Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Silvi Enggar Budiarti
Abstrak :
Pengetahuan kesehatan reproduksi sangat penting bagi remaja. Saat ini internetmerupakan media yang paling dekat dan digemari oleh remaja. Melalui internetremaja dapat mengakses informasi dengan cepat dan mudah. Tetapi informasikesehatan yang tidak difiltrasi dapat membahayakan dan mempengaruhi perilakukesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaaninternet untuk informasi kesehatan, persepsi penggunaan internet untuk informasikesehatan, dan pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja. Penelitian inidilakukan dengan metode deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectionalmelalui pengisian sendiri dari kuesioner yang diberikan pada 131 siswa SMA ProAn Nizhomiyah Depok. Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata frekuensi dandurasi mengakses internet untuk informasi kesehatan reproduksi dalam semingguyaitu 1,54 kali dan 43,71 menit; 63,4 siswa mempersepsikan internet berguna,40,6 mudah diakses, dan 53,5 merasa internet memberikan privasi ketikamencari informasi kesehatan reproduksi; pengetahuan pada siswa yang memakaiinternet tergolong baik dan yang tidak memakai tergolong rendah; dan terdapatperbedaan signifikan p=0,007 antara pengetahuan siswa yang menggunakaninternet dengan yang tidak menggunakan, sehingga potensi internet dalampendidikan dan promosi kesehatan reproduksi dapat dipertimbangkan dandimanfaatkan oleh sekolah.
Knowledge of reproductive health is very important for teenagers. Currently theinternet is the media closest and popular by teenagers. Through the internet teenscan access information quickly and easily. Unfiltered health information can beharmful and effect health behavior. This study aimed to describe of internet usefor health information, perceptions of internet use for reproductive healthinformation, and knowledge of reproductive helath in adolescents. This researchwas conducted by descriptive quantitative method with cross sectional approachthrough self filling from questionnaire given at 131 students of Pro AnNizhomiyah Depok. The results of this study are the average frequency andduration of internet access for reproductive health information in a week that is1,54 times and 43,71 minutes 63.4 of students perceive internet is useful,40.6 easily accessible, and 53.5 feel the internet provides privacy whenseeking information on reproductive health and there are significant differences p 0.007 between the knowledge of students who use internet and those wo donot use, so that the potential of internet in education and promotion ofreproductive health can be considered and utilized by school.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S68791
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Badan Pusat Statistik, 2008
R 614.42 SUR
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Latifa
Abstrak :
This is time for adolescence reproductive health to receive serious attention from various parties, such as the government, educators, religious leaders and the youth themselves. Studies from some parts of Indonesia indicated that the incidence of teenage pregnancies is increasing. The global information on sexual matters has been claimed for influencing the youth to perform a risky behavior which in turn affecting their reproductive health. Basically, this paper discusses the phenomenon of adolescence reproductive health based on the research that was conducted by PPK-LIPI in collaboration with IPPA in Surabaya. Some important issues that can be highlighted are closely related to youth sexual behavior. A number of youth has already been exposed to pornography materials and some of them have engaged in sex before marriage. Although the percentage is quite small, however, it indicated that pre-marital sexual relationship occured among youth. This phenomenon likes the tip of the iceberg : what is reflected might be smaller than the factual. Ironically, the majority of people still hold a sigma that reproductive health issues are associated with sexual matters. Consequently, spreading-out information on reproductive health issues to youth is not allowed because it might stimulate them to practice pre-marital sexual intercourse. Therefore, such adolescence-friendly approaches are needed to socialize and empower the youth to perform healthy reproductive life. Advocacy models such as peer educator and youth center actually can bring a lot of advantages and positive impacts to youth as well as their parents.
