Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
McClure, Connie L.
Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, 1960
629.132 MCC t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sudadi Hirawan
"Ruang lingkup dan cara penelitian: Dalam bidang industri masih banyak alat-alat yang didatangkan dari luar negeri, yang ukuran alat tersebut tidak sesuai dengan antropometri tenaga kerja Indonesia. Untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan penerapan ergonomi yang didasari ilmu biomekanika. Penelitian ini dilakukan dengan metode Pre experimental pretest - posttest 1 group.
Tujuan penelitian adalah untuk melihat tingkat produktivitas sebelum perlakuan dibandingkan setelah perlakuan dan keluhan-keluhan sebelum dan setelah perlakuan. Pada penelitian ini dilakukan dengan mengambil total sampel. Untuk mengetahui peningkatan produktivitas digunakan parameter detik/potong, sedangkan untuk melihat keluhan dipakai kuestioner. Data yang didapat dilakukan uji statistik dengan Related t-test, sedangkan untuk keluhan dilakukan Analisis non parametrik.
Hasil dan kesimpulan: Hasil menunjukkan perbedaan bermakna dalam menyelesaikan menit/50 potong sebelum perlakuan dan setelah perlakuan. Perbedaan antara minggu 2 sebelum perlakuan dan minggu 1 setelah perlakuan terdapat perbedaan bermakna ( p < 0,001 ). Juga terdapat perbedaan bermakna pada berkurangnya rasa pegal di bahu ( P<0.001) dan rasa nyeri pergelangan tangan ( P<0.001)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1994
T-2348
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Myszka, David H.
New Jersey: Pearson Prentice Hall, 2005
531.112 MYS m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Hardiyanto
"Menciptakan obat bagi pasien rumah sakit adalah tugas instalasi farmasi rumah sakit yang rumit dan rawan human error. Obat-obatan dengan nama yang mirip seperti hydroxyzine, obat jenis antihistamin, dan hydralazine, obat tekanan darah, mudah keliru saat diramu oleh apoteker. Karena itu perlu dibuat alat bantu untuk mengambil dan mengemas obat yang akurat dan tak keliru serta bisa bekerja nonstop selama 24 jam dan lebih presisi dibandingkan apoteker farmasi manusia berupa lengan robot dengan konfigurasi mekanik berbentuk planar dua sendi yang berputar horizontal dengan tambahan satu sendi yang bergerak vertikal dan pengendali berbasis mikrokontroler Atmel89S52. Robot ini memiliki tugas utama untuk mengambil obat diwadah dengan koordinat tertentu untuk dipindah-pindahkan ke wadah berikutnya dengan koordinat yang lain yang masih dalam daerah kerjanya.

Chemical-medicine composing is a duty of hospital pharmacy that is complicated and sometimes vulnerable to human error. Drugs bearing similar names such as hydroxyzine, of antihistamine and hydralazine types, and for high-blood pressure are easily mixed up when composed buy the druggists. Therefore a device that correctly and accurately picks and packs the drugs with a-24 hour working ability and a higher precision than a human druggist- is of an urgent need.The device is a robotic arm with a mechanical configuration in the form of two-joint planar that rotates horizontally. This is added by a vertically rotating joint and a Atmel89S52-microcontroller based controller. The main task of the robot is to pick a drug in a container that has a specific coordinate and to move it to another container that has another coordinate that is still within the robot's working range."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T24954
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Chairunnas
"Pergerakan robot beroda yang menggunakan motor servo pada setiap kakinya dimana servo tersebut dikontrol untuk menggerakan kaki dari robot. Untuk dapat menggerakkan setiap sendi pada kaki robot biasanya menggunakan model matematika geometri yang dimplementasikan pada sistem kinematik robot. Pada penelitian ini akan dibahas bagaimana membangun sistem kendali pada robot hexapod dengan menerapkan pola langkah tripod gait pada robot
hexapod sehingga akurasi pergerakan yang diterapkan pada robot hexapod akan menghasilkan pola gerakan yang maksimal. Pada pengujian gerakan maju pada area terbuka dan maju pada area tertutup dengan kecepatan rata-rata 5 cm/s, pengujian gerakan mundur pada area terbuka dan mundur pada area tertutup dengan kecepatan rata-rata 4.32 cm/s, pengujian gerakan berputar kanan pada terbuka dan berputar kanan pada tertutup dengan kecepatan rata-rata 13.44 derajat/detik, Pengujian gerakan berputar kiri pada terbuka dan berputar kiri pada tertutup dengan kecepatan rata-rata
12.85 derajat/detik, daya yang dibutuhkan keseluruhan pengujian pada area terbuka dan area tertutup adalah 0.3 Volt dengan durasi keseluruhan pakai 240.8 detik."
Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya, Perangkat, dan Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, 2017
607 JPPI 7:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Weeke Budhyanti
"Tujuan: Penelitian dilakukan untuk mengetahui kinematika trunkus selama gerak melangkah normal pada kecepatan yang dipilih sendiri oleh subjek. Penelitian dilakukan setelah mendapatkan pernyataan lolos kaji etik dengan nomor 783/UN2.F1/ETIK/2015.
Subjek: Subjek yang digunakan 44 orang, terdiri dari 5 orang batita(11-24 bulan), 6 orang balita (3-5 tahun), 20 orang remaja (9-13 tahun), dan 13 orang dewasa muda (19-24 tahun). Semua subjek sehat, telah memenuhi tahapan tumbuh kembang lengkap hingga kemampuan berjalan, tanpa deformitas maupun riwayat cedera yang berpotensi mengganggu pemeriksaan.
Metode: Penelitian dilakukan dengan menganalisis rekaman pada bidang sagital, frontal dan transversal pada setiap fase dalam 1 siklus melangkah dengan menggunakan software Kinovea.
Hasil: Didapatkan perbedaan signifikan pada bidang gerak frontal dan fase single leg support bidang transversal. Tidak ada perbedaan pada bidang sagital dan fase double limb support bidang transversal. Sudut gerak trunkus pada batita pada bidang frontal sebesar 1,67°-4,20°, mencapai puncak pada fase foot flat; pada bidang sagital 3,25°-7,75°, mencapai puncak pada fase mid swing; dan pada bidang transversal 11,50°-17,20°, mencapai puncak pada fase foot flat.Sudut gerak trunkus pada balita pada bidang frontal sebesar 1,89°-3,50°, mencapai puncak pada fase deceleration; pada bidang sagital 3,19°-6,75°, mencapai puncak pada fase deceleration; dan pada bidang transversal 8,22°-13,75°, mencapai puncak pada fase midswing.Sudut gerak trunkus pada remaja pada bidang frontal sebesar 1,57°-2,49°, mencapai puncak pada fase deceleration; pada bidang sagital 3,53°-7,95°, mencapai puncak pada fase deceleration; dan pada bidang transversal 6,73°-9,56°, mencapai puncak pada fase heel off. Hasil pengukuran pada orang dewasa dalam penelitian ini sebesar 1,74°-2,77° pada bidang frontal, mencapai puncak pada fase midstance; 2,55°-4,74° pada bidang sagital, mencapai puncak pada fase deceleration; dan 4,23°-6,13° pada bidang transversal, mencapai puncak pada fase deceleration. Besaran sudut menurun seiring pertambahan usia, namun maturasi melangkah masih terjadi pada kelompok usia remaja.

Aim: This study was conducted to find trunk kinematics during normal walking with self selected speed. Study held after get ethical approval 783/UN2.F1/ETIK/2015.
Subjects: 44 subjects participated, consists of 5 toddlers (11-24 months), 6 preschoolers (3-5 yo), 20 teenagers (9-13 yo), and 13 young adults (19-24 yo). Each subjectwas healthy, with normal stages of development, without deformity or injury that may cause disorders.
Method: Study held with analyzing video of sagittal, frontal, and transverse plane of each phase from single gait cycle using Kinoveasoftware.
Result: Significant differences were found on frontal plane and single leg supportphase of transversal plane.No differences found on sagital planeanddouble limb supportof transversal plane. Trunk?s angle movement on toddlers 1,67°-4,20° for frontal plane, peak on foot flat phase; 3,25°-7,75° for sagital plane, peak onmid swing phase;and 11,50°-17,20° for transversal plane, peak onfoot flat phase. Trunk's angle movement on preschoolers 1,89°-3,50° for frontal plane, peak on deceleration; 3,19°-6,75° for sagital plane, peak on deceleration; and 8,22°-13,75° for transversal plane, peak on midswing. Trunk's angle movement on teenagers 1,57°-2,49° for frontal plane, peak on deceleration; 3,53°-7,95° for sagital plane, peak on deceleration; and 6,73°-9,56° for transversal plane, peak on heel off. Trunk's angle movement on young adults 1,74°-2,77° for frontal plane, peak on midstance; 2,55°-4,74° for sagital plane, peak on deceleration; and 4,23°-6,13° for transversal plane, peak on deceleration. Angle of movement decreased with aging, and gait maturation still happens on teenagers.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Try Rachmaputra
"ABSTRAK
Model kecepatan adalah parameter yang paling penting untuk Pre-Stack Depth Migration (PSDM). Pemodelan kecepatan menggunakan inversi tomografi refleksi adalah metode untuk mendapatkan kecepatan interval. Proses ini menggunakan atribut kinematik wavefield yang diperoleh dari CRS. Dengan metode ini, kualitas gambar penampang bawah permukaan yang diperoleh dari proses PSDM akan meningkat.
