Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 35 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Dzaky Darmawan
Abstrak :
Latar belakang: Kanker kolon merupakan salah satu kanker yang paling sering didiagnosis di dunia, termasuk Indonesia. Pengobatan yang tersedia memiliki tingkat keberhasilan tidak memuaskan dengan berbagai komplikasi sekunder. Lunasin telah dikembangkan karena aktivitasnya yang mencolok dalam menghambat perkembangan kanker. Caspase-3 merupakan mediator utama apoptosis yang digunakan sebagai penanda kemanjuran terapi kanker. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh lunasin terhadap ekspresi Caspase-3 pada kolon mencit yang diiinduksi DSS dan AOM. Metode: Mencit Swiss-Webster jantan berjumlah tiga puluh ekor dengan rerata berat badan 20 gram dibagi dalam enam kelompok yang terdiri dari kontrol normal, kontrol negatif, kontrol positif, lunasin dosis 250 mg/kgBB, 300 mg/kgBB, dan 350 mg/kgBB. Seluruh kelompok kecuali kontrol normal diinduksi DSS dan AOM. Kontrol positif menerima aspirin. Kolon mencit dibuat preparat menggunakan pewarnaan imunohistokimia dan HE sebagai counterstain. Preparat dibaca di mikroskop dan h-score menggunakan immunohistochemistry profiler. Hasil: Seluruh kelompok kontrol normal (mean=250,13), kontrol negatif (mean=133,22), kontrol positif (mean=214,83), lunasin dosis 250 mg/kgBB (mean=163,35), 300 mg/kgBB (mean=189,94), dan 350 mg/kgBB (mean=216,43) terdapat perbedaan signifikan kecuali antara kelompok kontrol positif dengan dosis 350 mg/kgBB. Selain itu, terdapat ekspresi Caspase-3 lebih tinggi yang signifikan seiring peningkatan dosis lunasin. Kesimpulan: Lunasin dosis 250 mg/kgBB, 300 mg/kgBB, dan 350 mg/kgBB terbukti berpengaruh meningkatkan ekspresi Caspase-3 kolon mencit yang diinduksi DSS dan AOM. ......Background: Colon cancer is one of the most frequently diagnosed cancers in the world, including Indonesia. Currently available treatment has an unsatisfactory success rate with a variety of secondary complications. Lunasin has been developed for its striking activity in inhibiting the development of cancer. Caspase-3 is the main mediator of apoptosis which is used as a marker of cancer therapeutic efficacy. This study aimed to prove the effect of lunasin on Caspase-3 expression in the colon of mice induced by DSS and AOM. Methods: Thirty male Swiss-Webster mice with an average body weight of 20 grams were divided into six groups consisting of normal control, negative control, positive control, doses of lunasin 250 mg/kgBW, 300 mg/kgBW, and 350 mg/kgBW. All groups except normal controls were induced by DSS and AOM. Positive controls received aspirin. Mice colons were prepared using immunohistochemical staining and HE as a counterstain. The preparations were read under a microscope and h-score using an immunohistochemistry profiler. Results: In all groups of normal control (mean=250.13), negative control (mean=133.22), positive control (mean=214.83), doses of lunasin 250 mg/kgBW (mean=163.35), 300 mg/kgBW (mean=189.94), and 350 mg/kgBW (mean=216.43) there were significant differences except between the positive control group with 350 mg/kgBW group. In addition, there was a significantly higher Caspase-3 expression as the dose of lunasin increased. Conclusion: Lunasin 250 mg/kgBW, 300 mg/kgBW, and 350 mg/kgBW proved to have an effect on increasing the expression of Caspase-3 in the colon of mice induced by DSS and AOM.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rasya Cyka Prameswari
Abstrak :
