Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asep Setiawan
Abstrak :
ABSTRAK
Modifikasi serat rayon menggunakan teknik radiasi sebagai adsorben uranium telah dilakukan. Modifikasi dilakukan dengan cara kopolimerisasi cangkok dengan teknik radiasi secara simultan menggunakan monomer N,N'- metilendiakrilamid (NBA), monomer glycidil metacrylate (GMA), serta campuran NBA dan GMA yang dicangkokkan pada serat rayon, juga dilakukan pengikatan asam sitrat sebagai ligan pada serat tercangkok monomer, sehingga diperoleh kopolimer cangkok Rayon-g-NBA, Rayon-g-NBA-CA, Rayon-g-GMA, Rayon-g-GMA-CA, Rayon-g-NBA-GMA, dan Rayon-g-NBA-GMA-CA. Penelitian ini bertujuan untuk membuat serat penukar ion yang dapat mengadsorpsi uranium dengan kapasitas tukar ionnya yang baik. Parameter yang dipelajari adalah pengaruh dosis serap, volume monomer, konsentrasi monomer, dan rasio volume larutan. Serat yang telah dimodifikasi dikarakterisasi sifat fisiknya diantaranya ditentukan persen cangkok, topologi, sifat termal, kristalinitas, serta kapasitas tukar ionnya. Hasil yang diperoleh adalah kondisi optimum untuk memodifikasi serat rayon. Dosis radiasi yang digunakan 0,5 kGy untuk R-g-NBA dan R-g-GMA; 0,75 kGy R-g-NBA-CA, R-g-GMA-CA, dan Rg- NBA-GMA; dan 1 kGy untuk R-g-NBA-GMA-CA. Volume monomer optimum untuk semua serat termodifikasi dengan berat serat 100 mg adalah 10 mL, konsentrasi optimum adalah 5%, rasio volume larutan adalah 8:2 untuk R-g- NBA-CA, 5:5 untuk R-g-GMA-CA, dan R-g-NBA-GMA, dan 4:2:4 untuk R-g- NBA-GMA-CA. Dari karakterisasi yang dilakukan terlihat bahwa pencangkokan berhasil dilakukan dengan melihat persen grafting, spektra IR, sifat panas, diameter, dan kristalinitas dari serat termodifikasi dibandingkan dengan serat asli. Serat termodifikasi dengan GMA dan asam sitrat (R-g-GMA-CA) memberikan hasil terbaik dengan kapasitas adsorpsi terhadap uranium terbesar yaitu 0,3 meq/g serat.
Abstract
Rayon fiber modification using radiation techniques for uranium metal adsorbent has been conducted. Modifications conducted by grafting copolymerization with simultaneous radiation technique using the monomer N, N'-metilendiakrilamid (NBA), glycidil metacrylate monomer (GMA), as well as a mixture of NBA and GMA is grafted on a rayon fiber, also made of citric acid as a ligand binding to the grafted fiber monomer, in order to obtain a graft copolymer Rayon -g-NBA, Rayon-g-NBA-CA, Rayon-g-GMA, Rayon-g-GMA-CA, Rayon-g-GMA-NBA, and Rayon-g-NBA-GMA-CA. The study aims to create an ion exchange fibers which can adsorb uranium with a fine ion exchange capacity. Parameters studied are, respectively, the influence of absorbed doses, the volume of monomers, monomer concentrations, and the ratio of solution volumes. Modified fibers were characterized physical properties of which are determined percentage of, respectively, persent grafts, topologies, thermal properties, crystallinities, and ion exchange capacities. The results obtained are optimum conditions for modifying the rayon fiber. Dose of 0.5 kGy of radiation used for R-g-NBA and R-g-GMA; 0.75 kGy for R-g-NBA-CA, R-g- GMA-CA and R-g-NBA-GMA, and 1 kGy for R-g-NBA-GMA-CA. Optimum monomer volume for all the fibers modified with fiber weight of 100 mg was 10 mL, the optimum concentration was 5%, the solution volume ratio is 8:2 for the R-g-NBA-CA, 5:5 for R-g-GMA-CA- and Rg- NBA -GMA, and 4:2:4 for the R-g-NBA-GMA-CA. From the characterization performed shows that the transplant has been successed by observing at, respectively, the percentage of graftings, IR spectras, thermal properties, diameters, and crystallinities of the fiber-modified compared to its original fiber. Fibers modified with GMA and citric acid (R-g-GMA-CA) provided the best results with the adsorption capacity of the largest uranium metal is 0.3 meq / g fiber.