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2002
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Merry Maeta Sari
Abstrak :
ABSTRAK
Nama : Merry Maeta SariProgram Studi : Ilmu Kesehatan MasyarakatJudul Tesis : Efektivitas Intervensi Psikoedukasi Kesehatan ReproduksiRemaja Tunagrahita Terhadap Pengetahuan Dan PraktikOrangtua Siswa Tunagrahita Di SLB C Tri Asih Jakartaxvi 83 halaman, 9 tabel, 3 gambar, 7 lampiranPendahuluan : Beberapa data statistik menunjukkan bahwa 80 wanita dan 50 pria tunagrahita mengalami pelecehan seksual sebelum usia 18 tahun. Orang tuayang merupakan pendidik seks utama, seringkali takut berbicara tentang kesehatanreproduksi karena kurang pengetahuan.Tujuan : Untuk mengetahui efektivitas intervensi psikoedukasi kesehatan reproduksiremaja tunagrahita terhadap pengetahuan dan praktik orangtua siswa tunagrahita diSLB C Tri Asih Jakarta.Metode : Kuasi eksperimen dengan pre-post test without control yang ditujukankepada 36 orangtua siswa tunagrahita di SLB C Tri Asih Jakarta.Hasil : Rata-rata pengetahuan orangtua siswa tunagrahita sebelum diberikanintervensi adalah 10,28, setelah diberikan intervensi, pada post test 1 menjadi 11,61dan pada post test 2 menjadi 11,94. Rata-rata praktik orangtua siswa tunagrahitasebelum intervensi adalah 1,08 dan setelah intervensi menjadi 1,11.Kesimpulan : Terjadi peningkatan pengetahuan dan praktik orangtua siswatunagrahita di SLB Tri Asih Jakarta setelah diberikan intervensi psikoedukasikesehatan reproduksi remaja tunagrahita, namun, peningkatan ini belum bisadikatakan efektif.Kata kunci : psikoedukasi, kesehatan reproduksi, remaja tunagrahita
ABSTRACT
ABSTRACTName Merry Maeta SariStudy Program Public HealthTitle Effectiveness of psychoeducational Interventions Healthof Reproductive Intellectual Disability Teenager forKnowledge and Practice Intellectual Disability Student rsquo sParents In SLB C Tri Asih Jakartaxvi 83 pages, 9 tables, 3 pictures, 7 attachmentsBackground Some of statistical data shows that 80 of women and 50 of menwith intellectual disability have sexually abused before 18 years old. Parents, who isthe primary sex educators, often afraid to talk about health of reproductive becausethe lack of knowledge.Objective Knowing the effectiveness of psychoeducational interventions health ofreproductive intellectual disability teenager for knowledge and practice intellectualdisability students parents.Methods Type of research are quasi experimental and pre post test without controlfor 36 parents in SLB C Tri Asih Jakarta.Results The average of knowledge from student rsquo s parents of intellectual disabilitybefore the intervention is10.28, after the intervention, in the first post test become11.61 and the second post test is 11.94. The average of intellectual disabilitystudent rsquo s parents practice before the intervention is 1.08, and after the interventionbecome 1.11.Conclusion There is an increasing knowledge and practice of intellectual disabilitystudent rsquo s parents in the SLB C Tri Asih Jakarta after being given apsychoeducational interventions health of reproductive intellectual disabilityteenager, however the increases can not be said to be effective yet.Keywords psycho education, reproductive health, intellectual disability
2017
T46977
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhefi Ratnawati
Abstrak :
ABSTRAK
Nama : Dhefi RatnawatiProgram Studi : Ilmu Kesehatan MasyarakatJudul : Kebijakan Pendidikan Kesehatan Reproduksi Pada RemajaTunagrahita di IndonesiaPembimbing : Dr. dra. Evi Martha, M.KesRemaja disabilitas merupakan salah satu sumber daya manusia Indonesia yang harusditingkatkan kualitasnya agar dapat berperan sebagai subyek dalam pembangunankesehatan.Hasil Susenas tahun 2012 menunjukan bahwa terdapat 2,45 pendudukIndonesia menyandang disabilitas dan menurut Program Perlindungan dan LayananSosial PPLS tahun 2012 jumlah penyandang disabilitas secara nasional adalahsebanyak 3.838.985 jiwa. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desainstudi kasus yang dilakukan selama bulan Juni ndash; Juli 2018. Informan total berjumlah 27orang berasal dari berbahai pemangku kepentingan terkait pendidikan kesehatanreproduksi remaja tunagrahita. Hasil dari penelitian ini adalah belum semua pemangkukepentingan terkait menyusun kebijakan mengenai Pendidikan kesehatan reproduksiremaja tunagrahita. Hanya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telahmenyusun kebijakan yang spesifik berupa pedoman kesehatan reproduksi untuk remajatunagrahita. Pelaksanaan kebijakan tersebut belum optimal karena belum dilakukan diseluruh wilayah di Indonesia dan diharapkan dapat masuk dalam kurikulum pendidikankhusus.Kata Kunci: Pendidikan, Kesehatan Reproduksi, Remaja, Tunagrahita