Diabetes Melitus dan Kanker Kolon merupakan penyakit yang banyak dialami oleh masyarakat Indonesia. Namun belum dilakukan penelitian sejenis yang menghubungkan Diabetes Melitus terhadap Kesintasan Kanker Kolon yang berasal dari Registrasi Kanker Berbasis Rumah Sakit. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan Diabetes Melitus terhadap kesintasan Kanker Kolon. Desain studi yang digunakan adalah kohort retrospektif. Populasi penelitian merupakan 939 pasien Kanker Kolon di RSKD pada tahun 2013-2017. Sampel penelitian adalah 257 pasien Kanker Kolon yang mendapatkan pengobatan di RSKD pada tahun 2013-2017 dengan metode total sampling. Data yang digunakan merupakan data Registrasi Kanker di Indonesia dan rekam medik elektronik RSKD. Hasil penelitian diperoleh kesintasan Kanker Kolon 1 tahun, 3 tahun, dan 5 tahun pada pasien Kanker Kolon yang memiliki Diabetes Melitus di RSKD tahun 2013-2017 berturut-turut sebesar 64,80%, 59,81%, dan 51,27%. Pasien Kanker Kolon di RSKD tahun 2013-2017 yang memiliki Diabetes Melitus, memiliki risiko sebesar 1,51 (95% CI: 0,794-2,883) kali untuk terjadi kematian dibandingkan dengan pasien Kanker Kolon yang tidak memiliki Diabetes Melitus setelah dikontrol dengan usia, jenis kelamin, grade, dan metastasis. Namun asosiasi tersebut tidak bermakna secara statistik. ......Diabetes mellitus and colon cancer are diseases that are widely experienced by the people of Indonesia. However, no similar studies have been conducted linking diabetes mellitus to colon cancer survival derived from Hospital-Based Cancer Registries. The purpose of the study was to determine the association of Diabetes Mellitus to the survival of Colon Cancer. The study design used was a retrospective cohort. The study population was 939 Colon Cancer patients at RSKD in 2013-2017. The study sample was 257 Colon Cancer patients who received treatment at RSKD in 2013-2017 with the total sampling method. The data used are Cancer Registration data in Indonesia and RSKD electronic medical records. The results of the study showed the survival of Colon Cancer by 1 year, 3 years, and 5 years in Colon Cancer patients who had Diabetes Mellitus at RSKD in 2013-2017 respectively, by 64.80%, 59.81%, and 51.27%. Colon Cancer patients at RSKD in 2013-2017 who had Diabetes Mellitus, had a risk of 1.51 (95% CI: 0.794-2.883) times for death compared to Colon Cancer patients who did not have Diabetes Mellitus after controlling for age, sex, grade, and metastasis. But the association was not statistically meaningful.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Livinda Orceila Librianto
Abstrak :
Latar belakang: Kasus kanker terus meningkat setiap tahunnya. Begitu pula dengan kanker kolon. Selain itu, belum terdapat penelitian mengenai pendeteksian kanker kolon menggunakan spektrofotometri autofluoresensi. Tujuan: Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbedaan panjang gelombang dan intensitas cahaya reflektans pada sediaan preparat blok parafin jaringan kolon normal, radang, dan prekanker mencit menggunakan spektrofotometri autofluoresensi dengan menilai sensitivitas dan akurasinya. Metode: Penelitian ini mengukur panjang gelombang dan intensitas cahaya reflektans pada jaringan kolon normal, radang, dan prekanker mencit dengan spektrofotometri autofluoresensi bersumber cahaya ultraviolet (UV) pada panjang gelombang 420,2—762,9 nm. Kemudian dianalisis dengan menggunakan SPSS untuk menguji hipotesis dan normalitas data serta Orange Data Mining yang ditinjau dengan machine learning untuk mengetahui sensitivitas, spesifisitas, akurasi, precision, serta recall. Hasil: Tidak terdapat perbedaan signifikan panjang gelombang reflektans antara 3 kelompok jaringan kolon (normal, radang, dan prekanker) dengan akurasi 56,7% dan tidak ditemukan perbedaan signifikan panjang gelombang reflektans antara 2 kelompok jaringan (radang dengan prekanker) dengan sensitivitas 66,67% dan nilai diagnosis buruk. Namun, ditemukan 175 panjang gelombang reflektans dengan perbedaan signifikan dalam membedakan jaringan kolon normal dengan radang atau prekanker dengan sensitivitas 72,73%—100% dan nilai diagnosis baik hingga sangat baik. Kesimpulan: Spektrofotometri autofluoresensi bersumber cahaya ultraviolet (UV) dapat mengklasifikasikan 2 kelompok jaringan kolon, yakni jaringan kolon normal dengan jaringan kolon