2012
T30997
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gunung Pambudi
Abstrak :
Kopolimerisasi propena/1-butena dan propena/1-heksena dilakukan pada reaktor autoclave skala laboratorium 4 liter, dengan variasi kadar komonomer yang dimasukkan antara 0.5 – 10 %, dengan menggunakan sistem katalis Zigler-Natta MgCl2/TiCl4/DIBP, donor eksternal CHMMS dan kokatalis TEA pada suhu 70°C dan tekanan 30 bar selama 2 jam. Kenaikkan kadar komonomer 1-butena dari 0,6 % ke 6 % mol dalam umpan tidak mempengaruhi produktifitas polimerisasi. Sebaliknya, terlihat terjadi penurunan produktifitas oleh efek dari kenaikkan kadar komonomer 1-heksena dari 0,9 % ke 9,9 % mol dalam umpan. Diperoleh kadar komonomer dalam kopolimer sebesar 0,9 % sampai 3,2 % mol untuk propena/1-butena dan 0,6 % sampai 2,3 % mol untuk propena/1-heksena. Densitas, kristalinitas, titik leleh, xylene insoluble, tensile strength, flexural modulus dan sifat optik haze menurun sejalan dengan meningkatnya kadar komonomer (1-butena dan 1-heksena) dalam kopolimer. Meningkatnya kadar komonomer dalam kopolimer tidak berpengaruh terhadap melt flow index. Scanning electron microscopy (SEM) digunakan untuk karaterisasi morfologi permukaan cuplikan kopolimer pada kadar komonomer yang berbeda. Ditemukan bahwa kekasaran permukaan dan pori-pori kopolimer dipengaruhi oleh kadar komonomer. ......Copolymerization of propene/1-butene and propene/1-hexene was carried out in 4 liters laboratory bench-scale autoclave reactor with various concentrations of comonomer between 0.5 and 10 % mol in the feed using Ziegler-Natta catalyst system of MgCl2/TiCl4/DIBP, external donor CHMMS and TEA as cocatalyst at polymerization temperature 70°C and pressure 30 bar for 2 hours. A increase 1-butene comonomer from 0.6 % to 6 % mol in the feed had no effect on the polymerization productivity. On the other hand, the drop in productivity could be seen to be an effect of the increase in concentration of the 1-hexene comonomer.from 0.9 % to 9.9 % mol. Comonomer incorporation from 0.9 to 3.2 % mol for propene/1-butene and 0.6 to 2.3 % mol for propene/1-hexene copolymer were obtained. As the content of comonomer (1-butene and 1-hexene) increased in the copolymer, the density, crystallinity, melting temperature, xylene insoluble, tensile strength, flexural modulus and optical properties haze decreased linearly. A increase comonomer content (1-butene and 1-hexene) in the copolymer had no effect on the melt flow index. Scanning electron microscopy (SEM) has been used to characterize the surface morphology of copolymer particles at different comonomer content. It is found that a coarse and pores of copolymer particles is influenced by comonomer content.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T20620
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febbi Miyenti
Abstrak :
[ABSTRAK
Selulosa telah diisolasi dari jerami padi dengan tiga tahapan yaitu de-waxing, delignifikasi, dan penghilangan hemiselulosa. Rendemen selulosa yang didapatkan adalah 33,55%. Hidrogel superabsorben berbahan dasar selulosa jerami padi sebagai kerangka utama telah berhasil disintesis dengan komposisi monomer akrilamida 0,724 mol/L dan asam akrilat 1,429 mol/L, pengikat silang N,N?-metilena-bis-akrilamida 2,319 mmol/L, dan inisiator kalium persulfat 7,94 mmol/L. Kopolimerisasi dilakukan pada suhu 70oC dengan mengalirkan gas nitrogen. Kapasitas swelling dari superabsorbent yang dihasilkan pada swelling air sebesar 691,18 g/g dan swelling urea sebesar 765,58 g/g. Superabsorben memiliki kinetika swelling air dan urea mengikuti model kinetika pseudo-orde kedua dengan konsatnta laju swelling air dan urea berturut-turut adalah 0,044 gram-1menit-1 dan 0,127 gram-1menit-1. Oleh karena itu persamaan laju swelling dapat dituliskan sebagai v = k [absorbat]2. Karakterisasi selulosa dan superabsorben dilakukan dengan spektroskopi FTIR untuk analisis gugus fungsi, XRD untuk analisis pola difraksi, SEM untuk melihat morfologi permukaan hidrogel, dan DSC untuk analiss ketahan termal.
