Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sitorus, Rico Januar
"Penyalahgunaan narkotika merupakan masalah kesehatan yang sangat penting di seluruh dunia yang dapat mengakibatkan ketergantungan, kerugian ekonomi, kerugian kesehatan dan dampak sosial. Di Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, penyalahgunaan narkotika dari tahun ke tahun tetap tinggi. Angka yang pernah menggunakan narkotika di populasi diperkirakan sebesar 2,4 % dengan laki-laki jauh lebih besar daripada perempuan. Berdasarkan kelompok umur, prevalensi penyalahguna narkotika yang paling tinggi pada kelompok usia kelompok usia 20-29 tahun sebesar yaitu 4,41 % sedangkan yang paling rendah pada kelompok usia di atas 40 tahun sebesar 1,06 %. (BNN, 2012). Penelitian ini bertujuan mengetahui efek tahapan rehabilitasi melalui skor rata-rata self efficacy sebelum mengikuti komunitas terapeutik dibanding dengan sesudah mengikuti komunitas terapeutik pasien ketergantungan narkotika. Penelitian ini menggunakan desain before and after yang bersifat longitudinal, dimana pengukuran terhadap outcome dilakukan beberapa kali (berulang). Pada penelitian ini pengukuran terhadap self efficacy dilakukan sebanyak empat kali.
Hasil penelitian ini membuktikan ada perbedaan yang bermakna skor rata-rata self efficacy sebelum komunitas terapeutik dibanding dengan skor rata-rata self efficacy sesudah komunitas terapeutik, nilai p = 0,014 < (α ; 0,05). Pasien telah menjalani tahapan komunitas terapeutik selama dua bulan atau 60 hari. Pada tahapan komunitas terapeutik selama satu bulan pertama, terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna skor rata-rata self efficacy bila dibandingkan dengan skor rata-rata self efficacy sebelum komunitas terapeutik, p value 0,25 > (α ; 0,05), tetapi pada komunitas terapeutik bulan kedua terlihat ada perbedaan yang bermakna skor rata-rata self efficacy dibandingkan dengan sebelum komunitas terapeutik, nilai p = 0,005 < (α ; 0,05). Dari peningkatan skor rata-rata self efficacy, terbukti bahwa program ini bermanfaat bagi pasien dengan ketergantungan narkotika yang akan menjalani rehabilitasi dengan menjalani program minimal 60 hari atau dua bulan.

Drug abuse is a very important health problem worldwide which can lead to dependence, economic loss, loss of health and social impacts. In Indonesia as a developing country, drug abuse over the years remains high. Figures ever using drugs in a population is estimated at 2.4% with males much larger than females. By age group, the prevalence of drug abusers is highest in the age group of 20-29 years age group is 4.41% while the lowest in the age group above 40 years amounted to 1.06%. (BNN, 2012). This study aims to determine the effect of the rehabilitation phase through an average score of self-efficacy before following therapeutic communities compared with patients after participating in a therapeutic community drug dependence. The design of this study before and after that is longitudinal, where the measurement of the outcome done several times (repeated). In this study, measurement of self-efficacy was done four times.
The results of this research prove there were significant differences in mean score before the self efficacy of therapeutic communities compared with an average score of self-efficacy after therapeutic communities, p value 0.014 < (α; 0.05). Patients had undergone stages of therapeutic communities for two months or 60 days. At the stage of therapeutic communities during the first month, it appears that there are no significant differences of mean score of self-efficacy when compared to the average score of self-efficacy prior to therapeutic communities, p value 0.25 > (α; 0.05), but the therapeutic communities in both show no significant differences mean score of self-efficacy compared to prior therapeutic communities, p value 0.0005 <(α; 0.05). The increase in the average score of self-efficacy, proved that this program is very beneficial for patients with drug addiction which will undergo a program of rehabilitation with a minimum of 60 days or two months."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Mundir
"ABSTRAK
Penggunaan narkotika dan psikotropika dapat menimbulkan berbagai
dampak buruk secara psikologis baik intra maupun interpersonal,
penurunan kualitas kesehatan tubuh dan pelanggaran hukum. Meskipun
dapat menimbulkan berbagai dampak buruk akan tetapi sejak tahun 1998
terjadi peningkatan jumlah pengguna narkotika dan psikotropika yang
cukup besar di Indonesia Saat ini diperkirakan terdapat sekitar 500.000
sampai 1.350.000 penderita ketergantungan narkotika dan psikotropika di
Indonesia.
Salah satu variabel psikologis yang penting dalam penggunaan narkotika
dan psikotropika adalah motivasi. Berdasarkan hasil penelitian Sucahya,
Siagian dan Sari (2001) tentang motivasi awal penggunaan narkotika dan
psikotropika serta teori proses berlawanan yang dikemukakan Solomon dan
Corbitt (dalam Franken, 1982) terlihat adanya perubahan antara motivasi
awal penggunaan narkotika dan psikotropika dan motivasi yang membuat
seseorang mempertahankan perilaku penggunaan narkotika dan
psikotropika. Allport (1961) menamakan perubahan motivasi awal yang
mendorong dimulainya perilaku dan motivasi yang mempertahankan
perilaku sebagai otonomi fungsional (functional autonomy). Menurut
Allport perilaku ketergantungan narkotika dan psikotropika termasuk dalam
otonomi fungsional. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan deskripsi
proses otonomi fungsional pada penderita ketergantungan narkotika.