radang atau prekanker. Namun, tidak dapat mengklasifikasikan 3 kelompok jaringan kolon, yakni jaringan kolon normal, radang, dan prekanker serta 2 kelompok jaringan kolon radang dengan prekanker. ......Introduction: Cancer cases are increasing annually, including colon cancer. Furthermore, early detection of colon cancer using autofluorescence spectrophotometry also hasn't been done before. Objectives: This research aims to comprehend the difference between reflectance wavelength and light intensity in normal, inflammation, and precancerous mice's colon tissues in paraffin block samples using autofluorescence spectrophotometry by assessing its accuracy and sensitivity. Method: This research measured reflectance wavelength and light intensity of normal, inflammation, and precancerous mice's colon tissue using autofluorescence spectrophotometry with ultraviolet light, in the range of 420.2—762.9 nm. Afterward, it was analyzed by SPSS to test the hypothesis and data normality, also Orange Data Mining's machine learning to determine its sensitivity, specificity, accuracy, precision, and recall. Result: There was no significant difference in reflectance wavelength between 3 groups of colon tissues (normal, inflammation, and precancerous) with accuracy valued at 56.7%, also between 2 groups of colon tissues (inflammation and precancerous) with sensitivity valued at 66.67% and "poor" diagnostic value. Nonetheless, there were 175 significantly different reflectance wavelengths to differentiate normal with inflammation or precancerous colon tissue with sensitivity valued at 72.73%—100% and "good" to "excellent" diagnostic value. Conclusion: Autofluorescence spectrophotometry with ultraviolet (UV) light can classify 2 groups of colon tissue, i.e. normal with inflammation or precancerous colon tissue. Otherwise, it cannot classify 3 groups of colon tissue (normal, inflammation, precancerous) at a time and 2 groups of colon tissue (inflammation and precancerous).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadits Lissentiya Armal
Abstrak :
ABSTRAK
Peradangan kronik saluran cerna seperti Inflammatory Bowel Disease (IBD) berisiko menjadi karsinoma kolorektal, disebabkan oleh ketidakseimbangan mikrobiota komensal dan patogen. Dadih sebagai probiotik dapat mempertahankan keseimbangan mikrobiota usus sehingga mengurangi risiko radang usus. Untuk melihat keefektifan probiotik susu kerbau hasil fermentasi lokal berasal dari Sumatera Barat yang mengandung Bakteri Asam Laktat, dilakukan penelitian menggunakan hewan coba. Desain penelitian eksperimental menggunakan 4 kelompok mencit Balb/c terdiri dari 6 ekor per kelompok yakni, kelompok normal diberi aquades 8 minggu, kelompok (+) dadih diberi dadih 8 minggu (112 mg/20g/BB), kelompok (+) DSS mencit diberi DSS konsentrasi 3% sebanyak 3 siklus 6 minggu, serta kelompok uji diberi dadih 8 minggu dan DSS sebanyak 3 siklus. Mencit kemudian di-euthanasia dan diambil darah intrakardiak. Kadar sitokin TNF-alpha, IL-1β dan IL-10 diperiksa menggunakan Luminex dari serum. Dadih yang digunakan mengandung bakteri Lactococcus lactis subsp. lactis sebanyak 3x107 CFU/gram. Ada beda signifikan kadar TNF-alpha (p=0,033) dan IL-1β (p=0,007) antar kelompok namun tidak terdapat perbedaan signifikan IL-10 antar kelompok (p=0,091). Serta, ada beda signifikan kadar sitokin TNF-alpha mencit diberi dadih dan DSS dengan median kadar sitokin 26,641 (16,027-35,206) lebih rendah dibandingkan mencit yang hanya diberi DSS 41,220 (36,226-101,920) namun, median kadar sitokin IL-10 lebih tinggi sebesar 109,951 (92,621-130,436) dibandingkan mencit DSS sebesar 85,164 (57,292-111,548) serta tidak terdapat perbedaan signifikan untuk IL-1β. Dadih sebagai probiotik dapat meningkatkan kadar sitokin anti-inflamasi dan menurunkan sitokin pro-inflamasi dalam keadaan radang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dadih dapat digunakan untuk mencegah terjadinya peradangan usus.