ABSTRACT
Name Dhefi RatnawatiStudy Program Public Health ScienceTitle The Policy of Reproductive Health Education for theAdolescence with Intellectual Disability in IndonesiaCounsellor Dr. dra. Evi Martha, M.KesAdolescence with disabilities are one of Indonesia 39 s human resources whose qualitymust be improved to make them play the role as the subjects in health development. Theresult of the National Socio Economic Survey in 2012 shows that there are 2.45 ofIndonesian people are disabilities. According to the Social Protection Program PPLS in 2012, the number of people with disabilities is 3,838,985. This research was aqualitative research with case study design carried out in June July 2018. The totalinformants were 27 people coming from different stakeholders related to thereproductive health education for adolescence with intellectual disability. The results ofthis study show that not all of the relevant stakeholders formulate the policies regardingthe reproductive health education for young people with mental retardation. It is onlythe Ministry of Education and Culture that has formulated a specific policy in the formof reproductive health guidelines for adolescence with intellectual disability. Theimplementation of these policies is not optimal and is expected to be included in thespecial education curriculum.Keywords Education, Intellectual Disability, Reproductive Health, Adolescence
2018
T49938
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ima Fatmawati
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini membandingkan tingkat pengetahuan dan sikap remaja di sekolah DAKU! (76 responden) dengan sekolah non DAKU! (76 responden), dengan menggunakan desain potong lintang. Pengambilan data dengan mengisi kuesioner. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada perbedaan pengetahuan dan sikap remaja dari sekolah DAKU! dengan sekolah non DAKU!.
Abstract
This study compared the level of knowledge and attitudes of young people in school me! (76 respondents) with a non school me! (76 respondents), using crosssectional design. Retrieval of data by filling in a questionnaire. The results of bivariate analysis showed no differences in knowledge and attitudes of adolescent school DAKU! with non school DAKU!
2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Solha
Abstrak :
Masa remaja adalah periode yang paling rawan sepanjang daur kehidupan , yaitu masa transisi dari masa anak anak menuju masa dewasa. Pada masa ini sering tenjadi masalah seksual yang berhubungan dengan proses pertumbuhan dan perkembangan mereka, dimana honnon hormon seks yang mulai aktif berfungsi. Keadaan ini merupakan hal yang normal. Seiiring dengan meningkatnya aktititas seksual mereka, dimana akhirnya mereka ekspresikan dalam berbagai bentuk perilaku seksual. Perilaku seksual adalah perilaku yang muncul akibat dorongan seksual, dan menjadi perhatian besar dikalangan remaja yang apabila tidak mendapat penyaluran yang tepat akan mengakibatkau masalah dalam kesehatan reproduksi seperti hamil diluar nikah, KTD, aborsi, penyakit menular seksual dan lain lain. Tujuan penelitian ini adalah diperolehnya informasi faktor - faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja SMU kelas 2. Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat dan keluarga, untuk membina kesehatan reproduksi khususnya perilaku seksual pada remaja_ Penelitian ini adalah Studi kuantitatif dengan rancangan cross-sectional serta melihat hubungan antar variabel jenis kelamin, umur, pengetahuan, sikap, tempat tinggal, pcrnanfaatan layanan konsultasi, hubungan dengan orang 1118. dan sumber sumber informasi terhadap perilaku seksual pada remaja SMU kelas 2.Penelitian dilakukan pads bulan April 2007 dan lokasi penelitian adalah SMU 7, SMU Pusri, SMU Sultan Mahmud. B H, SMU Bina Cipta, SMU PGRI yang seluruhnya berada dalam wilayah Kecamatan kalidoni Palembang dengan jumlah sampcl sebanyak 240 responden. Hasil penelitian mcnunjukkan proporsi murid yang berisiko terhadap perilaku seksual scbesar 20,4% dcngan umur dialas 15 tahun sebesar (20,9%) dan jenis kelamin laki-laki sebanyak 38,8% atau 31 mmid. Sebanyalc 14 orang (45%) dari siswa laki-laki tersebut telah melakukan hubungan seksual, 3 orang diantaranya teljadi kehamilan yang tidak diinginkan pada remaga perempuan yang menjadi pasangannya yang akhirnya melakukan penggugumn kandungan. Delapan variabel yang diuji, terdapat hubungan yang bennakna dengan perilaku seksual adalah variabel jenis kelamin, pemanfaatan layanan konsultasi dan variabel sumber informasi. Namun analisis multivariat menunjukkan bahwa jenis kelamin merupakan faktor yang paling berpengamh terhadap perilaku selmual.
