Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gafero Priapalla Rahim
Abstrak :
Pada desain bangunan saat ini, pemakaian ruang terbuka ukuran besar dengan ketinggian ceiling sudah banyak dipakai. Panas dan asap adalah faktor yang membuat kebakaran berbahaya. Menggunakan model eksperimental dengan ukuran 2.4m x 1.6m x 1m, sirkulasi asap saat kebakaran diteliti dalam penelitian ini. Efek penimbunan dan pembuangan asap berkorelasi dengan kepekatan, temperatur, heat release rate dan laju pembuangan massa. Penggunaan sabut kelapa yang dibakar dengan menggunakan kompor berventilasi mekanik dapat menggambarkan kebakaran membara dengan laju produksi asap yang tinggi. Penggunaan massa sabut kelapa sebesar 40, 60 & 80 gr dapat mensimulasikan kondisi penumpukan asap dengan tingkat kepekatan asap yang sangat tinggi hingga 99%. Berdasarkan persamaan physical scale models dengan pendekatan nondimensional, nilai HRR untuk pengujian 40 gr, 60 gr & 80 gr sabut kelapa setara dengan kebakaran pada kursi, sofa dan unit kasur. Pada eksperimen pembuangan asap, semakin banyak sabut kelapa yang digunakan untuk eksperimen, maka akan semakin lama asap terbuang. ......In many building designs nowadays, large open spaces with high ceilings are becoming more common. Heat and smoke are the two things that make a fire hazardous. Using an experimental enclosure model that measures 2.4m x 1.6m x 1m in a Scaled Atrium Compartment, researchers examine smoke circulation during a fire incident in a large space. The effect of smoke filling and clearance correlation on occupancy density, temperature, heat release rate and mass loss observed. The use of coconut fiber that is burned using a mechanically ventilated stove can describe a smoldering fire with a high smoke production rate. The use of coconut coir mass of 40, 60 & 80 grams can simulate smoke filling conditions with a very high level of smoke thickness with an optical density level of up to 99%. Based on the physical scale models with non dimensional similarity, the heat release rate from the 40gr, 60gr, and 80gr of burning coconut fibres is equivalent to the heat release rate gained by burning of cotton chair, polyurethane chair, and mattress. In the smoke clearance experiment, the more coconut fiber used, the longer the smoke will be thrown away.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Sigit Anindya Dasdiandono
Abstrak :
ABSTRAK
Analisis sekatan patahan untuk menentukan koneksi antar kompaartemen telah dilakukan pada lapangan Anin Cekungan Sumatra Selatan. Secara umum patahan pada lapangan ini membentuk komparetemen-kompartemen baik yang tersekat maupun yang terbuka. Sifat penyekat dari patahan ditentukan dengan analisa sekatan patahan, yang mana merupakan sebuah metode yang penting dalam mengevaluasi jebakan dan jalur migrasi hidrokarbon. Tujuan dari studi ini untuk menganalisa dan mengkarakterisasi sifat dari patahan dan hubungan antar kompartemen reservoir. Pada kebanyakan kasus, pergerakan patahan di batuan sedimen menghasilkan material-material hancuran yang dikenal sebagai gouge. Keberadaan gouge pada bidang patahan dapat berperan sebagai penahan untuk fluida sepanjang patahan. Estimasi nilai dari gouge yaitu Shale Gouge Ratio SGR . Kebanyakan analisis sekatan patahan melibatkan pembuatan peta sekatan patahan yang mana menunjukan peta patahan termasuk juga hangingwall footwall dan estimasi juxtaposisi SGR. Distribusi nilai SGR dan juxtaposisi pada peta distribusi fault-seal akan menentukan sifat sealing dan leaking dari patahan. Untuk itu, melakukan metode analisis sekatan patahan sangatlah penting bukan hanya untuk mengevaluasi cebakan hidrokarbon tapi juga unutk menentukan pengembangan lapangan di masa depan. Penggunaan metoda analisis sekatan patahan pada penelitian ini untuk mengevaluasi hubungan kompartemen reservoir pada lapisan-lapisan batuspasir reservoir pada Formasi Bangko dan Formasi Bekasap di Cekungan Sumatera Tengah. Arsitektur patahan, throw, juxtaposisi, dan SGR diidentifikasi berdasarkan data seismik 3D. Hasil dari studi analisis sekatan patahan menghasilkan 9 patahan besar yang membagi menjadi 9 kompartemen reservoir di lapangan ini, dan telah diidentifikasi. Klasifikasi sekatan patahan berdasarkan nilai transmisibilitas, dan peta penyebaran sekatan patahan akan disiapkan untuk menjelaskan hubungan reservoir sepanjang patahan.ABSTRAK

