Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 88 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Budi Susanto
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Analisis klorida dalam cairan biologis seperti serum, urin, cairan serebrospinal dan keringat mempunyai arti klinik yang penting. Dalam penelitian ini dibandingkan metoda mikro agar perak nitat dengan metoda Schales & Schales untuk penetapan kadar klorida serum dan urin dalam hal ketepatan, kecermatan, sensitivitas, kemudahan dan biaya. Diteliti pula spesifisitas metoda mikro agar perak nitrat terhadap penambahan tiosianat. Metoda mikro agar perak nitrat bedasarkan difusi radial sampel melalui gel agar yang mengandung perak nitrat. Makin tinggi kadar klorida dalam sampel, makin luas difusinya dalam agar, sehingga makin luas pula endapan perak klorida yang terbentuk. Metoda Schales & Schales digunakan sebagai pembanding, karena metoda ini merupakan metoda titrasi yang sederhana, cepat, tepat dan mudah. Serum dan urin dari 30 orang sehat diukur dengan kedua metoda.
Hasil dan Kesimpulan: Pada perbandingan metoda mikro agar perak nitrat dan metoda Schales & Schales didapatkan ketepatan dan kecermatan yang sama baik, sedangkan sensitivitas metoda mikro agar perak nitrat lebih baik daripada metoda Schales & Schales. Kedua metoda mudah dilaksanakan dan murah biayanya. Pada metoda mikro agar perak nitrat penambahan tiosianat 0,50-15,00 mg/dl memberi penyimpangan 0,60 - 4,97%. Hasil penetapan klorida dalam serum dan urin dengan kedua metoda menunjukkan korelasi yang baik untuk serum (r=0,82) dan urin (r=0,99). Kadar klorida 30 sampel serum orang dewasa sehat ditetapkan dengan metoda mikro agar perak nitrat berkisar, antara 96,98-108,59 mmol/1 (102,47 ± 3,19 mmol/1) sedangkan dengan metoda Schales & Schales antara 99,17 ± 110,00 mmol/1 (104,16 ± 2,97). Kadar klorida dalam 30 sampel urin 24 jam ditetapkan dengan metoda mikro agar perak nitrat adalah 106,37-206,58 mmol/24 jam (139,27 ± 29,773 dan dengan metoda Schales & Schales adalah 107,90-209,43 mmol/24 jam (141,10 ± 30,01). Dapat disimpulkan bahwa metoda mikro agar perak nitrat merupakan metoda yang cocok untuk pemeriksaan sampel dalam jumlah besar.

Scope and Method of Study: A comparison study was carried out on the accuracy, precision, sensitivity, simplicity and cost of the silver nitrate agar micromethod and the mercurimetric method of Schales & Schales for chloride determinations in serum and urine. The micromethod is based on the chemical precipitation of silver chloride by radial diffusion through agar gel containing silver nitrate. The mercurimetric method of Schales & Schales was used as the reference method as it is an established, rapid, simple, accurate method for chloride determination in biological fluids. The effect of thiocyanate on the micromethod was studied by adding thiocyanate solutions to standard solutions of chloride. Sera and urine from 30 healthy individuals were analyzed for chloride using both methods.
Findings and Conclusions: The silver nitrate agar micro method compared well with the Schales & Schales method on accuracy, precision, simplicity and cost, while the agar micromethod was found to be more sensitive than the Schales & Schales method. Addition of 0,50-15,00 mg/dl thiocyanate gave a deviation of 0,60-4,97%. A range of 96,98-108,59 mmol/1 (102,47 ± 3,19) for serum chloride was found with the silver nitrate agar micromethod, while with the method of Schales & Schales the values were 99,17-110,00 mmol/1 (104,16 ± 2,79). The range for urinay chloride excretion was found to be 106,37-206,58 mmol/24 hours (139,27 ± 29,77) with the silver nitrate agar micromethod and 107,90-209,43 mmol/ 24 hours (141,10 ± 30,01) with the method of Schales & Schales. The results showed a good correlation of the 2 methods for both serum and urine chloride (r = 0,82 and 0,99). We consider the micromethod especially suitable for the analysis of large load determinations using small volume samples.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1987
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2007
S30447
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Setiorini
"Pada saat ini penggunaan kadmium di industri-industri di Indonesia semakin meningkat, dan sebagai akibatnya pencemaran logam tersebut di lingkungan cukup tinggi. Kadmium dapat menyebabkan keracunan akut maupun keracunan kronis pada manusia. Keracunan akut dapat menimbulkan antara lain kejang perut, sakit kepala, syok, kerusakan paru-paru dan sistem reproduksi. Untuk mengetahui pengaruh penyuntikan kadmium klorida (CdClz) dosis tunggal terhadap motilitas spermatozoa telah dilakukan penelitian eksperimental pada 25 ekor mencit (Mus musculus L.) jantan galur Swiss.
Hewan uji dibagi dalam lima kelompok eksperimen yaitu kelompok eksperimen I, 1I, III, IV (KE1 sampai dengan KE4) yang disuntik berturut-turut dengan dosis 0,045; 0,090; 0,180 dan 0,360 mg Cd+/lkg b.b., dan kelompok kontrol yang disuntik dengan akuabidestilata.