ABSTRACT
Cellulose had been isolated from rice straw with three steps, dewaxing, removal hemicellulose and delignification. Cellulose yield obtained was 33,55%. Cellulose-based superabsorbent was synthesized from rice straw with copolimerization of acrylamide and acrylic acid as monomer, N,N?-methylene-bis-acrylamide as cross-linker and potassium persulfate as initiator with composition 0,724 mol/L; 1,429 mol/L; 2,319 mmol/L; and 7,94 mmol/L, respectively. Copolymerization was conduct at temperature 70 ⁰C in nitrogen atmophere. Swelling capacity of superabsorbent in water is 691,18 g/g, dan in urea solution is 765,58g/g. Swelling kinetic of superabsorbent follow pseudo-second order kinetics with rate constant in aqudest and urea was 0,044 gram-1minute-1 dan 0,127 gram-1minute-1. Thus, equation rate of swelling can be written as v = k [Absorbat]2. Cellulose and superabsorbent was characterized with FTIR, XRD, SEM and DSC., Cellulose had been isolated from rice straw with three steps, dewaxing, removal hemicellulose and delignification. Cellulose yield obtained was 33,55%. Cellulose-based superabsorbent was synthesized from rice straw with copolimerization of acrylamide and acrylic acid as monomer, N,N’-methylene-bis-acrylamide as cross-linker and potassium persulfate as initiator with composition 0,724 mol/L; 1,429 mol/L; 2,319 mmol/L; and 7,94 mmol/L, respectively. Copolymerization was conduct at temperature 70 ⁰C in nitrogen atmophere. Swelling capacity of superabsorbent in water is 691,18 g/g, dan in urea solution is 765,58g/g. Swelling kinetic of superabsorbent follow pseudo-second order kinetics with rate constant in aqudest and urea was 0,044 gram-1minute-1 dan 0,127 gram-1minute-1. Thus, equation rate of swelling can be written as v = k [Absorbat]2. Cellulose and superabsorbent was characterized with FTIR, XRD, SEM and DSC.]
2015
T43585
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noverra Mardhatillah Nizardo
Abstrak :
Ukuran partikel merupakan salah satu faktor yang menentukan sifat polimer emulsi. Polimer emulsi memiliki ukuran partikel antara 10 sampai dengan 1500 nm. Untuk aplikasi coating, dibutuhkan polimer emulsi dengan ukuran partikel yang kecil agar diperoleh hasil coating yang halus, kekuatan adhesi dan ketahanan terhadap air yang baik, serta kestabilan yang cukup lama. Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh dari surfaktan natrium dodesil benzena sulfonat (SDBS) rantai lurus dan bercabang serta beberapa teknik polimerisasi emulsi terhadap ukuran partikel pada kopoli(stirena/butil akrilat/metil metakrilat) dengan menggunakan kombinasi surfaktan anionik dan nonionik (nonil fenol, EO10) dan inisiator ammonium persulfat. Hasil pengukuran DSC, solid content, IR, dan berat molekul relatif rata-rata menunjukkan bahwa terbentuk kopoli(stirena/butil akrilat/metil metakrilat). Surfaktan SDBS rantai bercabang menghasilkan ukuran partikel yang lebih kecil dibandingkan surfaktan SDBS rantai lurus tetapi grit yang terbentuk lebih banyak. Teknik batch dapat menghasilkan solid content tertinggi yaitu 38,73% saat menggunakan surfaktan SDBS rantai lurus dan 38,47% saat menggunakan surfaktan SDBS rantai bercabang. Teknik semi kontinyu secara umum menghasilkan viskositas yang tinggi yaitu 168,5 mPas saat menggunakan SDBS rantai lurus dan 128 mPas saat menggunakan SDBS rantai bercabang.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Nabilah
Abstrak :
Hidrogel superabsorben telah berhasil disintesis dengan karboksimetil selulosa (CMC) sebagai kerangka utama, akrilamida (AAm) sebagai monomer, N,N’- metilena-bis-akrilamida (MBA) sebagai pengikat silang, dan amonium persulfat (APS) sebagai inisiator. Karakterisasi dilakukan dengan spektroskopi FTIR untuk analisis gugus fungsi dan SEM untuk melihat morfologi permukaan hidrogel. Spektrum IR memperlihatkan adanya serapan baru dan kuat pada bilangan gelombang sekitar 1660 cm-1 karena adanya vibrasi regangan dari gugus karbonil pada amida. Hasil foto SEM memperlihatkan perbedaan CMC sebelum tercangkok yang berupa fibril-fibril terpisah menjadi menyatu setelah dilakukan pencangkokan terhadap poliakrilamida. Kapasitas pengembangan hidrogel