Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Widya Risnawaty
"Fenomena Wedding Package yang kian marak beberapa tahun terakhir ini merupakan salah satu indikator bahwa pernikahan masih menjadi pilihan mayoritas masyarakat Indonesia. Namun, sayangnya meningkatnya kuantitas pernikahan tidak disertai peningkatan kualitas pernikahan itu sendiri. Berdasarkan survei tahun 1995, fakta menunjukkan bahwa 1 dari 11 pernikahan di Indonesia berakhir dengan perceraian. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu tindakan preventif, dan persiapan pernikahan merupakan salah satu bentuk pencegahan perceraian yang disarankan.
Dalam rangka menyikapi fenomena tersebut, penelitian ini dilakukan untuk merancang suatu inventori yang dapat mengukur kesiapan pasangan yang akan menikah. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk melakukan uji coba awal di lapangan guna melihat keterbatasan-keterbatasan inventori tersebut. Inventori ini berperan sebagai alat untuk menyeleksi dan mengidentifikasi pada domain mana pasangan yang bersangkutan mengalami masalah atau pada domain mana pasangan tersebut belum melakukan persiapan pernikahan.
Penelitian ini melibatkan 5 pasangan (10 subjek penelitian), yang terdiri atas 5 perempuan dan 5 laki-laki. Mereka berusia 25 tahun ke atas dan akan menikah dalam jangka waktu maksimal 6 bulan ke depan. Pernikahan tersebut merupakan yang pertama bagi mereka.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Pada awalnya, ditetapkan dahulu domain-domain yang akan diukur, kemudian menuliskan item-itemnya serta skala respons yang sesuai. Selanjutnya, inventori ini diserahkan pada dosen pembimbing selaku expert judgment yang berperan menganalisis inventori tersebut untuk mendapatkan masukan. Setelah mengalami revisi, inventori ini diujicobakan pada subjek penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa inventori ini cukup berfungsi untuk melakukan identifikasi masalah, yaitu mendeteksi pada domain mana pasangan yang bersangkutan masih bermasalah atau kurang melakukan persiapan berkaitan dengan hal-hal yang diukur dalam domain tersebut.
Berdasarkan pelaksanaan dan hasil penelitian, disarankan untuk mengurangi jumlah item, menambah keluasan cakupan teori, dan melanjutkan penelitian sampai tersusun norma kelompok."
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
C. Hirania Wiryasti
"Inventori Kesiapan merupakan disusun oleh Risnawaty (2003) sebagai alat diagnostik yang bertujuan untuk mengukur kesiapan menikah pada individu yang berada dalam tahap pranikah. lnventori tersebut merupakan inventori kesiapan menikah yang pertama kali disusun di Indonesia. Sebagai alat diagnostik yang baru inventori tersebut memiliki beberapa kekurangan. Untuk itu peneliti melakukan modifikasi terhadap Inventori Kesiapan Menikah.
Modifikasi pertama adalah menambahkan teori yang lebih komprehensif dari langkah tersebut. Peneliti menambahkan tiga aspek kesiapan menikah yaitu "Minat dan pemanfaatan waktu Iuang". "Perubahan pada pasangan dan pola hidup" dan “Latar belakang suku bangsa". Dua aspek pertama dijadikan sebagai domain baru dengan nama yang sama. Aspek yang ketiga dijadikan sebagai bagian dari domain “Latar belakang pasangan dan relasi dengan keluarga besar". Modifikasi berikutnya adalah menambahkan 16 item yang mengukur ketiga aspek
yang baru serta mengeliminasi 12 item asli dan memodifikasi 11 item asli pada Inventori Kesiapan Menikah. Modifikasi terakhir adalah mengubah pilihan jawaban. instruksi pengerjaan pernyataan dan data kontrol. Alat hasil modifikasi peneliti disebut dengan Modifikasi lnventori Kesiapan Menikah.