ABSTRACT
Chronic inflammation in the gastrointestinal tract, such as Inflammatory Bowel Disease (IBD), is a risk factor for colorectal cancer (CRC) causes the imbalance between commensal and pathogen microbiota in the intestine. Dadih could improve the balance between commensal and pathogen bacteria, and also between pro-inflammatory and anti-inflammatory responses. Aim of this research is to see the effectiveness of probiotic made from locally fermented buffalo milk originating from West Sumatra using animal model. This in vivo experimental research used 4 groups of Balb/c mice consisted of 6 mice per group there are normal group mice indued by aquades for 8 weeks, DSS(+) group mice induced by dadih for 8 weeks with doses 112mg/20g/BB, DSS(+) group mice induced DSS with concentration 3% as much as 3 cycle for 6 weeks and the last treatment group mice induced dadih for 8 weeks and DSS dor 6 weeks. The further more, mice doing euthanasia and taking blood to get the serum. Serum will be using for cytokine investigation consist of TNF-alpha, IL-1β and IL-10 with Luminex. The results showed dadih contained Lactococcus lactis ssp. lactis with 3x107 CFU/gram. The significant differences in TNF-alpha and IL-1β level with p = 0,033 and 0.007 respectively. However, there was no significant difference in IL-10 (p = 0.091). A further test was conducted to see the differences between groups the results showed that there were significant differences in TNF-alpha mice induced dadih+DSS group has median cytokine lower than DSS group equal to 26,641 (16,027-35,206) than 41,220 (36,226-101,920) but IL-10 cytokine dadih+DSS group has higher median cytokine 109,951 (92,621-130,436) than DSS group has 85,164 (57,292-111,548), but was no significant different at IL-1β cytokine. This research showed that dadih could enhance anti-inflammatory cytokines and suppress pro-inflammatory cytokines. Therefore, as locally made probiotic, dadih could be used to prevent intestinal inflammation.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59188
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dilla Firzan
Abstrak :
ABSTRACT
Malaria prevalence in Indonesia is high, with half of the provinces considered as endemic area. Up until now, Indonesian people used to use Sambiloto and Spirulina as a cure for several inflammatory diseases. This research was done to see the effect of Sambiloto and Spirulina combination from histopathologic aspect in medial colon of P. berghei infected mice. The data from clincal experiment uses Male Swiss Webster mice that has been infected with Plasmodium berghei Anka where they are divided into 4 different groups as follows The first group with Sambiloto the second group with Sambiloto and extract Spirulina the third group with Sambiloto and powder Spirulina the fourth group control with DHP. The data analysed using Shapiro Wilk reveal normal distribution in all groups. Continued with ANOVA test, followed by Tukey Post Hoc test on the significant data, and Kruskal Wallis test for insignificant data. The result show Spirulina group present a significant result in reducing the inflammatory focus and angiogenesis which most likely came from anti inflammatory attribute from the phycocyanin. While the correlation between Sambiloto Spirulina with the goblet cell and dysplasia rate on the infected mice are insignificant, as it requires prolonged inflammation process in order to achieve the optimal result.
ABSTRAK
Malaria masih menjadi momok kesehatan di Indonesia karena tingginya prevalensi dan luasnya daerah endemik. Penggunaan obat tradisional dari tumbuh-tumbuhan sangat dekat dengan keseharian masyarakat Indonesia sejak dulu, seperti Sambiloto dan Spirulina yang diduga memiliki banyak khasiat seperti anti-inflamasi dari substans flavonoid dan juga angiostatik dari phycocyanin. Riset ini dilakukan untuk mengetahui efek dari kombinasi Sambiloto dan Spirulina pada aspek histopatologi kolon media tikus yang diinfeksikan dengan P. berghei Anka. Data percobaan ini berasal dari mencit Swiss Webster jantan yang sudah diinfeksikan dengan P. berghei anka. Mencit dibagi menjadi 4 kategori; kelompok pertama diberikan Sambiloto, kelompok kedua diberikan Sambiloto dengan ekstrak Spirulina, kelompok ketiga diberikan Sambiloto dan bubuk Spirulina, dan kelompok keempat sebagai kontrol yang telah diberi terapi DHP. Data kemudian diproses dengan uji Saphiro-Wilk dengan hasil distribusi normal. Olah data dilanjutkan dengan uij ANOVA, kemudian uji Tukey Post Hoc untuk hasil yang signifikan dan uji Kruskal Wallis untuk hasil tidak signifikan. Hasil riset membuktikan penambahan Spirulina memberikan perubahan signifikan pada kolon medial mencit, terutama pada fokus inflammasi dan juga angiogenesis. Namun, efek pada jumlah sel Goblet dan displasia tidak memberikan hasil signifikan karena dibutuhkan proses inflamasi yang berkepanjangan untuk mencapai hasil yang optimal.