ABSTRACT
Fault sealing analysis for structural compartment cnnectivity determination have been conducted in Anin Field Centran Sumatra Basin. Faults in this field generally have compartmentalization and sealing properties, the sealing properties of the faults determined by fault seal analysis FSA study, which is one of the important methods in evaluating hydrocarbon trapping and migration. This study involves characterize and analyze subsurface fault behavior as a result of vertical movement dip slip fault . In most case, fault movement in sedimentary sequences will produce granulated materials known as a gouge. The present of gouge in the fault plane can act as a barrier for fluid across the fault. The estimation value of gouge is Shale Gouge Ratio SGR . Most of FSA involving generate fault seal distribution map which shows fault surface map including hanging wall foot wall and estimate juxtaposition SGR. Distributed SGR values and juxtaposition on fault ndash seal distribution map will determine sealing and leaking behavior of fault. Therefor, conducting an FSA is essential not only for evaluating future hydrocarbon trap but also future field development. We applied FSA method for evaluating reservoir compartment within layer sands on Bangko and Bekasap Formation in Central Sumatra Basin. Faults architecture, throw, juxtaposition, and SGR is identified based on 3D seismic data. The FSA is conducted on 9 major faults and 9 reservoir compartment in the Southern part of Central Sumatra Basin. A generalized classification of fault seal are based on transmissibility, and the fault seal distribution map is prepared to explain the reservoir connectivity along the faults.
2017
T48106
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aziz Fathiry Rahman
Abstrak :
ABSTRAK
Kompartemen reservoar Lapangan Tamiang, Cekungan Sumatera Utara telah ditentukan berdasarkan analisis sekatan patahan. Lapangan Tamiang adalah lapangan tua yang menerapkan Oil Recovery Enhanced (EOR). EOR merupakan teknik untuk meningkatkan produksi dengan salah satu tekniknya adalah injeksi waterflooding. Analisis sekatan patahan menjadi informasi yang penting untuk melakukan injeksi waterflooding. Tujuan dari tesis ini adalah untuk menyelidiki karakteristik tiap patahan dalam hal sekatan tertutup atau terbuka dengan throw, shale gouge ratio (SGR), weight SGR, dan juxtaposisi. Tahapan analisis yang dilakukan adalah normalisasi gamma ray untuk mendapatkan volume shale, kemudian menganalisis sifat patahan dengan menggunakan Allan Diagram, lalu melakukan transmisibilitas multiplier, dan menambahkan parameter bulk modulus. Analisis kemudian divalidasi dengan sumur produksi dan injeksi. Patahan yang dianalisis berjumlah 23 patahan dengan dua perbedaan dipping, salah satu dipping ke barat laut dan yang lainnya ke arah tenggara. Kemudian, hasil dari arah patahan adalah sinistral dengan arah dari barat laut ke tenggara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lima kompartemen telah diidentifikasi, yang dibatasi oleh empat struktur utama. Sekatan patahan tertutup dan terbuka berbeda tiap layer zone. Pada zona 400 dan 560 patahan umumnya merupakan sekatan patahan tertutup. Untuk zona 600, 770 dan 800, patahan lebih dominan sekatan patahan terbuka. Zona 400, 560 dan 600, bulk modulus, zona patahan terbuka berada di barat daya. Sedangkan zona 770 dan 800 berada di timur laut. Adanya oblique patahan dan throw yang membuat perbedaan patahan tertutup dan patahan terbuka tiap layer berbeda. Hubungan antara karakter patahan (SGR, WSGR, throw, juxtaposisi), bulk modulus dan transmisibilitas menunjukkan adanya hubungan saling terintegrasi.