terbesar didapat sebesar 27,62 g/g pada konsentrasi AAm sebesar 30%, MBA 1,5%, APS 1% (%w/v), dan CMC 0,7 g dengan suhu reaksi 80ºC. Modifikasi menjadi hidrogel berpori dengan penambahan CaCO3 dapat meningkatkan kapasitas pengembangan sebesar 98,27 g/g. Hidrolisis pada sebagian gugus amida pada hidrogel dapat meningkatkan kapasitas pengembangan hingga 204,72 g/g. Hidrogel hasil hidrolisis memiliki kinetika penyerapan urea mengikuti model kinetika orde satu, sedangkan kinetika pelepasannya mengikuti model kinetika orde nol dan Higuchi yang berarti laju pelepasannya tidak dipengaruhi konsentrasi urea dalam hidrogel. ......The superabsorbent hydrogel based on carboxymethyl cellulose (CMC) grafted polyacrylamide (PAM) was successfully synthesized with N,N’-methylene-bis- acrylamide (MBA) as a crosslinker and ammonium persulfate (APS) as an initiator. The hydrogel was characterized using FTIR spectroscopy and SEM. FTIR spectrum showed new and strong peak on 1660 cm-1 because of stretching vibration from carbonyl group (-C=O) of amide. Pictures of SEM characterization showed that CMC before grafting was seen as separated fibryl while CMC grafted polyacrylamide was seen as united fibryl. The highest swelling capacity of superabsorbent hydrogel in water was 27,26 g/ g at 80°C with 30% AAm, 1,5% MBA, 1%APS (w/v), and 0,7g/10mL CMC. Synthesis of porous hydrogel with adding 3g of CaCO3 was increasing swelling capacity to 98,27 g/g. Furthermore, swelling capacity of hydrogel after partial hydrolisis reaction was increased to 204,72 g/g. Swelling kinetics of hydrolized-hydrogel in urea solution showed a first order kinetics and releasing kinetic of urea in water showed zero order kinetic and Higuchi model which means the concentration of urea in hydrogel didn’t effect releasing rate.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S46432
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budiarto
Abstrak :
Telah dilakukan kopolimerisasi tempel radiasi metil metakrilat dengan konsentrasi 50 psk ke dalam lateks karet alam dalam bentuk emulsi yang di-iradiasi dengan sinar gamma radio - isotop cobalt-60 dengan teknik simultan. Pengamatan pengaruh suhu iradiasi (-160°C, 0°C, 3°C dan 55°C ) dengan laju dosis 6,780 kGy/jam dan 0,678 kGy/jam serta dosis iradiasi 5 kGy dilakukan terhadap derajat kekristalan, derajat kopolimer, homopolimer MMA, temperatur endotermik dievaluasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk mendapatkan kandungan polimer maksimum, suhu optimum adalah 0°C, dan laju dosis 0,678 kGy/jam, tetapi dengan naiknya suhu, persen homopolimer meningkat. Sementara itu derajat kekristalan maksimum diperoleh pada suhu 55°C, dengan laju dosis 6,780 kGy/jam.Ada indikasi, bahwa puncak difraksi Bragg tidak tergantung pada suhu dan laju dosis, dengan nilai pada sudut 2θ pada 140 dan 210, mempunyai dua puncak endotermik pada 1670 C dan 400°C untuk kopolimer LKA-MMA sebelum homopolimer iekstrakksi dengan aseton dan satu puncak endotermik pada 400°C sesudah ekstraksi. Pada laju dosis tinggi (6,780 kGy/jam) dan dosis iradiasi yang lama (SkGy} menghasilkan grafting lebih kecil dari pada laju dosis rendah (0,678 kGy/jam).
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Santi Puspitasari
Abstrak :
[ABSTRAK
Sifat karet alam dapat ditingkatkan melalui modifikasi kimiawi secara reaksi kopolimerisasi cangkok emulsi karet alam terdeproteinisasi (DPNR) dengan monomer vinil (MV) tunggal maupun paduannya menggunakan inisiator ammonium peroksidisulfat dan surfaktan sodium dodesil sulfat menghasilkan karet alam termoplastik (TPNR). Reaksi dijalankan secara eksitu pada suhu 65ºC selama 5 jam dilanjutkan pada 70ºC selama 1 jam dengan teknik batch pada berbagai komposisi DPNR terhadap MV dan rasio paduan MV (stirena (ST) terhadap metil metakrilat (MMA)). Hasil penelitian secara umum menunjukkan bahwa TPNR yang disintesis dari DPNR dengan paduan MV menggabungkan sifat unggul TPNR yang diperoleh dari hasil reaksi DPNR dengan MV tunggal. Komposisi DPNR terhadap MV sebesar 60 : 40 dengan rasio ST terhadap MMA sebesar 2 : 1 ditetapkan sebagai kondisi teroptimum dalam reaksi kopolimerisasi cangkok emulsi pembentukan TPNR.