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Anggraeni M. Saleh
Abstrak :
ABSTRAK
Pemanfaatan ganggang sebagai komoditi perdagangan atau bahan baku industri masih relatif kecil jika dibandingkan dengan keanekaragaman ganggang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek Ganggang Coklat Turbinaria decurrens Bory pada jumlah tumor hewan model kanker kolon yang diinduksi AOM Azoksimetan dan DSS Dextran Sodium Sulfat . Penelitian ini dimulai dengan membagi hewan uji sebanyak 36 ekor dalam 6 kelompok, kelompok normal yang tidak diberi perlakuan, kelompok kontrol positif yang diberikan celekoksib, Kontrol negatif yang tanpa pemberian ekstrak, kelompok dosis 1 3.61 mg/20 g , dosis 2 7.22 mg/20 g dan dosis 3 14.4 mg/20 g . Setiap kelompok uji di induksi dengan Azoksimetan pada hari pertama dan ditunggu hingga seminggu, selanjutnya dilakukan induksi Dekstran Sodium Sulfat 2 dengan menggunakan sonde lambung selama 5 hari. Setelah induksi DSS yang pertama hewan lalu hanya diberikan induksi ekstrak selama 16 hari, selanjutnya dilakukan induksi DSS 2 selama 5 hari. Induksi ini diberikan pada semua hewan uji kecuali kelompok normal. Setelah DSS siklus 2 diberikan maka hewan diberikan ekstrak selama 16 hari. Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari dan untuk hewan yang mati dicatat setiap harinya. Diakhir penelitian hewan disakrifasi dan dibedah usus besarnya kemudian dihitung jumlah rata-rata tumor yang ada. Hasil yang diperoleh yaitu ekstrak etanol 70 ganggang coklat Turbinaria decurrens Bory memiliki efek untuk menghambat pertumbuhan tumor pada hewan model kanker kolon yang diinduksi oleh AOM dan DSS dan memiliki kemampuan bertahan hidup yang lebih dari 50 yaitu sebesar 66.67 . Dosis yang dapat menghambat pertumbuhan tumor dengan baik adalah dosis 1 yaitu 3.61 mg/20 g.
ABSTRACT
Utilization of algae as a commodity trade or industrial raw materials is still relatively small when compared with the diversity of algae, whereas Indonesia is known as an archipelago country which two thirds of its territory is the sea and has the longest coastline in the world that is 81 thousand km. This study aims to determine the effect of Turbinaria decurrens Bory Chocolate Algae on the number of animal tumors modeled by AOM Azoxymethane colon cancer and DSS Dextran Sodium Sulfate . The study began by dividing the test animals by 36 in six groups, the untreated normal group, the positive control group given celecoxib, negative control without extract, dose group 1 3.61 mg 20 g , dose 2 7.22 mg 20 g and a dose of 3 14.4 mg 20 g . Each test group was induced with Azoxymethane on the first day and waited up to a week, then induction of 2 Sodium Sulfate Dextran by using gastric sonde for 5 days. After the first DSS induction the animals were then only given induced extract for 16 days, then 2 DSS induction was done for 5 days. This induction is given to all test animals except for the normal group. After DSS cycle 2 is given then the animal is given extract for 16 days. Weight measurements are taken daily and for dead animals are recorded daily. At the end of the study the animal is disacrified and the colon surgery is then calculated the average number of tumors present. The results obtained that the extract of ethanol 70 brown algae Turbinaria decurrens Bory has an effect to inhibit tumor growth in animal models of colon cancer induced by AOM and DSS and have survival ability more than 50 that is equal to 66.67 . The dose that can inhibit tumor growth well is the dose of 1 is 3.61 mg 20 g.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vito Filbert Jayalie
Abstrak :
Tujuan: Menghitung Tingkat Utilisasi Radioterapi aktual (TURa) dan optimal (TURo) untuk kanker kolon dan rektum di Indonesia. Metodologi: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang terhadap data sekunder registrasi/rekam medis kanker di rumah sakit (RS) dengan pusat radioterapi di Indonesia tahun 2019. Data dikumpulkan secara total sampling untuk menghitung TURo, TURa, dan persentase yang tidak terpenuhi. Hasil: Terdapat 32 RS yang datanya dapat diolah (1.211 dan 1.762 pasien kanker kolon dan rektum). Rata-rata pasien berusia sekitar 52-54 tahun (10-94 tahun), jenis kelamin laki-laki (51,1%) dan berasal dari Sumatera Utara atau Jawa Tengah. Sebagian besar datang dengan stadium lokal lanjut dan lanjut (III dan IV), tidak diradiasi (76,9%). TURa kolon 14 RS adalah 5,3% (0-33,3%), sedangkan TURo kolon 3,3 (3-3,7%) dengan