ABSTRACT
The reservoir compartments of Tamiang field, North Sumatra Basin has been properly determined based on the Sekatan fault analysis. Tamiang field is a mature field and have been stage of secondary recovery. Therefore, Tamiang field needs strategy to enhance production by applying Enhanced Oil Recovery (EOR). One of the EOR techniques is waterflooding, which is intended to mantain reservoir pressure and increase the oil recovery. Thus, the fault seal analysis become significant information in performing water flooding. The objective paper is to investigate the characteristic of fault in term of fault sealing or fault leaking by analyzing the throw, shale gouge ratio (SGR), weigth SGR, and juxtaposition. All these parameters are associated with fault sealing and non fault sealing zone, which is used as basis to determine water flooding, and making reservoir compartement. Phase of analysis are normalization gamma ray to estimate shale volume, then using Allan diagram to analyze behavior of faults, transmissibility multiplier and the next adding parameter of bulk modulus. Then the analysis is validated with production and injection wells. Taming field has 23 faults with two difference dipping, one dipping to northwest and the other to south east. Thus, the fault direction is sinistral with direction from northwest to south east. The result shows that four compartments have been identified, which is bounded by three main structure. Fault sealing and fault leaking are different from each layer zone. In zones of 400 and 560, faults are generally fault sealing. For zones 600, 770 and 800, more dominant fault leaking. Zones 400, 560 and 600, bulk modulus of fault sealing zones are in the southwest. While zones 770 and 800 are in the northeast. The existence of oblique faults and throws that make the difference fault sealing and fault leaking each layer differently. The relationship between the fault properties (SGR, WSGR, throw, juxtaposition), bulk modulus and transmissibility indicate an integrated relationship.
2017
T48569
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arsal
Abstrak :
Kebakaran merupakan hal krusial yang membutuhkan sistem pengendalian dan pemadaman yang efektif. Kebakaran dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar, dan sistem proteksi kebakaran merupakan salah satu solusi untuk mencegah dan mengendalikan risiko kebakaran yang lebih luas, selain desain berbasis kinerja dan kode preskriptif. Sistem proteksi kebakaran aktif adalah salah satunya. Makalah ini menganalisis sistem pemadam kebakaran berbasis karbon dioksida untuk memadamkan kebakaran kelas C (kebakaran kelistrikan), seperti pada kompartemen listrik tertutup. Metode penelitian dilakukan dengan eksperimen skala laboratorium. Eksperimen dilakukan dengan nyala lilin dalam kompartemen, dialirkan dengan gas pemadam dan dianalisis untuk penurunan konsentrasi oksigen, penurunan temperatur dan durasi pemadaman untuk penggunaan gas nitrogen dan gas karbon dioksida terhadap satu dan dua nyala lilin eksperimen secara terpisah. Beberapa peralatan seperti termokopel, tangki gas pemadam, flow meter, kamera visual, dan data logger Graphtec mendukung proses pengolahanan data. Saat lilin dinyalakan dalam kompartemen, gas dialirkan ke dalam kompartemen melalui pipa saluran dengan flow rate 0,8 mL/menit untuk memadamkan api. Dari percobaan diperoleh tingkat penurunan konsentrasi oksigen, penurunan temperatur dan durasi pemadaman dalam kompartemen tertutup. Eksperimen dilakukan untuk mengetahui tingkat efektifitas penggunaan gas karbondioksida dan nitrogen dalam menurunkan konsentrasi oksigen dan temperatur untuk waktu pemadaman api yang lebih cepat. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa penggunaan gas karbon dioksida lebih efektif menurunkan konsentrasi oksigen dengan durasi pemadaman lebih cepat. Hal ini sangat penting untuk mencegah penyebaran api lebih luas dengan menghilangkan unsur oksigen dari rantai oksidasi. Selain itu, penggunaan clean gas CO2 ini tidak menghantarkan arus listrik, tidak menyebabkan karat dan tidak meninggalkan residu. Terdapat 14 jenis clean agent gas yang dapat digunakan dalam sistem pemadaman kebakaran, salah satunya adalah jenis IG-541 yaitu campuran gas nitrogen (52%), argon (40%) dan karbondioksida (8%). Dengan komposisi gas tersebut, konsentrasi karbondioksida lebih kecil sehingga relatif aman untuk keselamatan manusia. Literatur membahas penggunaan gas karbon dioksida dan nitrogen mewakili kemajuan masa depan dalam skema keselamatan kebakaran berbasis kinerja dan kode preskriptif untuk pengendalian kebakaran dan keberlanjutan fungsional jangka panjang. Penelitian ini dilatar belakangi untuk meningkatkan sistem keselamatan kebakaran dalam ruangan tertutup dengan klasifikasi kebakaran yang efektif untuk menggunakan clean agent gas karbondioksida sebagai media pemadam kompartemen elektrik. ......Fire is a crucial matter that requires an effective control and suppression system. Fires can cause enormous losses, and a fire protection system is one of the solutions to prevent and control a wider fire risk, in addition to performance-based design and prescriptive code. An active fire protection system is one of them. This paper analyses carbon dioxide-based fire extinguishing systems to extinguish class C fires (electrical fires), such as those in closed electrical compartments. The research method was carried out by laboratory-scale experiments. Experiments were carried out with a candle flame in a compartment, supplied with a gas flame extinguisher and analyzed for decreased oxygen concentration, decreased temperature, and extinguished duration for the use of nitrogen gas and carbon dioxide gas against one and two experimental candle flames separately. Some equipment such as thermocouples, gas fire tanks, flow meters, visual cameras, and Graphtec data loggers support data processing. When the candle is lit in the compartment, gas is flowed into the compartment through a pipeline at a flow rate of 0.8 mL/min to extinguish the fire. From the experiments, it was obtained the degree of reduction in oxygen concentration, temperature reduction and extinguishing duration in closed compartments. Experiments were conducted to determine the effectiveness of using carbon dioxide and nitrogen gas in reducing oxygen concentration and temperature for a faster fire extinguishing time. The experimental results show that using carbon dioxide gas is more effective in reducing oxygen concentrations with a faster extinguishing duration. This is very important to prevent the wider spread of fire by removing elemental oxygen from the oxidation chain. In addition, the use of CO2 clean gas does not conduct electricity, does not cause rust, and leaves no residue. 14 types of clean agent gases can be used in fire suppression systems, one of which is the IG-541 type, which is a gas mixture of nitrogen (52%), argon (40%) and carbon dioxide (8%). With this gas composition, the concentration of carbon dioxide is smaller, so it is relatively safe for human safety. The literature discusses the use of carbon dioxide and nitrogen gas use, future advances in work-based fire safety schemes and prescriptive codes for fire suppression and functional long-term sustainability. The background of this research aims to be a safety system in closed rooms with effective fires using clean agent carbon dioxide gas as an electric compartment fire extinguishing medium.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Idwan Kelvin
Abstrak :
