Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yunita Dwi Anggraini
"Tercatat 5.4% anak balita Indonesia gizi buruk dan 13.0% gizi kurang. Kualitas SDM Indonesia peringkat ke-124 dunia pada 2011 menurut UNDP. Konsumsi susu sebagai sumber makanan/minuman dengan zat gizi lengkap di Indonesia masih rendah, hanya 11,9 liter/kapita/tahun. Jumlah anak balita sebagai kelompok umur yang direkomendasikan mengonsumsi susu di Indonesia mencapai 22.6 juta jiwa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jumlah media yang memuat iklan susu yang memapar, frekuensi paparan iklan susu, pendidikanorangtua (ayah dan ibu), pekerjaan orangtua (ayah dan ibu), pendapatan keluarga, pengetahuan gizi orangtua, jumlah anak, umur anak, dan alergi susu pada anakbalita dengan konsumsi susu anak balita di wilayah Kelurahan PekayonKecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur.
Desain studi berupa kuantitatif crosssectional dengan sampel 86 orangtua yang memiliki anak balita umur 13-59 bulan yang dipilih secara acak dari data total anak balita umur 13-59 bulan di wilayah Kelurahan Pekayon. Variabel yang memiliki hubungan bermakna dengan tingkat konsumsi susu pada balita adalah jumlah media yang memuat iklan susu yang memapar (p value = 0.020; OR = 3.4), frekuensi paparan iklan susu (p value = 0.012; OR = 3.6), pendidikan ibu (p value = 0.004; OR = 5.9), pendapatan keluarga (p value = 0.012; OR = 4.0), pengetahuan gizi orangtua (p value = 0.006; OR = 7.1), jumlah anak (p value = 0.009; OR = 5.6 ), dan alergi (p value = 0.001; OR = 11.6 ).
Perlu peran orangtua, kader kesehatan, dan kerjasama sektor pemerintah dari kementrian kesehatan, serta kementrian pertanian untuk meningkatkan konsumsisusu Indonesia.

Recorded 18.4% under five years old children in Indonesia have undernutrition. The quality of Indonesian was number 124th in a world in 2011 according to UNDP. The prevalence of milk consumption in Indonesia was below (11,9 L/capita/year). The number of under five years old children in Indonesia, as a group that recommended to consume milk, was very large, around 22,6 million.
The purpose of this study was to investigate the correlation between the amount of mass media, frequencies of milk advertisement, parents? education, parents? employment status, family?s economic status, parents? nutrition knowledge, number of children, children?s age, and allergies with milk consumption among under five years old children in Kelurahan Pekayon, Pasar Rebo, East Jakarta.
This study used quantitative cross sectional design with 86 parents as respondents and simple random sampling was used to choose the sample. The result of this study showed correlation between amount and frequencies of milk advertisement (p=0,020; OR=3,4 and p=0,012; OR=3,6), mother?s educational status (p=0,004; OR=5,9), family?s economic status (p=0,012; OR=4), nutrition knowledge (p=0,006; OR=7,1), number of children (p=0,009; OR=5,6), and allergies (p=0,001; OR=11,6).
From these result we suggest that to increase milk consumption in Indonesia, the contribution of parents, health workers, and the collaboration between Ministry of Health and Ministry of Agriculture is very important."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Anissa Mahani
"ABSTRAK
Penelitian ini berfokus pada kajian tentang perbedaan pada dimensi dimensi gaya hidup, konsep diri, dan faktor intemal dan eksternal terhadap susu dengan manfaat khusus diantara ketiga kelompok konsumen di DKI Jakarta dan sekitarnya. Perkembangan industri pengolahan susu memacu persaingan yang semakin ketat diantara perusahaan dalam industri tersebut. Dalam rangka mengembangkan produk susu dan menjawab persaingan global, maka sebagai produsen susu, manajemen FFI berusaha untuk melakukan survei untuk mendapatkan gambaran perbedaan individual pada pola konsumsi susu dengan manfaat khusus diantara tiga kelompok konsumen yaitu, kelompok konsumen scring, kelompok konsumen jarang dan kelompok nir konsumsi susu dengan manfeat khusus pada dimensi dimensi dimensi gaya hidup, konsep diri, faktor internal (persepsi, pembelajaran, daya ingat, motivasi, kepribadian, emosi, sikap dan nilai nilai dalam hidupnya) dan pengaruh eksternalnya (referensi kelompok, aktivitas pemasaran). Selanjutnya, penelitian ini bertujuan untuk menemukan kombinası terbaik dari dimensi-dimensi tersebut yang memaksimalkan perbedaan antar kelompok dan kemudian memprediksi pengelompokan konsumen atas dasar dimensi dimensi tersebut.