Hasil uji ANAVA menunjukkan bahwa penyuntikan kadmium klorida secara intraperitoneal dosis 0,045; 0,090; 0,180; dan 0,360 mg Cd s+/kg b.b. berpengaruh terhadap persentase motilitas spermatozoa. Hasil uji Tukey (a = 0,05) menunjukkan bahwa penyuntikan kadmium klorida dosis 0,180 dan 0,360 mg Cd+/kg b.b. menyebabkan penurunan motilitas spermatozoa, sedangkan dosis 0,045 dan 0,090 mg Cd+/kg b.b. tidak menyebabkan penurunan motilitas spermatozoa."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Luzi Repeliyanti
"Kedelai {Glycine max (L.) Merr.), dikenal sebagai tanaman ekonomi dan sebagai sumber protein. Kedelai varietas Lompobatang merupakan varietas yang toleran pada lahan bergaram. Untuk mengetahui kemampuan tumbuh dan produksinya pada lahan tersebut, dilakukan penelitian pendahuluan dengan perlakuan beberapa konsentrasi NaCl. Perlakuan diberikan sebelum penanaman, ke dalam media yang berisi oampuran tanah kebun dan pupuk kandang dengan perbandingan 3 : 1. Hasil uji anava menunjukkan ada pengaruh pemberian NaCl 1000, 2000 dan 3000 ppm terhadap semua parameter yang diukur. Meningkatnya kadar NaCl menyebabkan tinggi dan berat kering tanaman, jumlah dan berat kering polong serta biji berkurang. Tanah'dengan kadar NaCl 1000 ppm masih dapat dimanfaatkan untuk penanaman kedelai, sedangkan kadar 3000 ppm sudah tidak memungkinkan lagi karena produksinya y8.ng sang3.t rendah. Analisa regresi menunjukkan grafik yang menurun pada peningkatan kadar NaCl bagi semua parameter yang diukur."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1993
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
T. Ahmad Haekal
"Klorida mempakan salah satu ion yang secara natural terdapat dalam fluida pada produksi minyak dan gas. Klorida yang larut di air diketahui dapat menyebabkan korosi pitting. Faldor lain yang mempengaruhi laju korosi adalah temperarur. Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui laju korosi adalah uji polarisasi. Pengujian ini dilakukan pada material baja tahan karat tipe 304, 316, dan duplex, serta paduan nikel
ripe 825.
Adapun hasii dari penelitian ini adalah Laju korosi pitting pada setiap marerial seaam umum meningkatkan sebanding dengan penambahan konsentrasi klonkia. Pada pengujian tanpa klorida tzkiak terbentuk pitting, sedangkan pada pengujian dengan klorida terbentuk pitting. Nilai Epit - Eprot pada konsentrasi 0.5% klorida berkisar antara 0.11 sampai 0.50 voit. Nilai Epit - Eprot pada konsentrasi 1% klonda berldsar antara 0.11 sampai 0.56 volt. Nilai Epi: - Epror pada konsentrasi 1.5% klorida berldsar antam 0.11 sampai 0.97 volt. Dari hasiipengujian diperoleh bahwa terjadi pemlngkatan laju korosi dari temperatur 28°C ke 60°C, dan kemudian menurun pada temperatur 100°C. Laju korosi pada temperatur 28°C benkisar dari 0,13 mpy sampai 1.23 mpy. Laju Imrosi pada temperatur 60°C berkisar dari 0,07 rnpy sampai 3,64 mpy. Dan laju korosi pada temperatur 100°C berkisar dari 0,04 rnpy sampai 2,77 mpy. Matenhl yang memiliki icetahanan korosi pitting dari rendah ke tinggi aicibar penambahan konsentrasi klorida adalah baja tahan karat tipe 304, 316, paduan nikel tipe 825, dan baja tahan karat tipe duplex"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S41764
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elang Aji Defrianto
"ABSTRACT
Sel surya perovskite kini telah mencapai efisiensi senilai 23,3% yang beranjak dari 3,8% hanya dalam jangka waktu beberapa tahun. Material utama yang digunakan pada sel surya perovskite merupakan material dengan struktur perovskite sebagai lapisan aktif dari sel tersebut, seperti contohnya, methylammonium lead halide (CH3NH3PbI3). Material perovskite CH3NH3PbI3 ini menggunakan senyawa inorganik timbal klorida (PbCl2), dimana senyawa tersebut memiliki toksisitas yang tinggi dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan, seperti kerusakan sistem saraf, otak, kanker, dan lainnya. Berbagai penelitian telah menunjukkan secara lebih lanjut bagaimana pengaruh timbal klorida terhadap kesehatan. Namun, belum ada penelitian yang secara langsung membahas mengenai bagaimana pengaruh jumlah kandungan PbCl2 terhadap karakteristik elektris sel surya perovskite CH3NH3PbI3. Pada skripsi ini dibahas mengenai pengaruh jumlah kandungan PbCl2 terhadap karakteristik elektris sel surya perovskite CH3NH3PbI3. Pada skripsi ini pula, difabrikasikan tiga sel surya pervoskite dengan lapisan aktif perovskite yang memiliki jumlah kandungan PbCl2 yang berbeda, yaitu 120 mg, 130 mg, dan 140 mg. Dari fabrikasi yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa peningkatan jumlah kandungan PbCl2 membuat sel surya CH3NH3PbI3 memiliki karakteristik elektris yang lebih baik. Sel dengan performa terbaik pada penelitian ini adalah sel dengan140 mg PbCl2, dengan nilai Voc = 0,879 V;

