Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2002
899.221 KES
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2003
899.221 KES
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Thomas Rieger
Abstrak :
Kwee Tek Hoay (untuk selanjutnya disingkatkan 'KTH') lahir pada tahun 1886 di Bogor dan meninggal pada tahun 1951 di Cicurug/Jawa Barat. Antara tahun 1919 dan 1937 ia menciptakan sebelas buah drama. disamping berbagai karya fiksi dan non-fiksi lainnya. Dengan demikian KTH merupakan pengarang drama yang paling produktif dalam sastra Me1ayu--Tionghoa. Karya drama perdananya, Allah jang palsoe (Kwee Tek Hoay, 1919) juga merupakan salahsatu drama modern paling awal yang diciptakan dalam bahasa Melayu, mendahului karya pengarang pelopor lainnya seperti Ang Jan Goan dan Lauw Giok Lan di bidang sastra Melayu-Tionghoa secara khususnya dan Roestam Effendi, Muhammad Yamin dan Sanusi Pane di bidang sastra Indonesia secara umumnya untuk beberapa tahun. Sesuai dengan judul penelitian ini, Kwee Tek Hoay sebagai Dramawan, pembahasan tidak akan terbatas pada karya drama KTH saja, melainkan akan juga mencakup novel dan karya non-fiksi_nya yang dapat menjelaskan sosok pengarang itu. Perluasan 'korpus' itu perlu, mengingat bahwa bukan hanya beberapa novel KTH mempunyai judul yang mengandung kata 'drama' mengambil dunia teater sebagai latar atau disisipi dengan ulasan KTH mengenai 'Drama Melayu', melainkan justru sebuah novelnya, Boenga Roos dari Tjikembang, menjadi 'drama' KTH yang paling sering dipentaskan dan bahkan difilmkan (Salmon, 1981: 211).
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S11082
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Sahara
Abstrak :
Berlatar belakang belum adanya kajian linguistik tentang kata sapaan dari karya sastra Indonesia-Tionghoa, maka disusunlah beberapa masalah. Pertama, variasi kata sapaan apa saja yang terdapat dalam novel Indonesia-Tionghoa dan apakah pemakaian kata sapaan tersebut dipengaruhi oleh faktor sosial. Kedua, apakah ada kata sapaan khusus yang mewakili pembauran antarbangsa, terutama melalui hubungan kekasih dan apakah pelapisan sosial pada masa kolonial berpengaruh dalam pemakaian kata sapaan tadi. Dengan menggunakan enam novel sebagai bahan kajian, maka penganalisisan korpus dilakukan berdasar hubungan antar patisipan dan latar masyarakat pada masa itu. Faktor bahasa yang digunakan oleh para tokoh yang bermain dalam novel juga tidak luput dari penganalisisan. Setelah penganalisisan dilakukan, diperoleh beberapa hasil yang patut dicatat. Pertama, kata sapaan yang digunakan bervariasi jenisnya, pemakainya, dan bahasa yang dipakai. Kedua, faktor-faktor seperti status, kedudukan, kekayaan, dan usia yang dimiliki oleh partisipan kedua menjadi hal yang patut diperhitungkan pada saat pemakaian kata sapaan. Ketiga, sistem pelapisan sosial pada masa kolonial berperan dalam pemilihan kata sapaan sehingga tidak ada sapaan khusus yang mewakili hubungan kekasih berlainan bangsa.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S10916
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library