Metode penelitian menggunakan metode kualitatif dan kuantitaf melalui proses interview dan Diskusi kelompok untuk menjadi masukan dalam pembuatan survei. Pengumpulan data dilakukan terhadap konsumen dilakukan di DKI Jakarta dan sekitarnya Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 16.
Dari hasil analisis, disimpulkan bahwa 1) Tenlapat perbedaan gaya hidup diantara tiga kelompok konsumen, 2) Tidak ada perbedaan konsep diri diantara liga kelompok konsumen, 3) Tidak ada perbedaan Nilai diantara tiga kelompok konsumen 4) Tidak ada perbedaan kepribadian diantara tiga kelompok konsumen, 5) 1erdapat perbedaan faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi konsumen dalam memilih susu diantara tiga kelompok konsanen; 6) Secara bersama-sama, Faktor Gaya hidup Tanggap Informasi, Faktor nilai eksistensi, Faktor pribadi bertanggungjawab dan faktor Emosi & Motivasi dapat memprediksi pengelompokkan konsumen kedalam kelompok konsumen sering jarang dan nir konsumsi susu dengan manfaat khusus; 7) usulan untuk produsen susu perlu memaharni sikap konsumen dari kelompok niz konsumsi yang difokuskan pada potensi untuk mengkonsumsi susu dengan manfaat khusus.

ABSTRAK
This research is focusing at the study of differencess of several dimensionals, lifestyle, self concept, internal and external factors about special benefit milk's consumption between the three's consumer groups. In term of developing the product and eager to be the number one in Milk industry, FFI want to capture Individual Differencess in consumer's sepecial benefit's milk consumption Pattern between the three's consumer groups, heavy users, light users and non users in several dimensionals: lifestyle, self concept, internal factor (perception. learning, memory, motivation, personality, emotion, attitude and values) and also external factor (refrence status, marketing activities). Then, this research's objective is to find the best combination from those dimensionals which can maximise the group's differencess afterwards, prediet consumer's groupness based on those dimensionals
This qualitative and quantitative research are using interview, Focus Group Discussion to enrich questionnaire construction. The Data was gathered from consumers in DKI Jakarta. SPSS ver 16 programme is used to analyzed the dats.
The conclusion are 1) there is a difference in lifestyle dimensional between the three consumer's group, 2) there is a difference in selfconcept dimensional between the three consumer's group, 3) there is no difference in value dimensional between the three consumer's group, 4) there is a difference in personality dimensional berween the three consumer's group, 5) there is a difference in internal and extemal dimensional between the duve consumer's group, ) together, Life style factor "information attentively, Values factor "Existens's personality factor responsibility, and factor cawtion & motivation', 7) suggestion to FFI, should understanding consumer's attitude in non users group that can be potencial to consume special benefit milk."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T38324
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jihan Mujtahidah
"ABSTRAK
Latar Belakang: Tingkat konsumsi susu masyarakat Indonesia cukup tinggi. Susu yang banyak dikonsumsi anak-anak dan remaja adalah susu formula dan susu UHT. Kalsium yang dikonsumsi dari susu akan diserap melalui mekanisme
sistemik kemudian diserap dan disekresikan oleh kelenjar saliva menjadi kalsium
bebas dalam saliva. Kalsium saliva merupakan komponen saliva yang dibutuhkan
untuk proses mineralisasi plak bakteri menjadi kalkulus. Kalkulus merupakan
kondisi lokal penyebab timbulnya penyakit periodontal. Tujuan: Untuk
menganalisis apakah terdapat perbedaan kadar kalsium saliva anak berkalkulus
pengonsumsi susu formula dan UHT. Metode: Penelitian ini dilakukan secara
analitik observasional laboratorik dengan pendekatan cross sectional pada 24 anak
berkalkulus pengonsumsi susu formula, dan 24 anak pengonsumsi susu UHT usia
5-7 tahun yang memenuhi kriteria. Pemilihan subjek melalui seleksi kuisioner dan