Penelitian ini dilakukan terhadap empat orang penderita ketergantungan
narkotika dan psikotropika. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah
pendekatan kualitatif. Jenis penelitian kualitatif yang digunakan adalah
studi kasus. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam karena penelitian ini ingin mengetahui proses pengalaman
subyektif individu yang tidak dapat diketahui dan dipahami tanpa
pengungkapan secara verbal dari individu tersebut. Untuk melengkapi data
hasil wawancara dilakukan observasi terhadap subyek dan proses
berlangsungnya wawancara.
Merujuk pada kata proses dalam tujuan penelitian ini maka deskripsi
motivasi penggunaan narkotika dan psikotropika dilakukan pada tahaptahap
penggunaan narkotika yang dikemukakan oleh Pagliaro dan Pagliaro
(1996) yang terdiri dari tahap penggunaan awal, penggunaan sosial,
penggunaan tetap, penyalahgunaan dan penggunaan kompulsif.
Pada tahap penggunaan awal para subyek menggunakan ganja atau pil BK
untuk sesuatu diluar efek langsung zat itu sendiri seperti penerimaan teman,
memuaskan rasa ingin tahu atau menarik perhatian orang tua akan tetapi
ketika para pengguna sudah merasakan intoksikasi maka motivasi mereka
untuk kembali menggunakan ganja, pil BK atau ineks pada tahap
penggunaan sosial, penggunaan tetap dan penyalahgunaan adalah keinginan
untuk merasakan kembali intoksikasi. Pada tahap penggunaan tetap mulai
muncul ketergantungan secara psikologis sehingga intensitas keinginan
untuk merasakan intoksikasi kembali meningkat. Para subyek tidak hanya
mengalami peningkatan dosis tapi juga perubahan zat yang digunakan.
Ketika para subyek rutin menggunakan shabu atau heroin maka mereka
pun mengalami gejala putus obat yang menyakitkan. Akhirnya, motivasi
penggunaan narkotika dan psikotropika pun berubah menjadi keinginan
untuk menghilangkan gejala putus obat. Motivasi inilah yang mendorong
para subyek penelitian untuk menggunakan heroin secara kompulsif pada
saat wawancara dilakukan. Eratnya perubahan motivasi penggunaan
narkotika dan psikotropika dengan pengaruh narkotika dan psikotropika
berupa intoksikasi, toleransi dan gejala putus obat membuat otonomi
fungsional pada penderita ketergantungan narkotika dan psikotropika
termasuk dalam otonomi fungsional perseveratif.
Selain besarnya peran faktor fisiologis pada proses otonomi fungsional pada
penderita ketergantungan narkotika dan psikotropika, Allport (1961) juga
menyatakan bahwa aspek psikologis memegang peranan penting karena
para penderita ketergantungan narkotika dan psikotropika sering kali
mengembangkan sub sistem kepribadian untuk menyelesaikan masalah
mereka dengan kembali menggunakan narkotika dan psikotropika
Pentingnya aspek psikologis ini dalam riwayat ketergantungan narkotika
para subyek tampak ketika mereka kembali menggunakan narkotika dan
psikotropika setelah selama beberapa waktu meninggalkannya dan tidak
lagi mengalami gejala putus obat. Saat itu mereka kembali menggunakan
narkotika dan psikotropika karena adanya keinginan yang sangat kuat untuk
kembali merasakan kenikmatan intoksikasi. Sehubungan dengan hasil penelitian ini disarankan agar informasi tentang
penggunaan narkotika dan psikotropika serta ketrampilan sosial untuk
menolak ajakan penggunaan narkotika dan psikotropika diberikan di
sekolah sejak pendidikan dasar sebagai salah satu upaya pencegahan
penggunaan narkotika dan psikotropika Bagi individu yang telah
menggunakan narkotika dan psikotropika diperlukan terapi untuk mengatasi
gejala putus obat serta pembekalan pengetahuan dan ketrampilan dalam
mengatasi ketergantungan psikologis dan mengatasi masalah tanpa bantuan
narkotika dan psikotropika.
Untuk penelitian pada penderita narkotika dan psikotropika selanjutnya
disarankan untuk memperhatikan kondisi fisik dan psikologis para subyek
sehubungan dengan intoksikasi dan gejala putus obat yang mereka alami.
Hal ini penting untuk meningkatkan keakuratan dan kedalaman data yang
didapatkan. Penggunaan narkotika dan psikotropika selama bertahun-tahun
dapat menurunkan kemampuan kognitif sehingga pertanyaan perlu
disampaikan secaras sederhana dan jika perlu dapat diulang-ulang agar
subyek penelitian memahami maksud pertanyaan."
2004
S3420
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library