Dalam studi ini, Data sesimik laut 2D diterapkan menggunakan metode ini. Input utama untuk inversi ini adalah atribut RNIP, atribut emergence angel, dan hasil picking yang diperoleh dari proses ZO CRS stack. Dari proses tersebut, kita dapat mengetahui waktu tempuh sinar normal, turunan spasial kedua waktu tempuh, turunan spasial pertama waktu tempuh, dan koordinat spasial kemunculan sinar.
Keempat paarameter tersebut menjadi data observasi untuk proses inversi tomografi. Di dalam proses inversi ini, kita dapat menghitung data forward model dan model kecepatan akhir yang didapatkan setelah nilai misfit mencapai minimum. Metode ini memiliki keluaran berupa informasi model kecepatan makro dalam satuan kedalaman. Menggunakan metode CRS stack memperlihatkan informasi lebih rinci
tentang struktur geologi bawah permukaan dibandingkan penampang hasil proses konvensional. Secara mudah menyederhanakan dan mempercepat proses picking dan memungkinkan untuk mendapatkan model kecepatan dalam situasi S/N rasio rendah atau struktur yang kompleks, untuk mengidentifikasi event refleksi yang menerus pada seismik.
_hr>
ABSTRACT
Velocity model is the most important parameter for Pre Stack Depth Migration (PSDM). Velocity modeling using reflection tomography inversion is one of the methods to get interval velocity . This process uses kinematic wavefield attributes obtained from CRS stack method. By applying this method, the quality of subsurface image obtained from PSDM will be increased.
In this study, marine data 2D is applied using this methods. The main input for this inversion is RNIP attribute, emerge angle attribute, and picking of ZO samples that obtained from ZO CRS-stack method. From that process, we can find normal ray traveltime, second spatial traveltime derivatives, first spatial traveltime derivatives, and spatial coordinate. Those all parameter become observed data for tomography
inversion process. During the process we have calculate the forward modeling data, final velocity model is resulted after misfit calculated reach minimum value. Output from this methods is the macro velocity model information defined in depth unit. Using this method CRS stack shows more detailed information on subsurface geological structure than old section stack. besides that, significantly simplifies and
speeds up the picking process and allows to obtain a velocity model even in situations in low S/N ratio or complex reflector structure, to identify reflection event continuously across the seismic section."
Universitas Indonesia, 2011
S1460
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tanti Indriati
"ABSTRAK
Biosurfaktan merupakan produk turunan dari ester yang dapat disintesis dari asam lemak dan gula alkohol. Biosurfaktan bersifat biodegradable dengan toksisitas rendah, biocompatible serta memiliki aktivitas spesifik pada kondisi tertentu. Salah satu aplikasi biosurfaktan adalah dapat mencakup bidang petroleum. Produksi biosurfaktan dalam skala lebih luas untuk keperluan petroleum layak diwujudkan. Sebagai langkah awal, perlu dipertimbangkan beberapa strategi agar produksi yang dilakukan bersifat cost-effective. Salah satu jenis biosurfaktan yang berpotensi sebagai bahan bakar fuel adalah ester karbohidrat. Reaksi enzimatik produksi biosurfaktan pada penelitian ini menggunakan substrat berupa sorbitan dan asam oleat yang dikatalisis oleh Novozym 435 untuk menghasilkan ester sorbitan oleat. Selanjutnya, campuran mikroemulsi yang terdiri dari minyak diesel komersiil, air, ester sorbitan oleat, dan ester sorbitan oleat teretoksilasi disintesis. Berdasarkan penelitian ini, diperoleh hasil bahwa kondisi terbaik dari sistem reaksi ini belum dapat ditentukan karena reaksi esterifikasi antara sorbitan dan asam oleat menggunakan Novozym 435 tidak cukup efektif dilakukan dalam sistem campuran pelarut organik. Hal tersebut diindikasikan karena gugus ndash;OH dari pelarut dapat menutupi sisi aktif dari enzimnya sehingga dapat mengganggu proses terbentuknya ester. Apabila reaksi esterifikasi secara enzimatik dilangsungkan dalam sistem bebas pelarut, substrat sorbitan tidak dapat bercampur baik dengan asam oleat, dikarenakan wujud dari sorbitan yang cukup lengket pada suhu 60. Besaran kinematika viskositas dan densitas dari diesel = 2,97 cSt dan 0,83 gr/mL. Serta besaran kinematika viskositas dan densitas dari campuran mikroemulsi diesel/Tween80/Span80/air = 11,69 cSt dan 0,88 gr/mL. Campuran antara surfaktan dari jenis sorbitan oleat Span 80 dan ko-surfaktan dari jenis sorbitan oleat teretoksilasi Tween 80 , dapat membentuk campuran mikroemulsi dari minyak dan air serta dapat berpotensi sebagai bahan bakar mikroemulsi. Hal ini didasarkan pada besaran densitas dan wujud dari campuran yang membentuk 1 fasa serta stabil selama 2 minggu.