Peneliti kemudian melakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap Modifikasi Inventori Kesiapan Menikah. Caranya adalah dengan melakukan pengambilan data terhadap 52 individu yang akan melangsungkan pernikahannya yang pertama kali dalam jangka waktu maksimal 6 bulan mendatang. Validitas yang diuji adalah construct validity. Metode yang digunakan adalah internal consistency yaitu mengkorelasikan skor total tiap domain kesiapan menikah dengan skor total kesiapan menikah. Rumus yang digunakan adalah product-moment Pearson.
Reliabilitas yang diuji adalah infernal consistency reliability. Metode yang digunakan adalah koefisien alpha Cronbach. Pengolahan data dilakukan dengan program komputer SPSS 11.O.
Hasil yang diperoleh adalah Modifikasi lnvemori Kesiapan Menikah merupakan alat diagnoslik yang bertujuan untuk mengukur ringkat kesiapan menikah individu. Waktu yang diperlukan untuk mengerjakannya kurang lebih 30 menit. Inventori ini lerdiri dari 8 domain, yaitu "Komunikasi", “Keuangan", “Anak dan Pengasuhan", “Pembagian Peran Suami-Istri", "Latar Belakang Pasangan dan Relasi dengan Keluarga Besar", "Agama", "Minat dan Pemanfaatan Waktu
Luang", “Perubahan pada Pasangan dan Pola Hidup".
Hasil uji validitas menunjukkan bahwa domain “Komunikasi", “Keuangan", “Latar belakang pasangan dan relasi dengan keluarga besar", serta "Minat dan pemanfaatan waktu luang" memiliki validitas yang cukup baik. Domain "Anak dan pengasuhan", “Pembagian peran suami istri", serta "Agama" memiliki validitas yang sedang. Sedangkan domain “Perubahan pada pasangan dan pola hidup" tidak valid. Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa domain
"Komunikasi", “Anak dan pengasuhan", serta “Minat dan pemanfaatan waktu luang" memiliki reliabilitas yang cukup baik. Namun domain "Keuangan", “Latar belakang pasangan dan relasi dengan keluarga besar", "Agama", serta “Perubahan pada pasangan dan pola hidup" memiliki reliabilitas yang kurang balk. Hasil terakhir adalah ada 19 item yang perlu direvisi atau dieliminasi unruk meningkatkan reliabilitas Modifikasi Inventori Kesiapan Menikah. Secara
keseluruhan domain yang dapat langsung digunakan dalam mengukur kesiapan menikah pada individu adalah "Komunikasi", “Anak dan pengasuhan", serta “Minat dan pemanfaatan waktu Iuang". Domain lainnya masih perlu direvisi dan ditelaah lebih lanjut.
Sebagai saran praktis. Modifikasi lnventori Kesiapan Menikah dapat digunakan oleh individu dan konselor pernikahan unnuk mengetahui tingkat kesiapan menikah dan aspek-aspek kesiapan menikah yang masih perlu dikembangkan. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan agar melakukan perbaikan alat dan menggunakan metodologi penelitian yang lebih rinci."
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T37848
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azaria Zakiah
"Penelitian ini menguji hubungan antara komponen komitmen dari teori segitiga cinta Sternberg dengan kesiapan menikah pada dewasa muda. Pengambilan data dilakukan melalui pemberian kuesioner triangular of love dan kesiapan menikah, baik secara langsung maupun melalui sistem online. Kuesioner diberikan kepada dewasa muda, pria dan wanita berusia 20-40 tahun, yang saat ini sedang menjalin hubungan dan telah merencanakan pernikahan dengan pasangannya, dengan batas waktu maksimal menikah tahun 2013. Dengan menggunakan data dari 120 partisipan, diperoleh hubungan yang positif sebesar 0.463, dengan los 0.01, antara komitmen dengan kesiapan menikah, sehingga semakin tinggi komitmen individu maka akan semakin siap ia untuk menikah. Hubungan juga ditemukan antara komitmen dengan jenis kelamin, dimana partisipan pria ditemukan memiliki tingkat komitmen yang lebih tinggi daripada partisipan wanita. Selain itu, ditemukan pula hubungan antara kesiapan menikah dengan tahun rencana menikah, dimana partisipan yang berencana menikah di tahun 2012 ditemukan memiliki tingkat kesiapan menikah yang lebih tinggi daripada partisipan yang berencana menikah di tahun 2013.

