Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sadono Setyoko
"Prevalensi stunting balita di Indonesia tahun 2013 sebesar 37,2% mengalami peningkatan dari tahun 2010 sebesar 35,6% sehingga masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Faktor kondisi rumah dan sanitasi yang tidak layak dan penyakit infeksi berpotensi menjadi determinan stunting. Tujuan penelitian untuk mengetahui kondisi rumah, sanitasi dan penyakit infeksi terhadap risiko stunting balita 6-59 bulan di Indonesia berdasarkan data IFLS5 yang dilakukan pada tahun 2014-2015. IFLS5 menggunakan desain survey tetapi dalam penelitian ini menggunakan desain case control untuk kepentingan analisis dengan catatan bahwa aspek temporal dari varibel-variabel independen tidak selalu mencerminkan waktu kritis keterpajanan. Jenis dinding, kebersihan rumah, sumber air minum, pengolahan air minum, sumber air bersih, tempat buang air besar, sarana pembuangan air limbah, pembuangan sampah berhubungan dengan risiko stunting. Pengolahan air minum merupakan faktor dominan risiko stunting (OR=1,6). Pada kondisi rumah terdapat hubungan antara jenis dinding dan kebersihan rumah, pada sanitasi terdapat hubungan antara sumber air minum, pengolahan air minum, sumber air bersih, sarana buang air besar, sarana pembuangan air limbah, dan sarana pembuangan sampah dengan risiko stunting. Untuk menurunkan faktor risiko stunting balita 6-59 bulan di Indonesia dengan cara pengolahan air minum melalui pemanasan sampai mendidih 3-4 menit disamping intervensi gizi sensitif dan gizi spesifik lainnya.

The prevalence of stunting for children under five in Indonesia in 2013 was 37.2%, increasing from 2010 at 35.6% making it a public health problem. Factors of house conditions and sanitation unimproved and infectious diseases have the potential to become stunting determinants. The aim of the study was to find out the house conditions, sanitation and infectious diseases at the risk of stunting for children 6-59 months in Indonesia based on the IFLS5 data conducted in 2014-2015. IFLS5 uses survey design but in this study uses a case control design for analytical purposes, noting that the temporal aspects of the independent variables do not necessarily reflect the critical time of exposure. Types of walls, domestic hygiene, sources of drinking water, treatment of drinking water, sources of clean water, defecation facilites, waste disposal facilities, garbage disposal is associated with the risk of stunting. Drinking water treatment is the dominant factor in the risk of stunting (OR = 1.6). In the condition of the house there is a relationship between the type of wall and domestic hygiene, in sanitation there is a relationship between the source of drinking water, treatment of drinking water, sources of clean water, defecation facilities, waste disposal facilities, and garbage disposal with the risk of stunting. To reduce stunting risk factors for children aged 6-59 months in Indonesia by treatment of drinking water through heating to boiling 3-4 minutes in addition to other sensitive nutrition and specific nutrition interventions."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52996
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raihan Rasyad Albiruni
"Tuberkulosis (TB) paru merupakan salah satu penyakit menular melalui saluran pernapasan yang menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia. Berbagai faktor dapat mempengaruhi penyebaran penyakit TB paru. Penelitian ini akan menganalisis hubungan faktor sosial ekonomi, gaya hidup, akses fasilitas kesehatan, dan kondisi rumah dan permukiman dengan prevalensi TB paru di Indonesia Tahun 2018. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi dengan unit analisis provinsi dengan total 34 provinsi. Analisis data menggunakan uji korelasi dan regresi linier. Hasil studi menunjukan bahwa rata-rata prevalensi TB paru di Indonesia sebanyak 381 per 100.000 penduduk. Faktor risiko yang berhubungan dengan penyebaran penyakit tuberkulosis paru adalah kemudahan akses ke puskesmas (p-value = 0,000, r = -0,631), kebiasaan membuka jendela kamar tidur setiap hari (p-value = 0,036, r = -0,361), luas ventilasi memenuhi syarat pada kamar tidur (p-value = 0,002, r = -0,517), ruang masak (p-value = 0,003, r = -0,495), dan ruang keluarga (p-value = 0,006, r = -0,464), dan tingkat pencahayaan kamar tidur memenuhi syarat (p-value = 0,001, r = 0,550). Faktor risiko utama penyebaran TB paru di Indonesia yaitu kemudahan akses ke puskesmas (B = -0,668, p-value = 0,007). Hasil tersebut mencerminkan bahwa proporsi kemudahan akses ke puskesmas lebih tinggi maka prevalensi TB paru lebih rendah. Pemerintah perlu mempercepat pemerataan pembangunan fasilitas kesehatan agar seluruh wilayah di Indonesia memiliki kemudahan dalam memperoleh kesehatan.
......Pulmonary tuberculosis (TB) is one of the infectious diseases through the respiratory tract which is the main cause of death worldwide. Various factors can affect the spread of pulmonary TB disease. This study will analyze the relationship of socio- economic factors, lifestyle, access to health facilities, and housing and settlement conditions with the prevalence of pulmonary TB in Indonesia in 2018. This study uses an ecological study design with a provincial unit of analysis with a total of 34 provinces. Data analysis used correlation test and linear regression. The results of the study show that the average prevalence of pulmonary TB in Indonesia is 381 per 100,000 population. The risk factors associated with the spread of pulmonary tuberculosis are the ease of access to the public health center (p-value = 0.000, r = -0.631), the habit of opening the bedroom window every day (p-value = 0.036, r = -0.361), the ventilation area meets requirements for bedrooms (p-value = 0.002, r = -0.517), cooking room (p-value = 0.003, r = -0.495), and family rooms (p-value = 0.006, r = -0.464), and bedroom lighting meets the requirements (p-value = 0.001, r = 0.550). The main risk factor for the spread of pulmonary TB in Indonesia is the ease of access to public health center (B = -0.668, p- value = 0.007). These results may reflect that the proportion of ease of access to the public health center is higher, the prevalence of pulmonary TB is lower. The government needs to accelerate the equitable distribution of health facility development so that all regions in Indonesia have easy access to health."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library