Youngster is a critical time during the life where transition between childish to adult was begun. On this time the sexual problem is often happened in conjuction with the growing process and their development, where sexual hormon is actively ftmgtional. This condition is a normal event. In relation to increasing its sexual activities, the behaviour is expressed in various sexual actions. Sexual behaviour is action that may arise as a result of sex willingness and will become big attention among the youngster if it doesn?t have correct guideline and will cause to reproductive health problem like unwanted pregnancy, abortion, infected sexual disease etc. The goal of this research is to verify some factors that related to sexual behaviour of 2 ed grade of High School students. The function of this research is expected to give some informations to the community and families to guide reproduction health especially about sexual behaviour for youngster. The research is a quantitative study with cross - sectional reference in conjuction among sex variable, age, knowledge, attitude, living house, parents relationship, usage of consultation services and information resources against yoimgster sex behaviour The research is perfonned on April 2007 and the location is SMU 7, SMU Pusri, SMU Sultan Mahmud B H, SMU Bina Cipta, SMU PGRI in Kalidoni district, Palembang with the total sample of 240 respondences. The research show that proportional student has risky sex behaviour amount 20,4% with the age above 15 years is 20,9% and for male is 38,8% or 31 students. There arc 14 male students (45%) who had already had sexual intercouse, three of the male couple happened to have unwanted pregnancy, which led them to do an abortion. Eight variable tested there are significant relation on sexual behaviour is sexual variable, the application of consultation services and the variable of information source. Eventhough, the multivariation analysis shows that sexual variable is the most dominant factor of sexual behaviour.
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T34495
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suhartini
Abstrak :
Diperkirakan seperlima dari penduduk dunia adalah remaja, yang menurut WHO (World Health Organization) di definisikan sebagai mereka yang berusia 10 hingga 19 tahun. Di negara wilayah Asia Tenggara proporsi penduduk remaja mencapai 18-25 %. Di Indonesia pengertian remaja dimodifikasi oleh Departemen Kesehatan, dimana remaja adalah mereka yang berusia 10 hingga 19 tahun dan belum menikah. Data tentang pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja di propinsi Banten dapat diungkapkan dari hasil penelitian Farihah (2002) pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja di tiga SMUN di kota Serang ditemukan bahwa 3.3% berpengetahuan kurang baik, 21.3% berpengetahuan sedang dan 75 % berpengetahuan baik. Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja di kabupaten Lebak provinsi Banten belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tempat sekolah dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja pada pelajar SMA kelas dua berjumlah 460 pelajar SMA di kabupaten Lebak yang dididik di 21 SMA negeri dan 13 SMA swasta di pondok pesantren . Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain studi crossectional. Data yag diambil adalah data primer dengan menggunakan kuesioner dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2008. Hasil penelitian mendapatkan proporsi remaja SMA di kabupaten Lebak yang berpengetahuan kurang baik dalam hal kesehatan reproduksi remaja (65.7%). Responden yang memiliki pengetahuan yang kurang baik tersebut proporsinya lebih tinggi pada mereka yang bersekolah di SMA pondok pesantren (84.4%) dibandingkan yang bersekolah di SMA negeri (57.8%). Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara tempat sekolah dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja OR 4.510 (CI 2.660 - 7.647) artinya pelajar SMA negeri memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang kesehatan reproduksi remaja 4.5 kali dibanding pelajar SMA di pondok pesantren. Untuk itu disarankan agar Sekolah Menengah Atas di kabupaten Lebak dapat membekali pelajar dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja agar mereka memiliki pengetahuan yang benar tentang sistem, fungsi dan proses reproduksi manusia. Materi inti kesehatan reproduksi remaja dapat diberikan dan dikembangkan oleh guru mata ajaran dalam menyampaikan materi ini di sekolah. Sebagai fasilitator di sekolah disarankan guru pendidikan jasmani , biologi, agama, bimbingan konseling atau guru lain yang ditunjuk oleh kepala sekolah yang memenuhi kriteria. Dalam rangka advokasi kepada pengambil kebijakan, instansi terkait (Dinas kesehatan, Dinas pendidikan, Departemen agama, dan lainnya) perlu mekankan bahwa jalur sekolah umum maupun keagamaan hendaknya mendapat perhatian yang sama dari pemerintah daerah, khususnya dalam hal pengembangan kesehatan reproduksi remaja di wilayahnya. ...... It is estimated that one-fifth of world population is teenager which according to WHO (World Health Organization) is defined as those in range from 10 to 19 years of age. In South East Asia, teenager proportion reaches to 18-25 %. In Indonesian the meaning of teenager is modified by Health Department, where teenagers are those who reaches 10 to 19 years of age and unmarried. The data about teenagers health