This study examined the relationship between commitment component of Sternberg’s triangular theory of love and readiness for marriage in young adulthood. Data is collected by giving questionnaire of triangular of love and readiness for marriage, either directly to the participants or through online system. Questionnaires given to young adults, men and women aged 20-40 years, who is currently in a relationship and have been planning a wedding with his partner, with a maximum time limit marry in 2013. Using data from 120 participants, researcher found a positive correlation of 0.463, with los 0.01, between commitment and readiness for marriage, so the higher individual’s commitment, the more ready he/she is to marry. The correlation was also found between commitment and gender, where male participants were found to have higher levels of commitment than female participants. In addition, researcher also found a correlation between readiness for marriage and the planned year to get married, in which participants planning to marry in 2012 were found to have higher levels of readiness for marriage than participants who plan to marry in 2013.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vira Primanugrah Shakanti
"Individu yang hendak menikah harus siap untuk menjalani kehidupan perkawinan, karena ketidaksiapan menikah dapat memicu terjadinya konflik dan perceraian. Di Indonesia banyak perceraian terjadi karena alasan ketidaksiapan menikah. Selain itu juga banyak terjadi penundaan menikah, salah satu alasannya adalah individu ingin memastikan diri sudah benar-benar siap sebelum memutuskan menikah. Perlu dilakukan kajian mengenai kesiapan menikah untuk mendalami fenomena-fenomena tersebut. Perkawinan merupakan suatu anjuran dalam agama Islam, sehingga ada baiknya dilakukan kajian mengenai hubungan dan pengaruh religiusitas terhadap kesiapan menikah. Melihat adanya perbedaan peran dan pengalaman antara laki-laki dan perempuan di masyarakat, maka kesiapan menikah ditinjau dari jenis kelamin juga perlu diteliti.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Penelitian dilakukan terhadap emerging adults (18-25 tahun) beragama Islam yang belum menikah. Responden yang diteliti berasal dari wilayah Jabodetabek. Pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner online. Alat ukur kesiapan menikah yang digunakan adalah adaptasi California Marriage Readiness Evaluation (CMRE). Alat ukur religiusitas yang digunakan adalah adaptasi The Revised Muslim Religiosity Personality Inventory (R-MRPI). Data yang diperoleh dari kuesioner diolah dengan metode statistik menggunakan SPSS. Analisis data dilakukan dengan independent sample t-test, uji korelasi, uji koefisien determinasi, dan uji regresi linear sederhana.
Hasil penelitan menunjukkan adanya perbedaan kesiapan menikah yang tidak signifikan antara emerging adults laki-laki dan perempuan, baik secara umum maupun di masing-masing kategori kesiapan menikah. Terdapat hubungan positif antara religiusitas dan kesiapan menikah. Artinya, semakin tinggi religiusitas seseorang, maka semakin tinggi pula kesiapan menikahnya. Masing-masing dimensi religiusitas juga memiliki hubungan dengan masing-masing kategori kesiapan menikah. Kontribusi religiusitas terhadap kesiapan menikah emerging adults adalah sebesar 19,3%.

Individuals who want to marry must be ready to live a married life, because being unprepared for marriage could lead to conflicts and divorces. In Indonesia, a lot of divorce cases are caused by being unprepared for marriage. There are also people who delay marriages, with one of the reasons being one needs to be make sure that they are ready to marry, before deciding to tie the knot. To understand the phenomena better, a study about marriage readiness is to be done. As marriages are advised in Islam, the correlation between religiosity and marriage readiness as well as the contribution of religiosity towards marriage readiness must be studied. In addition to that, marriage readiness difference between the two sexes must also be studied considering the different roles and experiences between men and women.