ABSTRACT
Isc =3,3 mA, FF = 0,47 dan η = 0,88%. Perovskite solar cells has reached 23.3% from 3.8% efficiency only in a few years range. The main material that used in perovskite solar cells are materials with perovskite structure as an active layer of those cells, such as methylammonium lead halide (CH3NH3PbI3). CH3NH3PbI3 perovskite contains inorganic compound lead chloride (PbCl2), which has high toxicity that can cause health hazards, such as damage to nervous systems, brain, cancer, etc. Many researches has shown further how the influence of lead chloride on health. However, there are currently no research that directly discusses about the effect of the amount of PbCl2 content on the electrical characteristics of CH3NH3PbI3 perovskite solar cell. This research discusses the effect of the amount of lead chloride on the electrical characteristics of perovskite solar cell. Three perovskite solar cells were fabricated in this research which the active perovskite layer has varying amounts of PbCl2 content, namely 120 mg, 130 mg, and 140 mg. The results of the fabricated cells shows that the increase in the amount of PbCl2 content makes the CH3NH3PbI3 solar cells have better electrical characteristics. Cell with the best performance in this research is the cell with 140 mg amounts of PbCl2 content, with the value Voc = 0,879 V, Isc = 3,3 mA, FF=0,47, and η=0,88%."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Bambang Suryawan
"Zeolit adalah salah satu material yg memiliki property seperti LiCI dan silica gel dlm kemampuannya menyerap kandungan air dari udara. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh zeolit alam lampung yg diaktivasi dengan dealuminasi 3% Hf dan NH CI serta kalsinasi pada 120 %c. Untuk menunjukkan kurva karakteristik equilibrium Moisture content (EMC) temperatur kamar dijaga pada 25°C. Dengan laju aliran udara 1,2 m/s, dengan variasi relative hamidity (RH) aliran udara. Hasil penelitian ini kemudian dibandingkan dengan zeolit alam lampung refernsi yg diaktivasi hanyadengan pencucian dan pemanasan pada temperatur 180 oC tanpa dealuminasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dealuminasi HF tidak memberikan pengaruh yg bermakna dalam kemampuan adsorbsi zeolit ini. Hal ini dapat terlihat pada nilai EMC yang terendah zeolit ini bila dibandingkan dengan zeolit referensi sampai 0,0124 grup air/g zeolit kering pada RH 56,9 %. Selanjutnya laju adsorbsi zeolit dengan dealuminasi ternyata lebih rendah dari pada zeolit referensi untuk setiap RH dengan perbedaan nilai sampai 4,75 jam pada RH 47,5 %. Sehingga dapat disimpilkan secara umum bahwa proses perlakuan panas terhadap zeolit sampai temperatur 180°C akan meningkatkan kapasitas adsorbsinya bila dibandingkan dengan zeolit dengan dealuminasi HF dan kalsinasi pada temperatur 120°C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
JUTE-XVI-1-Mar2002-9
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Hardwiyantoro
"Telah dilakukan penelitian untuk melihat pengaruh penyuntikan CdCl~ dosis tunggal intraperitoneal terhadap .<;. malformasi mor-fologi luar fetLts mencit galur CBR. Penyuntikan dilakukan pada hari ke-7 kehamilan terhadap 30 ekor induk yang dib~gi menjadi 3 kelompok perlakuan, yaitu kelompok penyuntikan 0 mg CdC1 2 /kg b.b. (plasebo); 2,5 mg CdC12 /kg b.b.; dan 3,5 mg CdC1 2 /kg b.b. dengan pelarut akuabidestilata. Pada hari ke-18 kehamilan induk dibunuh, kondisi intrauterin dicatat, dan fetus dimasukkan dalam larutan Bouin. Pengamatan dilakukan dengan membandingkan morfologi luar fetus perlakuan dengan plasebo, dan malformasi luar ditetapkan berdasarkan literatur. Hasil Uji Kruskal-Wallis (a = 0,05) terhadap persentase kegagalan berimplantasi, berat dan panjang badan fetus tidak berbeda nyata. Hasil Uji Jonckheere-Terpstra (a = 0,05) menunjukkan kematian pasca implantasi dan malformasi morfologi luar cenderung meningkat seiring kenaikan dosis. Deviasi morfologi yang ditemukan yaitu: hematoma, fusi plasenta, dan retardasi pertumbuhan. Hasil Uji Kruskal-Wallis terha~ dap malformasi polidaktili ekstremitas depan berbeda nyata pada seluruh kelompok penyuntikan, namun tidak berbeda terhadap malformasi eksensefali."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1993
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>