Pada sistem tenaga listrik kualitas dari suatu bahan isolasi merupakan hal yang sangat penting demi menjaga kinerja dari peralatan listrik. GIS merupakan salah satu peralatan listrik yang menggunakan gas SF6 sebagai media isolasi. Kualitas dari gas SF6 dapat mengalami penurunan yang disebabkan oleh berbagai faktor. Maka dibutuhkan analisis dan pengetahuan terhadap indikator – indikator kualitas gas SF6, yang dapat dilihat pada nilai kemurnian, titik embun dan kadar uap air. Pada GIS Pegangsaan memiliki indikator kualitas yang buruk pada bagian kompartemen, dengan nilai kemurnian di kompartemen PMS 1, PMS 2, terminasi; dengan nilai kadar uap air di kompartemen terminasi. Pada bagian bay, dengan nilai kemurnian di bay trafo 1 (PMS 1, PMS 2, terminasi), bay trafo 2 (PMS 1, PMS 2, terminasi), dan bay trafo 3 (PMS 1, PMS 2, terminasi); dengan nilai kadar uap air di bay trafo 1 (terminasi) dan bay trafo 3 (PMT, PMS 1, PMS 2, terminasi); dengan nilai titik embun di bay trafo 3 (PMT, PMS 1, PMS 2). Pada GIS Marunda memiliki indikator kualitas yang buruk pada bagian kompartemen, dengan nilai kadar uap air di kompartemen terminasi. Pada bagian bay, dengan nilai kadar uap air di bay trafo 1 (terminasi). Oleh karena itu, perlu dilakukan penggantian absorbent dan reklamasi pada bay trafo 1 dan bay trafo 3 di GIS Pegangsaan, serta pada bay trafo 1 di GIS Marunda. Selain itu, perlu dilakukan pengukuran peluahan sebagian (partial discharge) dan reklamasi pada bay trafo 2 dan bay trafo 3 di GIS Pegangsaan. Serta penggantian absorbent dan reklamasi pada setiap kompartemen yang memiliki kemurnian dan kadar uap air yang buruk. ...... In the electric power system, insulating material quality is very important in order to keep the performance of electrical equipment. GIS is one of the electrical equipment using SF6 gas as insulating medium. Quality of SF6 gas can be decreased due to various factors. Then its required analysis and knowledge of the indicators of SF6 gas quality, which can be seen in the value of purity, dew point and moisture content. On GIS Pegangsaan have a poor quality in the compartment, with the value of purity at compartment DS 1, DS 2, termination; with the value of moisture content at termination compartment. In the bay, with a purity at bay transformer 1 (DS 1, DS 2, termination), bay transformer 2 (DS 1, DS 2, termination), and bay transformer 3 (DS 1, DS 2, termination); with the value of moisture content at bay transformer 1 (termination) and bay transformer 3 (CB, DS 1, DS 2, termination); with the value of dew point at bay transformers 3 (CB, DS 1 DS 2). On GIS Marunda have a poor quality in the compartment, with the value of moisture content at termination compartment. In the bay, with the value of moisture content at bay transformer 1 (termination). Therefore, its necessary to replacement the absorbent and reclaimed SF6 gas at the bay transformer 1 and bay transformer 3 in GIS Pegangsaan, and bay transformer 1 in GIS Marunda. In addition, it is necessary to measure the partial discharge and reclaimed SF6 gas at bay transformers 2 and bay transformers 3 in GIS Pegangsaan. And replacement absorbent and reclaimed SF6 gas on every compartment which has a poor quality in purity and moisture content.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46804
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ilham Makarim
Abstrak :
Fires in urban areas like Jakarta, often caused by electrical short circuits, pose a serious risk to life and property. Effective fire suppression is essential to minimize this risk. This thesis examines the use of the clean gas Inergen to extinguish Class C fires, involving electrical equipment. Inergen, a mixture of nitrogen, argon and carbon dioxide, reduces oxygen levels without damaging equipment. Laboratory experiments assessed the effectiveness of Inergen in reducing temperature, extinguishing flames, and lowering oxygen levels in an acrylic compartment with a candle as the fire source. The