ABSTRACT
Biosurfactant is a derivative product of esters which can be synthesized from fatty acid and sugar alcohol. Biosurfactant is biodegradable with low toxicity, biocompatible, and has a specific activity under certain condition. One kind of biosurfactant application is for petroleum purposes. Production of biosurfactant on a wider scale for petroleum purposes is feasible. As a first step, several strategies are needed to make the production cost is effective. One type of biosurfactant which has a potential as a fuel is carbohydrate ester. In this study, the enzymatic reaction of biosurfactant production was using sorbitan and oleic acid as the substrates which catalyzed with Novozym 435 to produce sorbitan oleic ester. Furthermore, a mixture of microemulsion that comprising commercial diesel oil, water, sorbitan oleate ester, and ethoxylated sorbitan oleate ester was synthesized. Based on this study, it is still not be determined for a best condition of enzymatic reaction because the esterification reaction between sorbitan and oleic acid using Novozym 435 was not quietly effective in an organic solvent blend system. It could happen because the OH solvent group could mask the active site of the enzyme thus disturbing the ester forming process. If an enzymatic esterification was carried out in a solvent free system, the sorbitan could not be well mixed with oleic acid, due to the sticky sorbitan at 60. Magnetic viscosity magnitude and diesel density 2,97 cSt and 0,83 gr mL. As well as the magnitude of kinematic viscosity and density of diesel Tween80 Span80 water as a mixture of microemulsion were 11,69 cSt and 0,88 gr mL, respectively. The mixture between the sorbitan oleate typed surfactant Span 80 and the co surfactant of ethoxylated sorbitan oleate Tween 80 , may form a microemulsion mixture of oil and water and has a potential as a microemulsion fuel. It is based on the value of density and the physical form of the mixture which is 1 phase and stable during 2 weeks."
2018
T49775
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darmayudha Prawira
"Pelacakan banjir adalah prosedur untuk menentukan waktu dan besarnya aliran di suatu titik dari suatu hidrograf yang diketahui atau diasumsikan pada satu atau lebih titik di hulu. Pelacakan banjir dapat dilakukan sebesar areal DAS ataupun alur DAS. Pada penelitian ini, pelacakan banjir dilakukan pada alur. Terdapat dua metode pelacakan banjir di alur yang memiliki perbedaan yang signifikan, yaitu metode Muskingum-cunge dan metode Kinematic Wave. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efisiensi dari metode pelacakan banjir melalui alur menggunakan metode Muskingum-cunge (metode dengan kebutuhan data sedikit) dan metode Kinematic Wave (metode yang kebutuhan datanya lebih detail). Efisiensi dievaluasi berdasarkan perbandingan hasil simulasi terhadap data pengamatan. Hasil simulasi kedua metode berupa hidrograf yang menunjukan besar debit dalam rentang waktu tertentu. Aspek utama hidrograf yang dibandingkan adalah besar debit puncaknya. Dari hasil perbandingan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa hasil simulasi menggunakan metode Kinematic Wave memberikan besar debit puncak yang lebih mendekati pengamatan dibandingkan debit puncak simulasi dengan metode Muskingum-cunge. Akan tetapi, beda kedua hasil simulasi menunjukan hasil tidak begitu jauh, walaupun metode Kinematic Wave menggunakan data yang lebih detail. Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa metode Muskingum-cunge lebih efisien dibanding metode Kinematic Wave dalam melakukan pelacakan banjir karena memberikan hidrograf yang cukup mendekati dengan kebutuhan data yang lebih sedikit.

