Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gita Lestari Putri
Abstrak :
ABSTRAK
Kualitas air Waduk Jatiluhur sebagai air baku Kawasan Industri Jababeka semakin menurun sehingga mengakibatkan beban pengolahan Water Treatment Plant (WTP) Jababeka semakin berat dan biaya pengolahan menjadi semakin tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peluang penerapan daur ulang air berdasarkan perbandingan kualitas air baku dan air efluen pengolahan air limbah serta menentukan teknologi daur ulang air yang paling sesuai untuk diterapkan. Perbandingan kualitas air berupa pH, BOD, COD, TSS, dan fecal coliform dilakukan menggunakan grafik box & whisker plot dan uji statistik t-test. Perbandingan pada parameter BOD dan fecal coliform menunjukkan hasil yang tidak berbeda signifikan, sedangkan perbandingan pada parameter pH, COD dan TSS menunjukkan hasil yang berbeda signifikan. Namun, nilai TSS pada efluen Wastewater Treatment Plant (WWTP) jauh lebih baik dibanding dengan influen WTP. Oleh karena itu, daur ulang air limbah berpeluang lebih besar untuk diterapkan. Tiga teknologi daur ulang air terpilih, yaitu reverse osmosis, ultrafiltrasi, dan activated carbon + klorinasi dibandingkan dengan beberapa parameter perbandingan, yaitu kebutuhan energi, biaya konstruksi, biaya operasional dan perawatan, kebutuhan lahan, dan efisiensi penyisihan dengan bobot sebesar 28%, 25%, 23%, 13%, dan 11% berturut-turut. Perbandingan teknologi daur ulang air dilakukan menggunakan metode ranking. Berdasarkan metode tersebut, teknologi reverse osmosis, ultrafiltrasi, dan activated carbon+klorinasi masing-masing mendapatkan skor 1,51; 2,13; dan 2,23 berturut-turut sehingga teknologi activated carbon + klorinasi menjadi teknologi yang paling sesuai untuk diterapkan.
ABSTRACT
Water quality of Jatiluhur Reservoir as raw water for Jababeka Industrial Estate is decreasing and resulting the processing load of Water Treatment Plant (WTP) Jababeka to be heavier and higher in processing costs. This study is aimed to assess the opportunities of applying water recycling based on comparison between raw water and effluent of wastewater and to determine the most appropriate technology to be applied. Comparisons of water quality, such as pH, BOD, COD, TSS and fecal coliform was performed using box and whisker plot graphs and statistical t-test. Comparison of BOD and fecal coliform showed results that did not differ significantly, whereas the comparison of pH, COD and TSS showed significantly different results. However, the value of TSS in effluent of Wastewater Treatment Plant (WWTP) is much better than influent of WTP. Therefore, wastewater recycling has greater opportunity to be applied. Three water recycling technology were chosen, namely reverse osmosis, ultrafiltration, and activated carbon + chlorination compared by some parameters of comparison, which are energy requirement, construction cost, operating and maintenance cost, land requirement, and removal efficiency with weights of 28%, 25%, 23%, 13% and 11% respectively. Comparison of water recycling technology was done using ranking method. Under this method, reverse osmosis, ultrafiltration, and activated carbon + chlorination get score 1,51; 2,13; and 2,23 respectively so that activated carbon + chlorination technology is the most appropriate technology to be applied.
2016
S65479
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Nur Arifah
Abstrak :

Berdasarkan data kualitas air IPA 3 Gading Serpong, mangan pada air baku melebihi standar 0,1 mg/L dan kadar sisa klor air produksi masih di bawah standar 0,2-1 mg/L. Untuk menentukan dosis optimum NaOCl dalam menurunkan mangan air baku dan meningkatkan sisa klor air produksi serta menganalisis perbandingan proses pengolahan air dengan oksidasi dan tanpa oksidasi, dilakukan penelitian dengan simulasi proses pengolahan air pada skala laboratorium. Percobaan tahap pertama bertujuan menentukan dosis optimum NaOCl dalam menurunkan kandungan mangan dengan variasi dosis NaOCl 4, 6, 8, dan 10 ppm. Percobaan tahap kedua bertujuan membandingkan proses pengolahan air dengan dan tanpa oksidasi. Percobaan tahap ketiga dilakukan untuk melihat hubungan oksidasi terhadap post-klorinasi. Parameter yang digunakan dalam penelitian adalah mangan, kekeruhan, pH, dan sisa klor. Hasil penelitian menunjukkan dosis optimum untuk oksidasi mangan adalah 8 ppm dengan penurunan mangan sebesar 29%. Hasil kualitas air terbaik dimiliki oleh sampel yang disertai proses oksidasi 8 ppm dengan penambahan klor 60 ppm pada proses post-klorinasi yang memiliki kekeruhan 0,97 NTU, pH 7,7, dan sisa klor 0,26 mg/L. Proses oksidasi dan post-klorinasi tersebut dapat diimplementasikan pada IPA 3 Gading Serpong dengan mudah tanpa penambahan sumber daya yang signifikan. ......WTP 3 Gading Serpong water quality data shows that raw water manganese surpasses 0,1 mg/L and treated water residual chlorine remains below 0,2-1 mg/L. A laboratory-scale simulation was used to identify the optimal dose of NaOCl to reduce raw water manganese and increase treated water residual chlorine, as well as to compare the water treatment process with and without oxidation. The first phase of the trial tested NaOCl doses of 4, 6, 8, and 10 ppm to reduce manganese levels. The second phase trial compares water treatment processes that include and exclude oxidation. In the third phase, the relationship between oxidation and postchlorination was investigated. Manganese, turbidity, pH, and residual chlorine are the study's parameters. The study found that an optimal dose of 8 ppm for manganese oxidation resulted in a 29% reduction in manganese. The best results for water quality are obtained with samples that have an oxidation process of 8 ppm and an addition of 60 ppm chlorine in the post-chlorination process with a turbidity of 0.97 NTU, a pH of 7.7, and a residual chlorine of 0.26 mg/L. The oxidation and post-chlorination processes can be implemented at WTP 3 Gading Serpong easily without adding significant resources.