The method of this study is quantitative method. The respondents are unmarried Muslim emerging adults (18-25 years of age) from around the Jabodetabek area. The data collection is done through an online questionnaire. The instrument for measuring the marriage readiness is an adaptation of The California Marriage Readiness Evaluation (CMRE) and for measuring religiosity is an adaptation of The Revised Muslim Religiosity Personality Inventory (R-MRPI). The data collected from the questionnaire were processed with statistical method using SPSS. The data analysis is conducted with an independent sample t-test, Pearson correlation test, coefficient of determination test, and simple linear regression test.
The result of the study showed that there is an insignificant difference between the marriage readiness of male and female emerging adults, both generally and in every marriage readiness category. A positive correlation between religiosity and marriage readiness is also found through the study. In other words, a higher religiosity resulted in a higher marriage readiness. Each religiosity dimension also correlates with each marriage readiness category. The result also showed that religiosity contributes to 19,3% of marriage readiness in emerging adults.
"
Lengkap +
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Mayasari
"Iudividu pada masa dewasa muda tergerak untuk menjalin hubungan pemikahan (Mappiare, 1983). Pernikahan memiliki flmgsi sebagai bentuk kontrol sosial dan scbagai sarana pemuasan kebutuhan individu, séperti kebutuhan psikologis, seksual, memiliki anak, dan materi (Papalia, Olds, Feldman, 2001). Pemikahnn yang tidal: dapat memenuhi flmgsi-iixngsinya akan menyebabkan pasangan mengnlami konilik sehingga terjadi pemeraian. Salah satu faktor yang penting untuk menciptakan pernikahan yang berkualitas adalah kesiapan menikah (marriage readiness). Kesiapan menikah adalah kemampuan individu untuk menyandang peran barunya, yaitu sebagai suami atau isteri.
Dalam menuju jenjang pemikahan, ada beberapa cara yang dapat ditcmpuh. Salah satunya adalah melalui proses ta?a|-:gf Ta'aruf berasal dari bahasa Arab yang berarti perkenalan. Konteks ra ?an9"dalam penelitian ini adalah komunikasi timbal balik untuk saiing mengenal yang berkaitan dengan masalah pemikahan (Hidayat, 2002). Tidal: ada care.-cara pelaksanaan yang baku dalam ra?ang?f Pasangan dapat saling berhemu untuk berkenalan dengan didampingi orang yang dipercaya kedua belah pihak Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan berkenalan melalui media telekomunikasi, seperti telepon dan internet Setelah pasangan merasakan ada keooookan, perkenalan ini mungkin dilanjutkan dengan saling bertemu muka, tcntunya dengan didampingi oleh orang lain.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode pengumpulan data berupa kuesioner, wawancara, dan observasi. Kuesioner yang digunakan adalah Modiiikasi Inventori Kesiapan Menikah (MIKIVI) ciptaan Wiryasti (2004) yang telah rnengalami revisi wks sehingga disebut MIKM-SIR MIKM-YR terdili dari 76 item pemyataan yang mengukur delapan domain.
Kamkieristik subjek yang dipilih adalah perempuan, berusia dewasa muda, sedang melakukan proses ra 'af-1412 dan akan menikah untuk pertama kalinya dalam jangka waktu 6 bulan ke depan. Penelitian dilakukan untuk melakukan uji validitas dan reliabilitas MIKM-TR, memperoleh gambaran mengenai kesiapan menikah pada perempuan yang melakukan proses ¢a?angf serta menggali lebih dalam mengenai kesiapan menikah mereka secara pribadi."
