Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Likadja, Frans E.
Jakarta: Ghalia Indonesia, 1987
320.12 FRA p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Katuuk, Neltje F.
Jakarta: Gunadarma, 1992
320.12 NEL p (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Malang: Universitas Brawijaya, 1980
320. 12 ILM
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mawar Vitaloka
Abstrak :
Penelitian ini secara khusus membahas mengenai pendidikan kewiraan di Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. Pendidikan pendahuluan bela negara dalam bentuk pendidikan kewiraan menjadi bagian dari sistem pendidikan nasional pada masa Orde Baru dan sempat menjadi salah satu mata kuliah wajib bagi mahasiswa perguruan tinggi di Indonesia. Pemerintah bermaksud menanamkan doktrin dan strategi pertahanan keamanan (hankam) kepada mahasiswa agar menjadi warga negara Indonesia yang mempunyai kesadaran nasional dan kecintaan tanah air dalam rangka membela bangsa dan negara. Kajian ini ditulis menggunakan metode sejarah dengan membaca ulang buku teks dari modul pembelajaran dan wawancara dengan dosen serta mahasiswa yang aktif pada rentang waktu tahun 1989–1998. Hasilnya ditemukan bahwa unsur-unsur pendidikan kewiraan, seperti materi ajaran, cara dosen mengajar, dan respons mahasiswa berpengaruh terhadap upaya indoktrinasi pemerintah Orde Baru. Materi pembelajaran sebagian besar menyinggung konsep hankam yang umumnya hadir pada aktivitas bela negara secara fisik sehingga tidak relevan dengan kehidupan mahasiswa. Kesan materi yang militeristik juga diperkuat dengan keberadaan dosen kewiraan dari kalangan ABRI. Di samping itu, metode teacher center menyebabkan proses pembelajaran yang satu arah. Dari materi dan metode ajaran tersebut, pada akhirnya memunculkan ketidaksesuaian antara harapan pemerintah untuk menanamkan nilai bela negara dan pendapat mahasiswa yang menghubungkan pendidikan ini dengan pendidikan militer. ......This research notably examines the kewiraan course at Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. During the New Order era, a preliminary state defense education program in the form of kewiraan course became a part of the national educational system and was once a compulsory subject for university students in Indonesia. The government sought to instill the doctrine and strategy of defense and security in students in the hope that they would become Indonesian citizens with national awareness and a spirit of patriotism in order to defend the nation and state. This study was written using the historical method by reviewing learning modules' textbooks and conducting interviews with lecturers and former students who were active between 1989 and 1998. The results found that elements of kewiraan course, such as teaching materials, lecturers' delivery, and student responses influenced the New Order government's attempts at indoctrination. Most of the learning materials touched on the concept of defense and security that was typically present in physical defense activities, therefore it was not pertinent to student life. The sense of militaristic in the materials was also added by the presence of kewiraan lecturers from the Armed Forces. In addition, the teacher-centered method led to a one-way learning process. In the end, there was a discrepancy between the government's objectives to instill the value of defending the country and the thoughts of students who associated this course with military education based on the materials and teaching methods.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sutrisno
Abstrak :
Setiap bangsa dan negara selalu berusaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Untuk maksud tersebut diselenggarakan sistem pertahanan keamanan negara. Agar pelaksanakan sistem pertahanan keamanan dapat terlaksana dengan baik, maka setiap warga negara harus memiliki kesadaran, hak, kewajiban dan tanggung jawab. Salah satu cara menumbuhkan kesadaran, hak, kewajiban dan tanggung jawab kepada setiap warga negara, yang paling efektif ialah melalui jalur pendidikan, yang disebut sebagai "Pendidikan Pendahuluan Bela Negara". Pendidikan Pendahuluan Bela Negara diberikan dalam dua tahap. Tahap pertama, diberikan sejak Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Tingkat Atas. Sedangkan tahap lanjutan diberikan di Perguruan Tinggi dalam bentuk Pendidikan Kewiraan. Proses penanaman nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme dikalangan mahasiswa akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan, apabila mereka bersikap "favorable" terhadap Pendidikan Kewiraan. Guna mengetahui apakah mahasiswa bersikap "favorable" atau tidak terhadap Pendidikan Kewiraan, maka diperlukan pengukuran sikap mereka terhadap Pendidikan Kewiraan. Penelitian dilakukan pada awal Maret hingga akhir Mei 1997 di wilayah DKI Jakarta. Responden utama dalam penelitian ini ialah mahasiswa Jakarta, dengan sampel 100 mahasiswa, yang berasal dari 1 Perguruan Tinggi Negeri, 1 Sekolah Tinggi Kedinasan, dan 3 Perguruan Tinggi Swasta; yang dilakukan secara "non-probability sampling". Pengukuran sikap dilakukan dengan menggunakan skala Likert, dan selanjutnya dianalisis dengan teknik "Chi-Square" dan "Contingency coefficient", dengan taraf signifikan 0,05 atau tingkat kepercayaan 95 %. Hasil penelitian menunjukkan secara kuantitatif 74 % mahasiswa Jakarta bersikap "favorable" dan yang bersikap "unfavorable" hanya 26% saja. Secara kualitatif sikap mahasiswa Jakarta terhadap Pendidikan Kewiraan tergolong "favorable" dengan "intensitas lemah", dengan nilai sikap rata-rata 85,49 ± 25,39, sedangkan estimasi terhadap populasi jangka panjang 80,02 < µ < 90,47. Tes hipotesis menunjukkan; motivasi dan perasaan sebagai faktor internal--mempunyai korelasi positif dengan sikap mahasiswa terhadap Pendidikan Kewiraan. Sedangkan faktor eksternal yang mempunyai korelasi positif dengan sikap mahasiswa terhadap Pendidikan Kewiraan ialah . Pertama, dosen, mencakup : Penampilan dosen, kemampuan dosen, dan keterbukaan dosen.Kadua, pemahaman (pengetahuan) anggota keluarga tentang Pendidikan Kewiraan. Mengingat jumlah mahasiswa Jakarta yang bersikap "favorable" terhadap Pendidikan Kewiraan lebih banyak dari pada yang bersikap "unfavorable", maka Pendidikan Kewiraan dapat memberikan dampak positif terhadap ketahanan nasional. Sekalipun demikian--secara kualitatif sikap mahasiswa Jakarta terhadap Pendidikan Kewiraan intensitasnya masih tergolong lemah, sehingga perlu ditingkatkan. Karena sikap mahasiswa terhadap Pendidikan Kewiraan sangat berkaitan dengan faktor dosen Kewiraan dan materi Pendidikan Kewiraan, maka perlu adanya peningkatan dalam kualitas maupun kuantitas dosen Kewiraan serta perlu adanya kaji ulang terhadap materi Pendidikan Kewiraan secara terus menerus.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
A. M. Heru Basuki
Abstrak :
ABSTRAK
Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN) menurut UU No.20/1992 merupakan bagian integral dari Sistem Pendidikan Nasional. Penyelenggaraan PPBN dimulai sejak TK sampai Perguruan Tinggi (PT). PPBN di TK sampai dengan SLTA dilaksanakan dalam bentuk kegiatan Kepramukaan. Mengingat peran strategis PT maka PPBN di PT diselenggarakan lebih intensif dan spesifik dalam bentuk perkuliahan MKDU Kewiraan. Tuiuannya adalah terbentuknya sikap bela negara yang positif yaitu: kecintaan pada Tanah Air, kesadaran berbangsa dan bernegara, keyakinan akan kesaktian Pancasila sebagai Ideologi Negara, dan kerelaan berkorban guna meniadakan setiap ancaman yang datang dari dalam maupun luar negeri yang membahayakan kedaulatan bangsa dan negara. Namun, dari sisi lain realitas saat ini menunjukkan adanya kesenjangan antara nilai yang diraih mahasiswa dalam mata kuliah Kewiraan dengan perilaku sehari-hari yang tidak mencerminkan sikap bela negara yang positif.