reproduction in Banten can be expressed from the Farihah research (2002). She indicates that the knowledge of teenager on health reproduction in three senior high school in Serang, 3,3% are unfavorable knowledge, 21,3% are knowledgeable, and 75% are well knowledge. The adolescent knowledge about teenager reproduction health in Lebak-Banten province has not been known yet. The study aims at the correlation between place of school and the awareness of teenager reproduction health among high school students at second grade with 460 high school students educated in 21 state high schools and 13 private high schools at Moslem boarding schools. The study is quantitative research using cross sectional study design carried out from April to May 2008. The result proportion of high school students in Lebak having a low awareness on teenager reproduction health is 65.7%. The respondents above having low awareness has higher proportion for students studying at boarding high schools (84.4%) compared to students studying at state high schools (57.8%). The statistic test result shows an imminent correlation between place of school and the awareness of teenager reproduction health OR 4.510 (CI 2.660 7.647). It means that state high school students in Lebak has 4.5 value better awareness on the issue of teenager reproduction health compared to boarding high school students. Therefore, it is suggested to senior high school in Lebak can apply student with knowledge about teenager health reproduction in order that they have the right knowledge about the system, the function and the process of human reproduction. The main item of teenager health reproduction may be given and developed by the teacher in the school. As facilitator in school, it is recommended to the teacher physical education, biology, religion, tuition concealing, or other recommended teacher by the headmaster who fulfilling the criterion. In the effort of advocating, it is necessary that official institutions (Health Department, Education Department and Religion Department, and others) to stress the importance of having equal attention for schools and religions aspects, particularly in the enhancement for the awareness of teenager reproduction health in its region.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T41298
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hadi Pratomo
Depok: Rajawali Pers, 2022
372.372 HAD k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Cempaka Rini
Abstrak :
ABSTRAK
Kesehatan reproduksi merupakan hak bagi setiap manusia namun belum ada kebijakan publik program kesehatan reproduksi bagi remaja disabilitas intelektual. Penelitian ini bertujuan melakukan pengumpulan informasi untuk advokasi kebijakan publik program kesehatan reproduksi bagi remaja disabilitas intelektual. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain Rapid Assesment Prosedure. Informan dalam penelitian ini berjumlah 12 orang, dipilih secara purposive dan snowball, yaitu berbagai pemangku kepentingan yang terkait dengan isu kesehatan reproduksi dan disabilitas. Metode pengumpulan data melalui indepth interview pada tahap analisis. Tahapan penelitian ini yaitu analisis; strategi pro aktif dengan membuat factsheet, press release serta penyelenggaraan lokakarya; mobilisasi sebagai langkah awal dari membangun koalisi; dan aksi advokasi melalui lokakarya. Hasil analisis didapatkan belum adanya kebijakan publik program kesehatan reproduksi bagi remaja disabilitas intelektual karena bukan program prioritas dan hasil lokakarya diperoleh usulan rekomendasi yang selanjutnya dibuat dalam bentuk policy brief berupa melakukan kajian perundang-undangan dan modul yang sudah ada terkait kesehatan reproduksi dan disabilitas dengan melibatkan semua pihak untuk berkoordinasi, modul psikoedukasi kesehatan reproduksi bagi remaja tunagrahita yang sudah ada perlu masuk ke dalam sistem pemerintah serta penyediaan alat peraga kesehatan reproduksi di SLB C.
ABSTRACT
Reproductive health is a right for every human being yet there is no public policy for concentrating reproductive health for adolescents intellectual disability. This study aims at collecting information for advocacy on the issue. This study used a qualitative research with Rapid Assessment Procedure design. The informants in this study amounted to 12 people were selected purposively and employed snowball, procedure a number of informant were selected consist of different stakeholder. Data were collected through in-depth interview on the analysis stage. Stages of this research is the analysis; pro-active strategy to create factsheets, press releases and organizing workshops; mobilization as the first step of building coalitions; and advocacy action through workshops. The results of the analysis indicated no public policies for reproductive health programs for adolescents intellectual disability because is not a priority program and the results of the workshop obtained by the proposed recommendations were subsequently made in the form of policy briefs be reviewing legislation and existing modules related to reproductive health and disabilities by involving all parties to coordinate, psychoeducation module reproductive health for adolescents intellectual disability existing need to get into the government system and the provision of reproductive health props in SLB C.
2016
T53723
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>