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brilyana Bela Islami
Abstrak :
ABSTRAK Klorinasi adalah pengolahan air limbah tersier yang berfungsi untuk menginaktivasi patogen dan zat organik yang umumnya diletakkan pada unit terakhir WWTP dan WTP. Terdapat dua jenis klorinasi, yaitu klorinasi satu tahap OSC dan klorinasi dua tahap TSC . Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan efisiensi penyisihan total koliform dan zat organik pada metode OSC dan TSC untuk menghasilkan air baku untuk air bersih. Variabel bebas dari penelitian ini adalah dosis optimum, waktu interval, dan rasio dosis pembubuhan desinfektan. Klorinasi dilakukan dengan sistem batch dan skala laboratorium pada sampel yang berasal dari efluen WWTP 2 Jababeka yang telah mengalami proses adsorpsi karbon aktif. Desinfektan yang digunakan adalah Ca OCl2 . Hasil menunjukkan bahwa dosis optimum OSC sebesar 80 mg/L. Sedangkan, kondisi optimum pada TSC dicapai pada rasio pembubuhan 5:1 dan waktu interval 50 detik. Dibandingkan dengan OSC, TSC dapat meningkatkan efisiensi untuk parameter COD, BOD, zat organik KMnO4 , dan total koliform berturut-turut sebesar 12 , 35 , 24 , dan 0,39-log reduction. Akan tetapi, metode OSC dan TSC tidak memengaruhi konsentrasi amonia secara signifikan. TSC dapat mereduksi pembentukan THM hingga 13 . Menurut PP No. 82 Tahun 2001 Kelas I, parameter COD dan BOD belum memenuhi baku mutu, tetapi untuk parameter total koliform telah memenuhi baku mutu. Sedangkan menurut Permenkes No. 416 Tahun 1990 tentang Kualitas Air Bersih, parameter zat organik dan total koliform pada air perpipaan belum memenuhi baku mutu, tetapi total koliform untuk air bukan perpipaan telah memenuhi baku mutu. Dengan demikian, efluen TSC tidak dapat digunakan sebagai air bersih secara langsung dan diperlukan pengolahan terlebih dahulu sebelum konsumsi melalui WTP 2 Jababeka.
ABSTRACT
Chlorination is tertiary wastewater treatment to inactivate pathogen and remove organic substances, where generally placed on the last unit in WWTP and WTP. There are two methods of chlorination, namely One step Chlorination OSC and Two step Chlorination TSC . The purpose of this research was to compare disinfection efficiency of total coliform and organic substances in effluent of OSC and TSC, in order to produce raw water for clean water. Independent variables of this research were dosage, time interval, and dosage ratio of disinfectant. Chlorination were demonstrated in batch system and laboratory scale for effluent of WWTP 2 Jababeka, which had adsorption beforehand. Ca OCl2 was used as disinfectant substance. Results showed that the optimum dosage for OSC is 80 mg L. Meanwhile, TSC attained its highest effiency at time interval of 50s and dosage ratio of 5 1. Compared to OSC, TSC could enhance disinfection efficiency for COD, BOD, organic matter KMnO4 , and total coliform up to 12 , 35 , 24 , and 0,39 log reduction respectively. However, OSC and TSC did not significantly affect ammonia concentration. Also, THM formation could be reduced up to 13 by using TSC method. According to Government Regulation No.82 2001 for Class I, COD and BOD have not met the quality standards, however total coliform has fulfilled the standards. Whereas, according to Minister of Health Regulation No. 416 1990 for Quality of Clean Water, organic matter and total coliform for pipeline water did not met the standards. However, total coliform for water non piped water has complied the standard. Thus, efluent of TSC can not be directly used for clean water in public use and required processing before consumption through WTP 2 Jababeka.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Hadi Aviciena
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
T39841
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Ramos Suryanta L.