persentase yang tidak terpenuhi -60,6% (-76,7 sampai -43,2%). Untuk TURa dan TURo rektum adalah 22,8% (0-100%) dan 41% (28-66%). Persentase yang tidak terpenuhi kanker rektum adalah 44,4% (18,6-65,5%). Kesimpulan: TURa kanker kolon terkesan sudah memenuhi TURo, tetapi ketika disesuaikan dengan data dalam lingkup yang lebih besar, masih terdapat celah yang belum terpenuhi. Untuk kanker rektum, masih diperlukan peningkatan utilisasi. Diperlukan penelitian lebih lanjut pada indikasi radiasi yang belum terlalu jelas. Selain itu, peningkatan TUR perlu mempertimbangkan faktor pasien, klinisi ataupun birokrasi. ......Aims: To calculate the actual and optimal Radiotherapy Utilization Rate (RTUa and RTUo) of colon and rectal cancer in Indonesia. Methodology: This cross-sectional study used secondary cancer registry/medical records from hospitals with radiotherapy centers in Indonesia in 2019. Total sampling was used for data collection to calculate RTUa, RTUo and percentage of unmet needs. Results: Out of 32 hospitals (1,211 and 1,762 colon and rectal cancer patients), the mean age was 52-54 years old (10-94), male (51.1%), from North Sumatra or Central Java province. Most patients came with locally advanced and advanced stages (III and IV), not irradiated (76.9%). RTUa of colon in 14 hospitals was 5.3% (0-33.3%), whereas RTUo was 3.3 (3-3.7%). The unmet needs was -60.6% (-76.7 to -43.2%). For rectal, the RTUa and RTUo were 22.8% (0-100%) and 41% (28-66%). The unmet needs for rectal was 44.4% (18.6-65.5%). Conclusion: Despite the impression of fulfilling the RTUo of colon cancer, gaps are to be filled when adjusted with a broader scope of data. Moreover, for rectal cancer, there was still an unmet need for utilization. Further research is needed, especially in cancer with obscure radiotherapy indications. The increase in RTU should also consider patient, clinician and bureaucratic factors.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Meuthia Deandri Azizah
Abstrak :
Alga coklat (S. polycystum) yang diekstraksi dengan berbagai macam pelarut diketahui memiliki aktivitas sitotoksik pada sel kanker kolon HCT-116. Nilai IC-50 paling baik ditunjukkan pada alga coklat (S. polycystum) yang diekstraksi menggunakan pelarut etil asetat. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek ekstrak alga coklat (S. polycystum) dalam menghambat kolitis terkait kanker kolon secara in vivo. Sebanyak 30 ekor mencit jantan galur Balb/C dibagi acak dalam 5 kelompok yaitu normal, negatif, dosis 1 (18 mg/kgBB), dosis 2 (90 mg/kgBB), dosis 3 (450 mg/kgBB). Hewan model dibuat dengan mengadministrasikan Dekstran Sodium Sulfat (DSS) selama 24 hari secara berturut-turut dengan konsentrasi 2% selama 7 hari, konsentrasi 1% selama 10 hari, dan konsentrasi 2% selama 7 hari. Pemberian ekstrak alga coklat (S. polycystum) diberikan pada hari ke-8 berlanjut hingga 14 hari setelah induksi. Selama penelitian berlangsung dilakukan pengukuran berat badan hewan, kemampuan bertahan hidup, dan penilaian Disease Activity Index (DAI). Setelah pengorbanan hewan dilakukan isolasi kolon untuk mengukur panjang, berat kolon, kerusakan jaringan, jumlah sel goblet dengan metode histopatologi kolon serta analisis ekspresi Caspase-3 pada jaringan kolon menggunakan metode ELISA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak alga coklat (S. polycystum) pada dosis 1 (18 mg/kgBB), menunjukkan perbaikan kerusakan jaringan kolon paling optimal dan memiliki konsentrasi Caspase-3 paling tinggi dibandingkan kelompok dosis lainnya. ......Brown algae (S. polycystum) extracted with various solvents is known to have cytotoxic activity on HCT-116 colon cancer cells. IC-50 value is best shown in brown algae (S. polycystum) extracted using ethyl acetate solvent. This study aims to prove the effect of brown algae extract (S. polycystum) in inhibiting colitis associated with colon cancer in vivo. Thirty male mice Balb/C strain were randomly divided into 5 groups: normal, negative, dose 1 (18 mg/kgBB), dose 2 (90 mg/kgBB), dose 3 (450 mg/kgBB). Animal models were made by administering Dextran Sodium Sulphate (DSS) for 24 consecutive days with a concentration of 2% for 7 days, 1% concentration for 10 days, and 2% concentration for 7 days. Brown algae extract (S. polycystum) was given on the 8th day and continued until 14 days after induction. During the study, animal body weight, survival ability, and Disease Activity Index (DAI) were measured. After animal sacrifice, colon isolation was carried out to measure the length, weight of the colon, tissue damage, number of goblet cells using the colon histopathology method and analysis of Caspase-3 expression in colon tissue using the ELISA method. The results showed that brown algae extract (S. polycystum) at dose 1 (1.8 mg/kg BW) showed the most optimal colonic damage improvement and had the highest concentration of Caspase-3 compared to the other dose groups.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Diba Harhara