pemeriksaan. Sampel penelitian diambil dari saliva anak. Pengukuran kadar
kalsium saliva dengan spektrofotometri serapan atom. Hasil penelitian diolah
secara statistik dengan menggunakan t-Test tidak berpasangan dengan nilai
p<0,05. Hasil: Rerata kadar kalsium saliva anak berkalkulus pengonsumsi susu
formula lebih rendah (4,079±1,193 mg/dL) dari anak berkalkulus pengonsumsi
susu UHT (4,271±1,315 mg/dL). Analisis t-Test tidak berpasangan menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) antara rerata kadar kalsium
saliva anak berkalkulus pengonsumsi susu formula dan susu UHT, dan secara
statistik bermakna (p=0,001). Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang bermakna
antara kadar kalsium saliva anak berkalkulus pengonsumsi susu formula dan susu
UHT. Kadar kalsium saliva anak berkalkulus pengonsumsi susu formula lebih
rendah nilainya dari anak berkalkulus pengonsumsi susu UHT.

ABSTRACT
Background: The level of milk consumption Indonesian is high. Milk the most
mostly consumed children and teenager is formula milk and ultra high
temperature (UHT) milk. Calcium of milk will be absorbed by the mechanisms of
bodys syistemic and then will be absorbed and secreted by salivary glands to be
calcium free in saliva (calcium ions). Salivary calcium are saliva component on
promoting mineralization bacterial plak in dental calculus formation. Dental
calculus is local condition to contribute in periodontal disease. Purpose: to
analyze the difference of salivary calcium level between children who has dental
calculus whom consumption formula milk and UHT milk. Method: The research
is Analitic of obeservasional laboratoric with cross sectional approach, Subjec has
been take from cuesioner and examination. Saliva samples were collected from 24
children aged 5-7 years who has supra gingival calculus whom consumpted
formula milk and 24 children who has supra gingival calculus whom consumted
UHT milk. Salivary calcium level was assesed by atomic absorption
spectrofotometry. The data were procesed by using not paired t-Test statistics.
Results: salivary calcium level mean of formula milk group (4,079±1,193 mg/dL)
is lower than UHT milk group (4,271±1,315 mg/dL). There is a significant
difference salivary calcium level between children who has dental calculus whom
consumed formula and UHT milk (p=0,001). Conclusion: There is a significant
difference salivary calcium level between children who has dental calculus whom
Consumed Formula and UHT Milk."
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farisa Milla Shabrina
"Kalsium merupakan zat gizi yang berperan penting dalam pertumbuhan. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan asupan kalsium berdasarkan frekuensi konsumsi susu, frekuensi konsumsi sumber kalsium lain, preferensi rasa susu, kebiasaan sarapan, aktivitas fisik, jenis kelamin, pengetahuan mengenai kalsium, dan uang saku. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dan dilakukan pada 120 siswa SMP Islam PB Soedirman Jakarta Timur selama bulan April 2016. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner dan asupan kalsium diukur dengan wawancara food recall 2x24 jam. Data dianalisis dengan menggunakan uji t-test independent.
Hasil penelitian ini menunjukkan 46% memiliki asupan kalsium kurang dengan rata-rata asupan kalsium 428± 340,3 mg. Analisis bivariat menunjukkan terdapat perbedaan asupan kalsium yang signifikan berdasarkan frekuensi konsumsi susu, preferensi rasa susu, jenis kelamin, dan pengetahuan mengenai kalsium.

Calcium plays a central role in human's growth. This research aims to explore and determine the differences of calcium intake based on milk consumption frequency, other calcium-rich foods sources frequency, milk-taste preferences, breakfast habit, physical activity, sex, calcium-related knowledge, and pocket money. This research adapts cross-sectional design with a total of 120 students of PB Soedirman Islamic Junior High School in West Jakarta during April 2016. Data was collected using questionnaire and food recall (2x24 hours) method to measure calcium intake. The data was analyzed using t-test independent test.
