Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hanum Citra Nur Rahma
"Resistensi obat antimalaria mendorong pengembangan obat antimalaria baru. Salah satu alternatif pengembangan obat antimalaria adalah mengombinasikan klorokuin dengan komponen lain, contohnya ekstrak akar pasak bumi (Eurycoma longifolia jack.). Berbagai penelitian in vitro maupun in vivo telah membuktikan potensi pasak bumi sebagai antimalaria. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian kombinasi ekstrak akar pasak bumi dan klorokuin secara injeksi subkutan pada mencit (Mus musculus) yang diinfeksi Plasmodium berghei. Perlakuan yang diberikan adalah pemberian ekstrak akar pasak bumi dengan dosis 10 mg/kgBB, 20 mg/kgBB, serta kombinasi ekstrak akar pasak bumi dengan dua dosis tersebut dan klorokuin. Berdasarkan Peters 4-days suppressive test, pertumbuhan parasitemia mencit yang diberikan kombinasi obat memiliki nilai yang mendekati kontrol positif (0,60%), yaitu 0,60% pada dosis kombinasi pasak bumi 10 mg/kgBB dan 0,50% pada dosis 20 mg/kgBB namun analisis statistik menunjukkan perbedaan tersebut tidak bermakna (p>0,05). Hasil penghitungan penghambatan pertumbuhan parasit menunjukkan kecenderungan yang sama. Penghambatan pertumbuhan parasit kontrol positif menunjukkan angka 97,9% sementara pemberian kombinasi obat menunjukkan angka 97,7% (dosis pasak bumi10 mg/kgBB) dan 98,2% (dosis pasak bumi 20 mg/kgBB). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara efek pemberian kombinasi ekstrak akar pasak bumi dan klorokuin secara injeksi subkutan dibandingkan dengan terapi klorokuin saja.

Antimalarial drug resisstance demand us to develop new antimalarial drug. One of the alternative is combining chloroquine with new compund, for example pasak bumi root extract (Eurycoma longifolia jack). Many studies have shown the potency of pasak bumi root extract as a antimalarial drug. This study is aim to investigate the effect of combination of pasak bumi root extract and chloroquine which is administrated by subcoutaneous injection to Plasmodium berghei-infected mice. Mice were given pasak bumi root extract only with 10 mg/kgBW and 20 mg/kgBW dose , also combination therapy of pasak bumi root extract on same dose and choloquine. Based on Peters 4-days suppressive test, parasite growth in mice with combination therapy was nearing the postive control value (0.60%), 0.60% for 10 mg/kgBW dose and 0.50% for 20 mg/kgBW dose. However, the statistic analysis showed the difference was not significant (p>0.05). Growth inhibition counting showed the same trend. Positive control growth inhibiton value is 97.9% meanwhile the combination therapy group has 97.7% for 10 mg/kgBW dose and 98.2% for 20 mg/kgBW dose. The study suggests that there were no significat difference between the effect of subcutaneously administrated combination of pasak bumi extract root-chloroquine and chloroquine only therapy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eem Masaenah
"Sambiloto (Andrographis paniculata), jamblang (Syzygium cumini), dan secang (Caesalpinia sappan) umumnya digunakan sebagai obat tradisional untuk mengobati diabetes melitus. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antidiabetes dan toksisitas akut kombinasi ekstrak (1:1:1) sambiloto, jamblang, dan secang (ASCE). Aktivitas antidiabetes diuji menggunakan tikus model yang diberi pakan tinggi lemak dan injeksi streptozotocin dosis ganda 35 mg/kg BB. Tikus diabetes diterapi dengan ASCE 75 mg/kg BB dan 150 mg/kg BB untuk kelompok uji dan diterapi dengan metformin 250 mg/kg BB untuk kelompok kontrol. Setelah 7 hari perlakuan, glukosa darah puasa (GDP), jumlah sel β pankreas, sel lemak adiposa, profil lipid, dan ekspresi GLUT4 digunakan untuk menganalisis aktivitas antidiabetes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ASCE 150 mg/kg BB secara bermakna menurunkan kadar GDP (p < 0,01), kadar kolesterol (p < 0,05), kadar LDL (p < 0,05), tetapi tidak menurunkan trigliserida, dibandingkan dengan kontrol diabetes. Efek ini sebanding dengan pengobatan metformin. Selain itu, jumlah sel β pankreas kemungkinan meningkat setelah terapi ASCE yang bergantung pada dosis. Berpotensi juga dalam menurunkan jumlah sel lemak adiposa. Sedangkan dalam peningkatan ekspresi GLUT-4 belum menunjukkan hasil sebaik metformin. Hasil uji toksisitas akut oral menunjukkan bahwa pemberian ASCE dosis tunggal hingga 5000 mg/kg BB, tidak menunjukkan efek toksisitas akut. Aman pada tingkat organ dan tidak menimbulkan kerusakan jaringan hati dan jantung. Oleh karena itu, dapat disimpulkan kombinasi ASCE berpotensi memiliki aktivitas antidiabetes dan aman untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai obat alternatif.

Sambiloto (Andrographis paniculata), jamblang (Syzygium cumini), and secang (Caesalpinia sappan) are commonly used as traditional medicines to treat diabetes mellitus. This study aimed to examine the antidiabetic activity and the acute toxicity of combined extract (1:1:1) of sambiloto, jamblang, and secang (ASCE). The antidiabetic activity was tested using the rats model which induced by a high-fat diet and double dose of streptozotocin injection of 35 mg/kg BW. Diabetic rats were treated with 75 mg/kg BW and 150 mg/kg BW of ASCE for experimental groups and treated with metformin 250 mg/kg BW for the control group. After 7 days of treatment, fasting blood glucose (FBG), pancreatic β-cells number, adipose fat cells, lipid profiles, and expression of GLUT4 were used to analyze the antidiabetic activity. The results showed that administration of 150 mg/kg BW ASCE was significantly reduced FBG (p < 0.01), cholesterol levels (p < 0.05), LDL levels (p < 0.05), but not trglycerides, compared to diabetes control. This effect was comparable to metformin treatment. In addition, pancreatic β-cells number were likely increased after ASCE treatment in a dose-dependent manner. The ASCE also has the potential to reduce the number of adipose fat cells. Meanwhile, the increase in GLUT4 expression was not as good as metformin The acute oral toxicity test showed that the administration of single dose of ASCE up to 5000 mg/kg BW did not show an acute toxicity effect. Safe at the organ level and does not cause liver and heart tissue damage. Therefore, it can be conclude ASCE has a potential antidiabetic activity and safe to be developed further as alternative medicine."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library