experiments compared natural extinguishing with Inergen-based extinguishing, by varying the amount of wax. The results show that Inergen significantly lowers oxygen levels, which is critical for stopping combustion. For a single candle, the oxygen concentration dropped to 15.86% with Inergen, compared to 16.93% naturally. The extinguishing time was also reduced from 32.35 minutes (natural) to 10.48 minutes (Inergen). Carbon monoxide levels were generally lower with Inergen, indicating efficient extinguishment, although higher CO levels were recorded with three candles, indicating the need for careful monitoring on larger fires. ......Kebakaran di daerah perkotaan seperti Jakarta, yang sering kali disebabkan oleh korsleting listrik, menimbulkan risiko serius terhadap nyawa dan harta benda. Pemadaman kebakaran yang efektif sangat penting untuk meminimalkan risiko ini. Tesis ini mengkaji penggunaan gas bersih Inergen untuk memadamkan kebakaran Kelas C, yang melibatkan peralatan listrik. Inergen, campuran nitrogen, argon, dan karbon dioksida, mengurangi kadar oksigen tanpa merusak peralatan. Eksperimen laboratorium menilai efektivitas Inergen dalam mengurangi suhu, memadamkan api, dan menurunkan kadar oksigen dalam kompartemen akrilik dengan lilin sebagai sumber api. Percobaan membandingkan pemadaman alami dengan pemadaman berbasis Inergen, dengan memvariasikan jumlah lilin. Hasilnya menunjukkan bahwa Inergen secara signifikan menurunkan kadar oksigen, yang sangat penting untuk menghentikan pembakaran. Untuk satu lilin, konsentrasi oksigen turun menjadi 15,86% dengan Inergen, dibandingkan dengan 16,93% secara alami. Waktu pemadaman juga berkurang dari 32,35 menit (alami) menjadi 10,48 menit (Inergen). Tingkat karbon monoksida secara umum lebih rendah dengan Inergen, yang mengindikasikan pemadaman yang efisien, meskipun tingkat CO yang lebih tinggi dicatat dengan tiga lilin, menunjukkan perlunya pemantauan yang cermat pada kebakaran yang lebih besar.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Rahmadita
Abstrak :
Elektrolisis Amonia adalah metode yang digunakan untuk menghilangkan kandungan berbahaya amonia dalam air limbah dan menghasilkan hidrogen yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif. Salah satu inovasi untuk meningkatkan reduksi amonia dan produksi hidrogen yaitu dengan sistem Microbial Electrolysis Cell (MEC) merupakan teknologi dengan prospek yang memanfaatkan biomassa atau material organik, termasuk air limbah. Namun, laju reduksi amonia dan produksi hidrogen dengan sistem MEC lebih rendah jika dibandingkan dengan produksi hidrogen menggunakan metode lain. Upaya yang dapat dilakukan untuk optimasi proses reduksi amonia dan produksi hidrogen adalah dengan mengoperasikan MEC menggunakan jenis denitrifier yang tepat, dan memodifikasi elektroda dengan memberi lapisan polimer. Sistem MEC yang digunakan adalah MEC satu kompartemen, dengan kondisi operasi optimum berdasarkan pengujian penambahan variasi jenis konsorsium bakteri, yaitu konsorsium desain terdefinisi (kode: TD) dan konsorsium tak terdefinisi (kode: TT) sebagai peningkat reduksi amonia dan inhibitor metanogen yang dapat mengkonsumsi hidrogen dan mengurangi yield produksi hidrogen. Komposisi gas headspace reaktor diuji dengan menggunakan Gas Chromatography untuk menganalisis kandungan hidrogen,  komposisi ammonia diuji menggunakan Spektrofotometri, serta morfologi elektroda menggunakan Spektroskopi FTIR, dan Scanning Electron Microscope. Konsorsium TD dibandingkan dengan konsorsium TT di MEC skala 100 mL untuk proses simultan reduksi amonia dan produksi hidrogen. Konsorsium TD memberikan hasil terbaik dari segi profil produksi hidrogen dengan Hmax 0,05412 mg L-1, YH2 0,03298 mg g-1, dan Rmax 0,00524 mg L-1 jam-1. Dengan pelapisan polimer MEC mampu meningkatkan konsentrasi maksimum Hmax hingga 27,02%.
