indonesia is the second highest in the world. Until 2020, the number of tuberculosis cases in Indonesia reached 5.8 million, with 1.3 million deaths. Depok City is one of the cities in West Java where the success rate of tuberculosis treatment has fallen short of expectations. From 2017 to 2021, the success rate for TB treatment is still below the target of 90%. The purpose of this study was to determine the relationship between age, gender, occupation, history of TB treatment, DM status, sources of treatment financing, and distance to health facilities in the unsuccessful treatment of drug-sensitive pulmonary tuberculosis in Depok City in 2022. The study design used was cross-sectional, with analyzed secondary data from the Depok City TB.03 SO register data obtained from the Depok City Health Office SITB application in 2022, for a total sample of 1,137 samples. Data were analyzed univariately and bivariately with the chi-square test using SPSS ver. 20. The results of the analysis show that age (PR=1.88; 95%CI 1.44-2.46), DM status (PR=1.71; 95%CI 1.27-2.30), source of financing treatment (PR=1.94, 95%CI 1.33-2.84) and distance to health facilities (PR=1.41; 95%CI=1.08-1.85) were factors associated with unsuccessful TB treatment for drug-sensitive pulmonary tuberculosis in Depok City in 2022. Therefore, it is necessary to make intervention efforts both for the government, health workers, and the community in Depok City, especially with regard to these factors, so that it is expected to be able to increase the success rate of treatment for drug-sensitive pulmonary tuberculosis.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>