Search Result  ::  Save as CSV :: Back

"Bidenomics telah dijadikan agenda yang diunggulkan dalam kampanye Presiden Joe Biden menjelang Pemilihan Presiden pada tahun 2024, dan telah dinyatakan sebagai penyelamat perekonomian Amerika Serikat pasca pandemi COVID-19. Meskipun Bidenomics telah dinilai berhasil menciptakan lapangan kerja dan memulihkan ekonomi, tren presidential approval secara keseluruhan terhadap Biden terus menurun. Maka dari itu, artikel ini mengkaji dua area kebijakan Bidenomics untuk menjelaskan fenomena tersebut, yang mana salah satunya yakni perubahan alam, yang relatif baru dalam bidang studi kepresidenan Amerika. Dengan menggunakan data survei mingguan di tingkat agregat dari bulan Januari 2021 hingga Agustus 2023, penelitian ini menguji model di mana issue salience memoderasi hubungan antara performa kebijakan – ekonomi dan perubahan iklim – terhadap presidential approval. Temuan artikel ini menunjukkan bahwa issue salience tidak memoderasi pengaruh performa kebijakan terhadap presidential approval. Di satu sisi, performa kebijakan ekonomi memiliki pengaruh signifikan secara konsisten terhadap presidential approval, terlepas dari tingkat issue salience. Sementara itu, performa kebijakan perubahan iklim hanya memiliki dampak yang signifikan terhadap presidential approval jika terdapat combined effect antara issue salience dan performa kebijakan. Artikel ini berargumen bahwa perbedaan pada dampak issue salience terhadap performa kebijakan kedua isu tersebut diakibatkan oleh perbedaan pada konsekuensi ketika kebijakan ekonomi dan perubahan iklim Biden dinilai tidak efektif, serta efek partisan terhadap pandangan masyarakat terkait kedua isu tersebut.

---

Bidenomics has taken center stage to President Joe Biden’s campaign leading up to the Presidential Election in 2024, and has been attributed to the successful post-pandemic economic recovery in the United States. Despite achievements in job creation and economic recovery, overall presidential approval has continued to decline. This paper introduces a new policy domain to the existing American presidential scholarship–climate change. Utilizing weekly aggregate-level data from January 2021 to August 2023, this study tested a model wherein issue salience moderates the association between policy performance–for the economy and climate change–on overall presidential approval. The results suggested that issue salience does not moderate the effect of policy performance on overall approval. The impact of economic policy performance was consistently significant regardless of the level of salience. However, climate change policy performance had a significant impact on presidential approval only in the presence of the combined effect of salience and policy performance. The paper contends that the discrepancy in the impact of issue salience on the policy performance of these two issues stems from the distinct consequences faced by the general American public in their daily lives when they perceive Biden to be ineffective in handling either the economy or climate change. Additionally, due to increasing polarization, public perception of the economy and climate change through partisan lenses further contributes to this variation."

"Kenaikan jumlah manajer perempuan dalam dunia kerja tidak dapat dihindari. Namun, kinerja dan efektivitas kerja mereka cenderung menurun seiring dengan naiknya posisi mereka dalam hierarki perusahaan, yang menghambat kemajuan mereka ke posisi kepemimpinan senior. Meskipun demikian, studi yang berfokus pada peningkatan kinerja manajerial perempuan masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk merancang sistem strategis untuk meningkatkan kinerja manajer perempuan di era digital saat ini. Berdasarkan Teori Konservasi Sumber Daya yang dikombinasikan dengan Teori Pertukaran Sosial dan Kerangka Kerja Gender di Tempat Kerja, penelitian ini mengeksplorasi peran terintegrasi sumber daya pribadi dan organisasi, dengan modal psikologis, perilaku inovatif digital, kebijakan kesetaraan gender, dan kepemimpinan (Leader-Member Exchange/LMX). Ini adalah studi kasus yang menerapkan metode campuran konvergen di L’Oréal di Indonesia dan India. Pendekatan kuantitatif terutama digunakan untuk menguji hubungan antara faktor-faktor tersebut, sementara metode kualitatif membantu dalam mengeksplorasi bagaimana lingkungan kerja mempengaruhi kinerja manajer perempuan. Temuan menunjukkan bahwa kinerja manajer perempuan memiliki hubungan positif dengan modal psikologis, kebijakan kesetaraan gender, dan perilaku inovatif digital (DIB). Studi ini juga menunjukkan bahwa hubungan baik antara manajer perempuan dan pemimpin mereka (LMX) memiliki asosiasi positif dengan DIB, dan merupakan mediator kunci antara hubungan modal psikologis dan kebijakan kesetaraan gender menuju perilaku inovatif digital. Penelitian ini menawarkan sistem untuk membangun kerangka kerja strategis yang memungkinkan organisasi untuk meningkatkan kinerja manajer perempuan sebagai jalur untuk dapat mengembangkan lebih banyak pemimpin senior perempuan.

---

The rise of female managers in the workforce is inevitable. However, their work performance and effectiveness tend to decline as they climb the corporate ladder, which impedes their advancement into senior leadership roles. Despite this situation, there are limited studies focused on enhancing female managerial performance. This study aims to design a strategic system to drive the performance of female managers in today’s digital era. Grounded in the Conservation of Resources Theory combined with Social Exchange Theory and The Gender at Work Framework, this research explores the integrated roles of personal and organisational resources, with psychological capital, digital innovative behaviour, gender equality policies, and leadership (Leader-Member Exchange/LMX). This is a case study applying a convergent mixed method at L’Oréal in Indonesia and India. The quantitative approach was mainly used to examine the relationships between those factors, meanwhile, the qualitative method helped in exploring how the work environment affects the performance of female managers. Findings show that the performance of female managers has positive relationships with psychological capital, gender equality policies, and digital innovative behaviour (DIB). The study also shows that the building of good relationships between female managers and their leaders (LMX) has a positive association with DIB, and it is a key mediator between the relationships of both psychological capital and gender equality policies on the paths toward digital innovative behaviour. This research offers a system to build a strategic framework that enables organisations to drive the performance of female managers as the next talent pipeline for developing more female senior leaders."