Flood routing is a procedure to determine the time and magnitude of a flow at a point from a hydrograph that is known or assumed at one or more points upstream. Flood tracking can be done as large as watershed area or watershed flow. In this study, flood tracking was carried out on the reach. There are two methods of flood tracking in the reach that have significant differences, namely Muskingum-cunge method and Kinematic Wave method. This study aims to evaluate the efficiency of the method of flood tracking through flow using the Muskingum-cunge method (a method with little data requirements) and the Kinematic Wave method (a method that needs more detailed data). Efficiency is evaluated based on comparison of simulation results with observational data. The simulation results of the two methods are in the form of a hydrograph which shows the amount of discharge in a certain time period. The main aspect of the hydrograph that is compared is the large peak discharge. From the results of comparisons that have been made, it can be seen that the simulation results using Kinematic Wave method give a large peak discharge which is closer to the observation than the peak simulation discharge with Muskingum-cunge method. However, the two different simulation results show results not so far, although the Kinematic Wave method uses more detailed data. Based on these results it can be concluded that Muskingum-cunge method is more efficient than Kinematic Wave method in conducting flood tracking because it provides a hydrograph that is close enough to fewer data requirements.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwitiya Sharaswati
"Pelacakan banjir yang dilakukan pada daerah tangkapan air dapat menggunakan transform method. Berdasarkan tingkat kebutuhan data yang diperlukan terdapat 2 perbedaan metode pada Komponen Transform Method yang cukup signifikan, yaitu SCS Unit Hydrograph dan Kinematic Wave. Tujuan dari penelitian ini adalah menguji efisiensi penggunaan metode pada Komponen Transform Method HEC-HMS dengan membandingkan hidrograf aliran menggunakan metode SCS Unit Hydrograph (metode bersifat lump sump) dengan metode Kinematic wave (metode kebutuhan data saluran detail) terhadap sifat DAS Urban dan Rural. Efisiensi penggunaan metode akan dilihat berdasarkan perbandingan hasil hidrograf aliran. Perbandingan dilakukan dari 2 cara yaitu menghitung perbandingan debit puncak hidrograf pada masing-masing kondisi perhitungan dan tingkat kecocokan hidrograf. Tingkat kecocokan hidrograf dilihat dengan memplot nilai debit secara akumulatif dari kedua hidrograf hasil simulasi metode SCS Unit Hydrograph dengan metode Kinematic Wave. Hasil perbandingan hidrograf pada penelitian ini menunjukan bahwa Sifat DAS Urban lebih sesuai menggunakan metode Kinematic wave dimana membutuhkan data yang lebih detail dikarenakan kondisi DAS yang lebih komplex. Sehingga apabila penggunaan metode pelacakan banjir lebih disesuaikan dengan kondisi sifat DAS, maka akan mendapatkan hasil analisis hidrologi yang lebih efektif.

Flood tracking carried out in the catchment area can use transform method. Based on the level of data needed, there are 2 significant differences in the Transform Method method, namely the SCS Unit Hydrograph and Kinematic Wave. The purpose of this study was to test the effectiveness of using the method on the Transform Method Component of HEC-HMS by comparing flow hydrographs using the SCS Unit Hydrograph method (method is lump sump) with the Kinematic wave method (method of detailed channel data requirements) on the nature of Urban and Rural Watersheds. The effectiveness of using the method will be seen based on the comparison of the results of the hydrograph. Comparison is done from 2 ways, namely calculating the ratio of peak hydrograph discharge to each calculation condition and the level of hydrograph compatibility. The hydrograph suitability level was seen by plotting accumulative discharge values from the two hydrographs produced by the SCS Unit Hydrograph method using the Kinematic Wave method. The results of the hydrograph comparison in this study indicate that the nature of the Urban Watershed is more suitable to use the Kinematic wave method which requires more detailed data because the watershed conditions are more complex. So that if the use of the flood tracking method is more adapted to the conditions of the watershed nature, it will get a more effective hydrological analysis."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>