Ammonia electrolysis is a method used to remove the dangerous content of ammonia in wastewater and produce hydrogen which can be used as an alternative energy source. One of the innovations to increase ammonia reduction and hydrogen production is Microbial Electrolysis Cell (MEC) system is a technology with prospects that utilize biomass or organic materials, including wastewater. However, the rate of reduction of ammonia and hydrogen production with the MEC system is lower when compared to hydrogen production using other methods. Efforts that can be made to optimize the ammonia reduction process and hydrogen production are by operating the MEC using the right type od denitrifier, and modifying the electrodes by applying a polymer coating. The MEC system used is a one-compartment MEC, with optimal operating conditions based on variations of bacterial consortium, defined design consortium (TD) and undefined consortium (TT) as enhancers of ammonia reduction and methanogen inhibitors that can consume hydrogen and reduce hydrogen production yield. The composition of the reactor headspace gas will be supported by using Gas Chromatography to analyze hydrogen content, ammonia composition will be tested using Spectrophotometry, and the morphology of the electrodes using a FTIR Spectroscopy, and Scanning Electron Microscope. The TD consortium compares the TT consortium on a 100 mL MEC scale for the simultaneous process of ammonia reduction and hydrogen production. TD Consortium provides the best results in terms of hydrogen production profile with Hmax 0.05412 mg L-1, YH2 0.03298 mg g-1, and Rmax 0.00524 mg L-1 hour-1. With MEC polymer coating it can increase the maximum Hmax concentration up to 27.02%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nicholas Hadi
Abstrak :
Untuk memenuhi kebutuhan sumber energi alternatif, produksi hidrogen dapat diperoleh dari proses elektrolisis plasma (Contact Glow Discharge Electrolysis / CGDE). CDGE merupakan salah satu teknologi untuk memproduksi hidrogen dengan memanfaatkan kebutuhan energi listrik yang rendah jika dibandingkan dengan proses elektrolisis Faraday. Modifikasi kompartemen ganda mampu memperbesar hambatan arus dan mampu mencapai kondisi proses pada tegangan listrik yang lebih tinggi. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh tegangan, suhu operasi, pemakaian barrier, dan jarak antar kompartemen terhadap produksi hidrogen dan konsumsi energi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kenaikan tegangan, semakin jauh jarak antar kompartemen dan pemakaian barrier akan menyebabkan kenaikan produksi hidrogen dan berkurangnya konsumsi energi yang dibutuhkan. Contact glow discharge elelctrolysis pada penelitian kali ini menunjukkan peningkatan efektivitas proses sebesar 84,43 kali lipat dibandingkan elektrolisis Faraday. ......Hydrogen production from Contact Glow Discharge Electrolysis can be used to fulfill the needs of alternative energy sources. Contact Glow Discharge Electrolysis is one of the technologies to produce hydrogen that needs lower electrical energy than electrolysis Faraday. Double compartment modification can increase a current resistance and operating condition with higher voltage. This researh aimed to see the effect of electrical voltage, temperature, the distance between compartments, and barrier usage against hydrogen production and energy consumption. The result shows that an increase of electrical energy, the distance between compartments and barrier usage causes an increase of hydrogen product and decrease of the needs of energy consumption. Contact Glow Discharge Electrolysis in this research can improve the effectiveness of process by 84.43 times compared to electrolysis Faraday.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54974
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johannes Leonardo Sofresid Sasiang
Abstrak :