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
TA34115
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Mayasari
"Individu pada masa dewasa muda tergerak untuk menjalin hubungan pemikahan (Mappiare, 1983). Pernikahan memiliki flmgsi sebagai bentuk kontrol sosial dan scbagai sarana pemuasan kebutuhan individu, séperti kebutuhan psikologis, seksual, memiliki anak, dan materi (Papalia, Olds, Feldman, 2001). Pemikahnn yang tidal: dapat memenuhi flmgsi-iixngsinya akan menyebabkan pasangan mengnlami konilik sehingga terjadi pemeraian. Salah satu faktor yang penting untuk menciptakan pernikahan yang berkualitas adalah kesiapan menikah (marriage readiness). Kesiapan menikah adalah kemampuan individu untuk menyandang peran barunya, yaitu sebagai suami atau isteri.
Dalam menuju jenjang pemikahan, ada beberapa cara yang dapat ditcmpuh. Salah satunya adalah melalui proses ta?a|-:gf Ta'aruf berasal dari bahasa Arab yang berarti perkenalan. Konteks ra ?an9"dalam penelitian ini adalah komunikasi timbal balik untuk saiing mengenal yang berkaitan dengan masalah pemikahan (Hidayat, 2002). Tidal: ada care.-cara pelaksanaan yang baku dalam ra?ang?f Pasangan dapat saling berhemu untuk berkenalan dengan didampingi orang yang dipercaya kedua belah pihak Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan berkenalan melalui media telekomunikasi, seperti telepon dan internet Setelah pasangan merasakan ada keooookan, perkenalan ini mungkin dilanjutkan dengan saling bertemu muka, tcntunya dengan didampingi oleh orang lain.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode pengumpulan data berupa kuesioner, wawancara, dan observasi. Kuesioner yang digunakan adalah Modiiikasi Inventori Kesiapan Menikah (MIKIVI) ciptaan Wiryasti (2004) yang telah rnengalami revisi wks sehingga disebut MIKM-SIR MIKM-YR terdili dari 76 item pemyataan yang mengukur delapan domain.
Kamkieristik subjek yang dipilih adalah perempuan, berusia dewasa muda, sedang melakukan proses ra 'af-1412 dan akan menikah untuk pertama kalinya dalam jangka waktu 6 bulan ke depan. Penelitian dilakukan untuk melakukan uji validitas dan reliabilitas MIKM-TR, memperoleh gambaran mengenai kesiapan menikah pada perempuan yang melakukan proses ¢a?angf serta menggali lebih dalam mengenai kesiapan menikah mereka secara pribadi."
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
TA38481
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Iffah Karimah Salsabila
"ABSTRAK
Kesiapan menikah merupakan salah satu kunci kesejahteraan dan kesehatan calon pengantin. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran kesiapan menikah dan karakteristik calon pengantin perempuan di Jakarta Selatan. Desain penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif sederhana dengan studi cross-sectional, melibatkan 125 calon pengantin perempuan dari 10 Kecamatan di wilayah Jakarta Selatan yang dipilih dengan teknik consecutive sampling. Kesiapan menikah diukur menggunakan instrumen Criteria for Marriage Readiness yang telah diterjemahkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 56,8 calon pengantin perempuan di Jakarta Selatan mempunyai kesiapan menikah yang baik. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pendidikan, pelayanan, dan penelitian keperawatan untuk meningkatkan kesiapan menikah pada calon pengantin perempuan. Selain itu, perawat dan tenaga kesehatan lainnya sebaiknya memberikan pelayanan kesehatan baik kesehatan reproduksi maupun kesehatan psikologis kepada calon pengantin.

ABSTRACT
Married readiness is one of the keys to the well being and health of the bride. This study aims to identify the description of marriage readiness and characteristics of bride in South Jakarta. The design of this study is a simple quantitative descriptive with cross sectional study, involving 125 bridal candidates from 10 sub districts in South Jakarta selected by consecutive sampling technique. Marital readiness is measured using the translated Criteria for Marriage Readiness instrument. The results showed that 56,8 of bride in South Jakarta have good marriage readiness. This research is expected to be useful for education, service, and nursing research to improve the marriage readiness of the bride. In addition, nurses and health workers should provide health services both reproductive health and psychological health to prospective brides."
Lengkap +
2017
S68729
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library