Abstrak :
Latar Belakang. Peningktan prevalensi kanker kolon proksimal menjadi perhatian di beberapa dekade terakhir. Fenomena yang sering disebut “ Right Shifting ” ini mulai muncul dibanyak negara maju. Telah diketahui pula terdapat perbedaan di tingkat molekular antara kanker kolon proksimal dan kanker kolorektal distal yang membuat para ahli menganggap dua penyakit ini merupakan dua entitas penyakit yang berbeda. perbedaan ini memunculkan perbedaan karakteristik antara keduanya. Maka timbul pertanyaan apakah terdapat perbedaan faktor-faktor yang berhubungan dengan kanker kolorektal pada umumnya mulai dari faktor genetik maupun lingkungan. Tujuan. Mengetahui hubungan usia, jenis kelamin indeks massa tubuh, riwayat keluarga kebiasan merokok, konsumsi alkohol, gejala klinis dan jenis diferensiasi lesi terhadap kejadian kanker kolon proksimal. Metode. Desain potong lintang. Menggunakan data sekunder dari registri Pusat Endoskopi Saluran Cerna dan unit rekam medis Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo yang melibatkan 261 subjek kanker kolorektal yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Dilakukan pencatatan data usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh, riwayat keluarga, konsumsi rokok, alkohol, jenis diferensiasi lesi dan manifestasi klinis. Analisis bivariat dan multivariat dilakukan pada faktor – faktor tersebut. Hasil. Didapatkan proporsi kanker kolon proksimal dan kanker kolorektal distal berturut – turut adalah 39% dan 61%. Sebagian besar subjek adalah laki-laki dengan proporsi 55,9% dengan rerata usia 51,9 (SB 13,2). Tidak didapatkan hubungan antara usia tua, jenis kelamin wanita, riwayat keluarga, indeks massa tubuh yang tinggi, konsumsi rokok, alkohol dan lesi diferensiasi buruk dengan kanker kolon proksimal. Terdapat hubungan bermakna antara anemia (OR 1,903; 95% IK 1,15 – 3,15; P = 0,012), penurunan berat badan (OR 2,04; 95% IK 1,23 – 3,38; P = 0,001), nyeri perut (OR 8,55; 95% IK 4,08 – 17,89; P = <0,001), massa abdomen (OR 8,85; 95% IK 4,54 – 12,21 ; P = <0,001), dan gejala kluster proksimal (OR 2,37; 95% IK 1,43 – 3,95; P = <0,001) dengan kanker kolon proksimal. Analisis multivariat didapatkan hubungan antara gejala kelompok kluster proksimal (AUC 0,829; 95% IK; 0,781 – 0,876) dan gejala individual seperti nyeri perut, massa abdomen, hematoskezia, diare, tenesmus (AUC 0,907; 95% IK 0,867 – 0,946) dengan kanker kolon proksimal. Kesimpulan. Beberapa gejala klinis (gejala indivisual maupun gejala kelompok) berhubungan dengan kanker kolon proksimal. Gejala kluster proksimal dan gejala individu seperti nyeri perut dan massa abdominal berhubungan dengan kanker kolon proksimal. ......Background. Increasing the prevalence of proximal colon cancer has been a concern in the past few decades. This phenomenon which is often called "Right Shifting" is starting to emerge in many developed countries. It is also known that there are differences in the molecular level between proximal colon cancer and distal colorectal cancer which makes experts consider these two diseases to be two different disease entities. this difference raises characteristic differences between the two. So the question arises whether there are differences in factors associated with colorectal cancer in general, starting from genetic and environmental factors. Objective. Knowing the association between age, sex, body mass index, family history, smoking habits, alcohol consumption, clinical symptoms, and types of lesion differentiation in proximal colon cancer. Methods. Cross-sectional design. Using secondary data from the Central Gastrointestinal Endoscopy Center and the Cipto Mangunkusumo Hospital medical record unit involving 261 colorectal cancer subjects who met the inclusion and exclusion criteria. Data on age, sex, body mass index, family history, cigarette consumption, alcohol consumption, type of lesion differentiation and clinical manifestations were recorded. Bivariate and