Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Simarmata, Mayannaria
"Masalah terkait obat adalah kejadian yang melibatkan terapi obat yang secara nyata atau potensial terjadi akan mempengaruhi hasil terapi yang diinginkan. Pasien yang mendapat perawatan intensif ditangani oleh team dokter sehingga mendapat polifarmasi yang menyebabkan kemungkinan besar terjadi interaksi obat sehingga menimbulkan masalah baru bagi pasien. Peranan apoteker pada pasien perawatan intensif masih terbatas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh intervensi terhadap masalah terkait obat pada pasien stroke dan gangguan kardiovaskular di ruang perawatan intensif Rumkital Dr. Mintohardjo Jakarta dan mendeskripsikan kondisi klinis pasien sebelum dan setelah intervensi. Penelitian yang dilakukan adalah studi eksperimen sebelum dan sesudah intervensi terhadap masalah terkait obat yaitu Pre dan Post Design yang bersifat prospektif. Kondisi klinis pasien dinilai dengan menggunakan skor Apache II. Jumlah pasien pada penelitian ini adalah 31 orang dengan umur 31-83 tahun (rata-rata 60,42 tahun). Laki-laki 21 orang ( 67,74% %).
Hasil penelitian menunjukkan 93,54% pasien mengalami masalah terkait obat dengan rata-rata 5,55 masalah terkait obat per pasien. Masalah terkait obat yang paling banyak ditemui adalah interaksi potensial (26,74%), perlu pemeriksaan laboratorium (21,51%) dan dosis obat terlalu tinggi/regimen dosis terlalu sering (14,53%). Pemberian intervensi berpengaruh nyata (p=0,000) terhadap jumlah kejadian masalah terkait obat. Kondisi klinis seluruh pasien sebelum intervensi pada skor Apache 2-31, sedangkan kondisi klinis pasien yang masih hidup setelah intervensi pada skor Apache 0-19. Pasien yang meninggal sebanyak 14 orang. Terdapat perbedaan yang bermakna antara kondisi klinis pasien yang masih hidup sebelum dan setelah intervensi (p=0,031). Intervensi apoteker secara bermakna menurunkan jumlah masalah terkait obat.

Drug related problem (DRP) is an event or circumstance involving drug therapy, that may actually or potentially interferes with desired health outcomes. Intensive care patients are often care by several teams with the result that polypharmacy that can lead to drugs interaction. The role of pharmacist at intensive care patient is limited. The objectives of this study were evaluating about the influence of pharmacist intervention on DRPs of cardiovascular disorders patients at intensive care unit and describing clinical condition of patients before and after intervention. The method which was used in this study was prospective with experimental study pre and post intervention for DRPs. Patient clinical condition was evaluated by Apache Score II. In this study the number of patient involved were 31 at the age 31-83 years (mean age 60,42 years). Mens were 21 (67,74%).
The result showed that 93,54% of the patient had DRPs and an average of 5,5 DRPs were recorded per patient. The DRPs categorize most often were potential interaction (26,74%), need laboratory test (21,51%), and drug dose too high or dosage regime too frequent ((14,53%). The patient used average of 10,81 drugs during hospitalization.There was statistically significant difference between DRPs pre and post intervention with (p= 0,000). Clinical condition of all patients before intervention was at Apache score 2-31 while clinical condition of all life patients after intervention was at Apache score 0-19. Patients who died in this study were 14 patients. There was statistically significant difference between the clinical status of life patients post and pre intervention (p= 0,031). Pharmacist intervention significantly decreased DRPs."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T29048
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Aurelia
"Latar belakang: Anak dengan GPPH tidak hanya mempengaruhi dirinya sendiri, tetapi juga keluarganya. Kelelahan psikologis dan fisik dari orang tua dapat mendorong penggunaan pola asuh yang kurang diharapkan. Pola asuh yang kurang diharapkan dikatakan dapat memperburuk gejala GPPH dan mendorong terbentuknya gangguan psikiatrik lain. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan pola asuh dengan kondisi klinis pasien GPPH di RSCM.
Metode:Penelitian ini merupakan studi cross-sectional pada 66 responden orang tua dari pasien anak dan remaja dengan GPPH. Penelitian dilakukan dengan kuesioner KPAA untuk menilai pola asuh, dan ACTRS untuk menilai kondisi klinis. Analisis data dilakukan dengan Fisher’s Exact Test dan uji korelasi Spearman.
Hasil: Sebaran pola asuh yang ditemukan adalah pola asuh ciri C (pemberian kebebasan penuh dan minim campur tangan) sebesar 68,2%, ciri A (penuh pertimbangan) sebesar 16,7%, ciri D (tidak konsisten) sebesar 9,1%, dan ciri B (dominan dan banyak menuntut) sebesar 6,1%. Sebagian besar responden masuk dalam kelompok tidak GPPH (51,5%). Terdapat hubungan tidak signifikan antara pola asuh dengan kondisi klinis pasien anak dan remaja dengan GPPH di RSCM. Terdapat korelasi positif lemah yang bermakna secara statistik antara skor B dengan kondisi klinis pasien anak dan remaja dengan GPPH di RSCM. Skor A, skor C, dan raw score tidak memiliki korelasi bermakna secara statistik dengan kondisi klinis pasien anak dan remaja dengan GPPH
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara pola asuh dengan kondisi klinis pasien anak dan remaja dengan GPPH di RSCM. Namun, terdapat korelasi positif lemah yang bermakna secara statistik antara skor B dengan kondisi klinis pasien anak dan remaja dengan GPPH di RSCM
......Introduction: ADHD in children does not only affect the children, but also their family. Psychological and physical stress experienced by parents may cause the use of inadequate parenting practices. Inadequate parenting practices could worsen child ADHD symptoms and the occurrence of secondary psychiatric disorder. This study was conducted to observe the association between parenting practices and clinical condition of children and adolescents with ADHD in RSCM
Method: This is a cross-sectional study with 66 parents of ADHD children as respondents. KPAA is used to measure the parenting practices, whereas clinical condition is measured with ACTRS. Data analysis was conducted using Fisher’s Exact Test and Spearman correlation test.
Result: Most of the patient have permissive parenting practices (68,2%), 16,7% have authoritative parenting practices, 9,1% have inconsistent parenting practices, and 6,1% have authoritarian parenting practices. Moreover, the majority of the patient are in the negative ADHD symptoms group (51,5%). There is no significant association between parenting practices and clinical condition of children and adolescents with ADHD in RSCM. There is a significant weak positive correlation between B score, that depict authoritarian parenting styles, and clinical condition of children and adolescents with ADHD in RSCM. There is no significant correlation between A score, C score, and raw score and clinical condition of children and adolescents with ADHD in RSCM.
Conclusion: There is no significant association between parenting practices and clinical condition of children and adolescents with ADHD in RSCM. However, there is a significant weak positive correlation between B score, that depict authoritarian parenting styles, and clinical condition of children and adolescents with ADHD in RSCM."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library