Sehubungan dengan kenyataan itu permasalahan yang urgen untuk dipecahkan adalah "proses belajar mengajar Kewiraan yang bagaimanakah yang mampu menumbuhkan sikap bela negara pada mahasiswa dan orientasi nilai manakah yang reseptif terhadap materi belanegara". Permasalahan ini dijawab melalui penelitian dengan mengacu pada hipotesis yang disusun atas perpaduan konsep belajar mengajar yang bersifat kognitif dan afektif domain. Hipotesis yang diajukan memprediksikan adanya keterkaitan antara sikap bela negara pada mahasiswa dengan kebermaknaan proses belajar mengajar Kewiraan yang diperoleh, dan dengan orientasi nilai yang diyakini atau dominan dalam diri mahasiswa. Dengan keterkaitan itu diasumsikan akan terjadi perbedaan dalam sikap bela negara di antara mahasiswa yang disebabkan oleh perbedaan orientasi nilai yang dimiliki mahasiswa.

Penelitian dilakukan pada mahasiswa Unika Atmajaya Jakarta yang mengikuti perkuliahan MKDU Kewiraan Semester Genap tahun akademik 1991/1992 sebanyak 359 subjek dari 6 seksi atau kelas yang mencakup semua fakultas yang ada.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa:

1. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara sikap bela negara mahasiswa dengan tingkat kebermaknaan proses belajar mengajar Kewiraan yang diikuti. 2. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara sikap bela negara dengan orientasi nilai yang dimiliki mahasiswa pada dimensi ilmu pengetahuan, religius. 3. Di antara mahasiswa yang memiliki orientasi nilai yang berbeda tidak menunjukkan adanya perbedaan secara signifikan dalam sikap bela negara.

Hasil penelitian tersebut mengandung makna bahwa semakin tinggi kebermaknaan proses belajar mengajar akan semakin tinggi pula sikap bela negara mahasiswa. semakin tinggi orientasi nilai ilmu pengetahuan dan religius dari mahasiswa, akan semakin tinggi pula sikap bela negaranya.

Berdasarkan hasil penelitian ini seianjutnya diajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Perlu dilakukan penataan kembali struktur (restrukturisasi dan rekonsepsi) program mata kuliah Kewiraan, sehingga dapat ditemukan suatu formulasi materi Kewiraan yang mampu mengintegrasikan antara kepentingan mahasiswa, masyarakat, dan negara. 2. Perlu dilakukan eksplorasi untuk menggali pola-pola baru model pengajaran mata kuliah Kewiraan baik dalam hal stra tegi maupun metode. 3. Perlu adanya pelatihan atau workshop bagi dosen-dosen Kewiraan dalam hal penyusunan disain instruksional, pengelolaan pengajaran, pemilihan metode pengajaran yang tepat, serta penggunaan multi media. 4. Meningkatkan keluasan wawasan keilmuan dosen Kewiraan, merupakan kebutuhan yang mendesak saat ini. 5. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang mencakup sebaran sampel yang lebih luas, penggunaan alat ukur yang lebih standar, dan metodologi penelitian yang lebih komprehensif.
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library