The results showed that 46% of the students had calcium intake below 924 mg/day and the average calcium intake was 428±340.3 mg. Bivariate analysis results showed significant mean-difference of calcium intake based on milk consumption frequency, milk taste preference, sex, and calcium-related knowledge.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S65433
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilda Rahmani Fitri
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor terkait dan dominan faktor dalam kejadian stunting pada anak-anak antara 24-30 bulan dalam dua yang dipilih desa-desa di Kecamatan Cakung pada tahun 2019. Metode penelitian ini adalah cross sectional Desain. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 221 anak-anak dan mereka diperoleh oleh pengambilan sampel cluster. Penelitian ini dilakukan pada Mei 2019 di Jatinegara dan Pulogebang Kecamatan. Database dikumpulkan dengan mengukur tinggi badan, wawancara pada kuesioner, dan penarikan makanan 2x24 jam. Hasil analisis menunjukkan Proporsi anak usia 24-30 bulan yang mengalami stunting adalah 20,4%. Mann Whitneys Tes menunjukkan bahwa asupan makronutrien, asupan mikronutrien seperti vitamin C dan seng menunjukkan hubungan yang signifikan dengan stunting. Uji chi square menunjukkan hal itu makronutrien, asupan mikronutrien seperti vitamin A, usia minum susu, frekuensi konsumsi susu, pendidikan ibu, dan pengetahuan ibu tentang gizi menunjukkan a hubungan yang signifikan dengan stunting. Hasil analisis multivariat diperoleh usia minum susu sebagai faktor dominan dalam kejadian stunting pada anak usia 24- 30 bulan di dua kecamatan terpilih di Kecamatan Cakung.

The purpose of this study was to determine the related factors and dominant factors in the incidence of stunting in children between 24-30 months in the two selected villages in Cakung District in 2019. The method of this study was cross sectional design. The number of samples in this study were 221 children and they were obtained by cluster sampling. This research was conducted in May 2019 in Jatinegara and Pulogebang Districts. The database was collected by measuring height, interview on
questionnaire, and 2x24 hour food withdrawal. The analysis showed that the proportion of children aged 24-30 months who experienced stunting was 20.4%. The Mann Whitney Test shows that macronutrient intake, micronutrient intake such as vitamin C and zinc
show a significant relationship with stunting. Chi square test showed that macronutrients, micronutrient intake such as vitamin A, age of drinking milk, frequency of milk consumption, mothers education, and mothers knowledge about nutrition showed a significant relationship with stunting. Multivariate analysis results obtained by age drinking milk as a dominant factor in the incidence of stunting in children aged 24-30 months in two sub-districts selected in the District of Cakung."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iftita Rakhma Ikrima
"Kalsium merupakan zat gizi yang berperan penting dalam pertumbuhan sehingga perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhinya. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan asupan kalsium berdasarkan kebiasaan sarapan, kebiasaan konsumsi susu, kebiasaan konsumsi softdrink, aktivitas fisik, jenis kelamin, pengetahuan tentang kalsium, uang saku, pendidikan ibu dan ayah serta konsumsi suplemen kalsium.
Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional yang dilakukan pada 161 siswa SMA Negeri 2 Kota Depok selama bulan April 2015. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner umum, kuesioner pengetahuan, kuesioner aktivitas fisik, dan asupan kalsium diukur dengan wawancara food recall 2x24 jam. Data dianalisis dan dianalisis menggunakan uji Chi Square.
Hasil penelitian ini menunjukkan 69,6% memiliki asupan kalsium kurang dengan rata-rata asupan kalsium 785,7 mg ± 295,82. Analisis bivariat menunjukkan terdapat perbedaan asupan kalsium yang signifikan berdasarkan kebiasaan sarapan, kebiasaan konsumsi susu, dan jenis kelamin. Berdasarkan hasil tersebut, diharapkan pihak sekolah dapat memberikan edukasi mengenai pentingnya asupan kalsium, konsumsi susu, dan kebiasaan sarapan kepada siswanya.