Produksi hidrogen menggunakan proses elektrolisis plasma sangat potensial untuk dikembangkan karena dapat menjadi alternatif yang praktis demi memenuhi kebutuhan sumber energi. Elektrolisis plasma dapat meningkatkan laju produksi dan efisiensi energi elektrolisis Faraday. Modifikasi reaktor kompartemen ganda dilakukan untuk mencapai kondisi proses pada tegangan listrik yang tinggi namun menekan arus yang mengalir pada sistem sehingga konsumsi energi menjadi rendah. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh tegangan, konsentrasi KOH, penambahan aditif etanol, kedalaman katoda, dan suhu operasi terhadap laju produksi, konsumsi energi, dan efisiensi proses. Produksi hidrogen terbaik diperoleh sebesar 26,50 mmol/menit dengan konsumsi energi sebesar 1,71 kJ/mmol H2. Peningkatan efisiensi terhadap proses elektrolisis mencapai 90 kali lebih besar. ......Hydrogen production by plasma electrolysis is potential to be developed for fulfilling alternative energy needs. Plasma Electrolysis can increase the rate of production and energy efficiency of electrolysis. Double compartment modification reactor is designed to achieve the high electrical voltage and reduce the energy consumption. This research was carried for determining the effect of voltage, KOH concentration, addition of ethanol and temperature in hydrogen production, energy consumption, and process efficiency.The highest hydrogen production obtained is 26,50 mmol / min with 1,71 kJ / mmol H2. This experiment can reach up 90 times hydrogen production compared to electrolysis process.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54814
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faradilla Maulina
Abstrak :
Operasional Reaktor Serba Guna (RSG) 30 MW di kawasan Puspitek, Serpong yang memungkinkan terjadinya pelepasan radionuklida yang akan mengkontaminasi sistem perairan, salah saatunya adalah Cesium-137. Biota laut mampu mengakumulasi zat radioaktif sehingga konsentrasinya pada tubuh biota menjadi berlipat dibandingkan konsentrasi zat radioaktif di lingkungan. Kontaminasi dapat terjadi melalui jalur internal (ingesti) maupun jalur eksternal (radiasi lingkungan). Didukung oleh hal tersebut maka dilakukan studi bioakumulasi 137Cs oleh ikan kerong-kerong (Therapon jarbua) dari perairan Teluk Jakarta melalui jalur air laut. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari mekanisme bioakumulasi 137Cs dengan faktor pengaruh salinitas dan suhu air pada T. jarbua dengan menggunakan metode biokinetika kompartemen tunggal melalui tiga tahap percobaan yaitu, aklimatisasi, kontaminasi dan depurasi serta dilakukan pengukuran aktivitas 137Cs dengan spektrometer gamma HPGE. Hasil penelitian menunjukkan Nilai faktor biokonsentrasi (BCF) pada salinitas 26?; 29?; 32?; dan 35? berturut-turut adalah 2.22; 2.14; 1.56; dan 6.17 mL g-1, sedangkan nilai BCF pada suhu 28˚C; 31 ˚C;34 ˚C; dan 37 ˚C berturut-turut adalah sebesar 2.78; 3.25; 3.79; dan 3.51 mL g-1. ......The 30MW-Serba Guna Reactors (RSG) in puspitek ,Serpong may allow the release of the radionuclides that would contaminate the water system, one of them, is Caesium-137. Marine organisms are capable of accumulating the radioactive substances, resulting a higher concentration of it inside their body in contrast to the environment. Contamination can occur through internal pathways (ingestion) or external pathway (radiation in the environment). Supported by these statement, the 137Cs bioaccumulation study was performed by observing Target Fish (Therapon jarbua) from the Jakarta Bay. This research is intended to study the bioaccumulation's mechanism of 137Cs with the influence of salinity and water temperature on T. jarbua using a single-compartment biokinetic model by doing three experimental processes, namely acclimatization, contamination, and depuration. The activity of 137Cs was measured by High-purity Germanium (HPGE) gamma spectrometer. The results shows the values of bioconcentration factor (BCF) on T. jarbua at 26 ?; 29 ?; 32 ?; and 35 ? salinity, which are 2.22; 2.14; 1.56; and 6.17 mL g-1, respectively. On the other hand, the BCF values at 28°C; 31 °C; 34 ° C; and 37 ° C temperature are 2.78; 3.25; 3.79; and 3.51 mL g-1, respectively.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64449
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>