Abstrak :
Sungai Cibeureum merupakan sumber air baku yang saat ini diolah pada unit pengolahan air untuk kebutuhan air domestik di lapangan Salak. Hujan deras dan sedimentasi yang terjadi pada sungai Cibeureum telah menyebabkan menurunnya kualitas air baku yang didistribusikan ke unit pengolahan air sehingga air olahan tidak memenuhi standar kesehatan. Keadaan di lapangan Salak ini harus diatasi karena dapat mengancam kesehatan pekerja di lapangan Salak. Ada beberapa pilihan untuk mengatasi masalah ini yakni, mengganti sumber air baku, upgrading pada proses yang sudah ada ataupun pembangunan ulang unit pengolahan air beserta sistem distribusinya. Solusi yang dipilih untuk mengatasi masalah penyediaan air bersih untuk kebutuhan domestik di lapangan Salak ini adalah menggunakan sungai Cikuluwung sebagai sumber air baku, menggunakan teknologi membran untuk pengolahannya dan material pipa carbon steel untuk saluran distribusi air bersihnya. Dalam usulan rancangan proses ini diberikan tambahan rute berupa koagulasi, flokulasi, sedimentasi dan klorinasi sebelum memasuki unit membrane ultrafiltrasi. Tujuannya adalah untuk mengantisipasi terjadinya lonjakan turbidity yang ekstrim sebagaimana yang pernah terjadi pada sungai Cibeureum. Basis dalam perancangan alat yang digunakan pada proses ini adalah kebutuhan air domestik yang dihitung dengan memperkirakan kebutuhan pekerja dan alat yang ada dilapangan Salak kemudian dengan menggunakan beberapa rule of thumb bisa diketahui kebutuhan air domestik dilapangan. Dimensi unit flokulasi hasil rancangan adalah luas penampang (1x1 m2) dan panjang 7 m. Unit sedimentasi memiliki dimensi panjang 5.46 m, lebar 2.73 m dan tinggi 3.33 m. Untuk penyaringan dengan membran ultrafiltrasi sendiri dibutuhkan modul membran dengan total luas 226.6 m2. Hasil dari perhitungan hidraulika adalah daya pompa yang dibutuhkan untuk unit distribusi air bersih yakni 12.63 hp untuk pompa menuju transfer tank dan 5.62 hp untuk menuju quarry sementara itu, tekanan hidrostatis maksimal yang harus mampu ditahan oleh material pipa yakni sebesar 288.54 psig. Dari perhitungan biaya produksi air bersih diperoleh biaya per-m3 untuk masing-masing teknologi yakni : Rp. 6,335 untuk teknologi membran, Rp. 6,617 untuk sand filter+karbon aktif+klorinasi dan Rp. 5,483 untuk koagulasi+flokulasi+klorinasi. ......Cibeureum river is the raw water source to be treated in water treatment plant to meet domestic water demand in Salak field. Heavy rain and sedimentation that was occurred in Cibereum river recently make the raw water quality decrease so that the existing water treatment unit cannot handle. This condition is not acceptable and must be solved because it is not safe for the worker's health in Salak field. There are some alternatives to solve this problem, change raw water source, upgrade the existing water treatment unit or build a new water treatment unit and it's distribution system. The alternative chosen for this problem is using Cikuluwung river as a raw water source, using membrane technology for treatment, and carbon steel pipe for clean water distribution. In this proposed process, there are some additional route such as coagulation, flocculation, sedimentation and chlorination before entering membrane ultra filtration unit. It will be used to anticipated extreme turbidity raising in the same manner as Cibereum river does. Basis in the equipment sizing which is used in this process is the domestic water needs calculated by estimating worker and equipment needed and using some rule of thumb. Flocculation unit dimensions are (1x1 m2) cross sectional area and 7 m length. Sedimentation unit dimensions are 5.46 m length, 3.33 m height and 2.73 m width. Filtration with membrane needs total area 226.6 m2 of membrane module. The result of hydraulic calculation is sizing the pump capacity requirement to deliver the treated water to end users. 12,63 hp pump to deliver raw water from Cikuluwung river to transfer tank and 5,62 hp pump to deliver water to quarry. The maximum calculated hydrostatic pressure is 288.54 psig. Based on the economic calculation, the operational cost per-m3 are : IDR 6.573 for membrane technology, IDR 6.719 for sand filter+carbon-active+chlorination technology and IDR 5.571 for koagulation + flocculation + chlorination technology.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49646
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library