Calcium is nutrient that has important roles in the growth. This research aimed to determine the differences of calcium intake based on breakfast habit, milk consumption, soft drink consumption, physical activity, sex, calcium knowledge, socio-economic (pocket money, mother and father's education), and calcium suplement consumption.
This research used cross sectional design with a total sample of 161 students of Senoir High School 2 Depok during April 2015. Data collection was conducted using general questionairre, PAQ-A, and calcium intake was measured by 2x24 hours food recall. The data was analyzed using Chi Square test.
The results showed that 69,6% of the students had calcium intake below 960 mg/day and the average calcium intake of students was 785,7 mg ± 295,82. Bivariate analyzes showed that there was significant diffference of calcium intake based on breakfast habit, milk consumption, and sex. Thus, it is recommended for the school to provide education about the important of calcium intake, milk consumption, and breakfast habit to the students to prevent calcium deficiency.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60261
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Nur Kamilah
"Asupan kalsium merupakan hal yang krusial pada remaja seiring terjadinya percepatan pertumbuhan dan pembetukkan tulang yang intensif. Namun asupan kalsium pada remaja masih kurang memenuhi kebutuhan yang dianjurkan. Padahal asupan kalsium yang tidak adekuat dapat berdampak pada peak bone mass yang tidak optimal sehingga dapat berakibat pada penurunan massa tulang (osteopenia) yang berujung pada osteoporosis maupun patah tulang di usia lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran asupan kalsium pada remaja SMA Negeri Kota Depok tahun 2024 serta hubungannya dengan kebiasaan konsumsi susu, kebiasaan sarapan, kebiasaan konsumsi soft drink, aktivitas fisik, jenis kelamin, pengetahuan tentang kalsium, pendidikan ayah, pendidikan ibu, pendapatan orang tua. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan total sampel 209 remaja dan pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret-Mei 2024. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner dan asupan kalsium diukur melalui wawancara food recall 2x2 jam. Data dianalisis menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan 72,2% remaja memiliki asupan kalsium yang kurang dari kebutuhan (<80% AKG) dengan rata-rata 654,1±354,4 mg. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan konsumsi susu (p <0,001 OR 19,36), kebiasaan sarapan (p <0,001 OR 4,59), kebiasaan konsumsi soft drink (p = 0,023 OR 2,37), jenis kelamin (p = 0,040 OR 1,89), pengetahuan tentang kalsium (p = 0,003 OR 5,53), dan aktivitas fisik (p = 0,013 OR 2,27) dengan asupan kalsium. Remaja perlu meningkatkan konsumsi susu, membiasakan sarapan pagi, serta mengurangi konsumsi soft drink. Peningkatan aktivitas fisik diiringi dengan asupan kalsium yang adekuat sangat dibutuhkan untuk mencapai peak bone mass yang optimal.

Calcium is one of the most essential nutrient especially in adolescents due to growth spurt period and intensive bone development. However most adolescents fail to achieve the recommended calcium intake. Inadequate calcium intake can contribute to low peak bone mass and increasing the risk of osteopenia, which can lead to osteoporosis and fragility fracture later in life. This study aims to describe calcium intake among public high school adolescents in Depok City in 2024 and its relationship with milk consumption, breakfast habits, soft drink consumption, physical activity, gender, knowledge about calcium, father's education, mother's education, and parental income. Study design is cross-sectional with a total of 209 sample during March-May 2024. Data was collected through questionnaire and calcium intake was measured by 2x24-hour food recall. Data were analyzed by chi-square test. The results showed that 72.2% of adolescents had calcium intake less than their requirements (<80% RDA) with an average of 654.1±354.4 mg. Bivariate analysis results showed significant relationships between milk consumption (p <0.001, OR 19.36), breakfast habits (p <0.001, OR 4.59), soft drink consumption (p = 0.023, OR 2.37), gender (p = 0.040, OR 1.89), calcium knowledge (p = 0.003, OR 5.53), and physical activity (p = 0.013, OR 2.27) with calcium intake. Adolescents need to increase milk consumption, adopt breakfast habit, and reduce soft drink consumption. Physical activity and adequate calcium intake are important to reach the optimum peak bone mass (PBM)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library