multivariate analyzes were carried out on these factors. Results. The proportion of proximal colon cancer and distal colorectal cancer was 39% and 61%, respectively. Most subjects were men with a proportion of 55.9% with an average age of 51.9 (SB 13.2). There was no association between old age, female gender, family history, high body mass index, cigarette consumption, alcohol, and poorly differentiated lesions with proximal colon cancer. There was a significant association between anemia (OR 1.903; 95% CI 1,15 – 3,15; P = 0,012), weight loss (OR 2.04; 95% CI 1.23 – 3.38; P = 0,001), abdominal pain (OR 8.55; 95% CI 4.08 – 17.89; P = <0,001), abdominal mass (OR 8.85; 95% CI 4.54 – 12.21 ; P = <0,001 ), and proximal cluster symptoms (OR 2.37; 95% CI 1.43 – 3.95; P = <0,001) with proximal colon cancer. Multivariate analysis found an association between symptoms of the proximal cluster group (AUC 0.829; 95% IK; 0.781 - 0.876) and individual symptoms such as abdominal pain, abdominal mass, hematochezia, diarrhea, tenesmus (AUC 0.907; 95% IK 0.867 - 0.946) and colon cancer proximal. Conclusions. Some clinical symptoms (individual symptoms and group symptoms) are associated with proximal colon cancer. Proximal cluster symptoms and individual symptoms such as abdominal pain and abdominal mass are associated with proximal colon cancer.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yogia Ikhsas
Abstrak :
Polarisasi makrofag ke arah tipe 1 (M1) atau tipe 2 (M2) sangat penting dalam perbaikan inflamasi kolon. Penggunaan bahan alam seperti kulit buah delima (Punica granatum L) dalam kıtosan diharapkan dapat menginduksi M2 peritoneal dan memperbaiki kondisi inflamasi kolon. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan efek pemberian ekstrak kulit buah delima (Punica granatum L.) dalam nanopartikel kitosan untuk menginduksi polarisasi makrofag peritoneal pada mencit yang diinduksi dekstran sodium sulfat (DSS). Analisis spektrum FTIR dilakukan pada sampel nanopartikel kitosan, sodium tripolifosfat (STTP), pomegranate peel extract (PPE), dan nanopartikel kitosan-PPE. Selanjutnya, mencit Balb/c dibagi secara acak menjadi 6 kelompok: normal, asam elagat 26 mg/kgBB/hari (kontrol positif), DSS 2% b/v (kontrol negatif), nanopartikel kitosanPPE dosis 480 mg/kgBB/hari (P2), nanopartikel kitosan-PPE dosis 240 mg/kgBB/hari (P1), PPE dosis 480 mg/mgBB/hari (P3), semua kelompok diberikan DSS 2% selama 2 siklus kecuali kelompok normal. Pada akhir percobaan, cairan peritoneal diambil dan dianalisis jumlah makrofag M1 dan M2 dengan flow cytometry. Dibandingkan dengan kontrol negatif, nanopartikel kitosan-PPE dengan dosis 240 mg/kgBB tidak menurunkan jumlah makrofag M1, namun meningkatkan jumlah makrofag M2 (p<0,05). Sedangkan nanopartikel kitosan-PPE dan PPE murni dengan dosis yang sama 480 mg/kgBB dapat menurunkan jumlah makrofag M1 dan meningkatkan jumlah makrofag M2 secara bermakna dibandingkan kontrol negatif (p<0,05). ......Macrophage polarization towards type 1 (M1) or type 2 (M2) is critical in the repair of colonic inflammation. The use of natural materials such as pomegranate peel (Punica granatum L) in chitosan is expected to induce peritoneal M2 and improve colon inflammatory conditions. The aims of this study is to compare the effects of pomegranate peel extract (Punica granatum L.) in chitosan nanoparticles on the macrophages polarization in peritoneal fluid of DSS-induced mice. The FTIR spectra of chitosan nanoparticles, sodium tripolyphosphate (STTP), pomegranate peel extract (PPE), and chitosan-PPE nanoparticles was analyzed. In addition, Balb/c mice were randomly separated into 6 groups: normal, elagic acid 26 mg/kgBW/day (positive control), 2% w/v DSS (negative control), chitosan-PPE nanoparticles dose of 480 mg/kgBW/day (P2), chitosan nanoparticles-PPE dose of 240 mg/kgBW/day (P1), and PPE dose of 480 mg/mgBW/day. Flow cytometric analysis was performed on peritoneal fluid at the conclusion of the experiment to determine the number of M1 and M2 macrophages. Compared to the negative control, chitosan-PPE nanoparticles at a dose of 240 mg/kg BW did not decrease the number of M1 macrophages, but increased the number of M2 macrophages (p<0,05). Whereas a dose of 480 mg/kgBW of chitosan-PPE nanoparticles and pure PPE decreased the number of M1 macrophages and raised the number of M2 macrophages significantly compared to negative controls (p<0.05).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>