ABSTRACT
Natural rubber properties can be improved by chemical modification such emulsion graft copolymerization of deproteinized natural rubber (DPNR) with either single or combination of vinyl monomers (MV) by using ammonium peroxydisulfate as initiator and sodium dodecyl sulfate as surfactant to produce thermoplastic natural rubber (TPNR). The reaction was run at 65ºC for 5 hours continued at 70ºC for an hour by exitu ? batch procedure at various proportion of DPNR to single MV and combination of MV ratio (styrene (ST) to metyl methacrylate (MMA)). Generally, the result showed that TPNR synthesized from DPNR and combination of MV integrated the prior properties of TPNR synthesized from DPNR and single MV. The proportion of DPNR to MV as 60 : 40 and ratio of ST to MMA as 2 : 1 were regarded as the best condition on emulsion graft copolymerization in the formation of TPNR., Natural rubber properties can be improved by chemical modification such emulsion graft copolymerization of deproteinized natural rubber (DPNR) with either single or combination of vinyl monomers (MV) by using ammonium peroxydisulfate as initiator and sodium dodecyl sulfate as surfactant to produce thermoplastic natural rubber (TPNR). The reaction was run at 65ºC for 5 hours continued at 70ºC for an hour by exitu – batch procedure at various proportion of DPNR to single MV and combination of MV ratio (styrene (ST) to metyl methacrylate (MMA)). Generally, the result showed that TPNR synthesized from DPNR and combination of MV integrated the prior properties of TPNR synthesized from DPNR and single MV. The proportion of DPNR to MV as 60 : 40 and ratio of ST to MMA as 2 : 1 were regarded as the best condition on emulsion graft copolymerization in the formation of TPNR.]
2015
T43654
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Rasyid Syahputra
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membuat gel kopolimer pelapis pupuk lepas lambat dari pati sebagai kerangka utama melalui kopolimerisasi iradiasi sinar-? dengan monomer akrilamida AAm dan polivinil alkohol PVA . Tahap pertama, pada proses iradiasi kitosan dengan dosis iradiasi 100 kGy diperoleh berat molekul kitosan 24663.39 g/mol dan kitosan iradiasi 1774.26 g/mol. Keberhasilan proses degradasi kitosan didukung dengan karakterisasi menggunakan FTIR. Tahap kedua, sintesis gel kopolimer pati, akrilamida dan polivinil alkohol dengan variasi dosis iradiasi 5, 10, 15 dan 20 kGy serta penambahan kitosan iradiasi sebagai bahan penginduksi pertumbuhan bayam. Peningkatan viskositas gel kopolimer iradiasi yang terendah adalah 4236,84 dan yang tertinggi adalah 71597,83 . Kapasitas swelling terbaik gel kopolimer iradiasi 5 kGy sebesar 149,62 g/g, sedangkan gel kopolimer iradiasi 10 kGy sebesar 164,70 g/g. Nilai fraksi gel terbaik kopolimer iradiasi 5 kGy sebesar 76,92 g/g dan kopolimer iradiasi 10 kGy sebesar 125 g/g. Gel kopolimer iradiasi kemudian digunakan sebagai bahan pelapis pupuk urea dan dikarakterisasi menggunakan FTIR dan DTA/TGA. Uji simulasi slow release terbaik gel kopolimer iradiasi 5 kGy menggunakan Spektrofotometer UV-Vis sebesar 87.5 mg/g mulai menit ke-360 hingga 1440 dan gel kopolimer iradiasi 10 kGy sebesar 79 mg/g mulai menit ke-360 hingga 1440
ABSTRACT
Copolymer gel as an urea coating was synthesized from starch, acrylamide and polyvinyl alcohol using gamma rays from Co 60. Chitosan was irradiated 100 kGy, and obtained the intrinsic viscosity of chitosan is 24663.39 g mol and intrinsic viscosity of Irradiated Chitosan is 1774.26 g mol. Degradation process of chitosan was supported using FTIR characterization. Synthesized of gel copolymer starch acrylamide and polyvinyl alcohol applied 5, 10, 15 and 20 kGy absorbed doses variation and irradiated chitosan addition as spinach growth promotor. The lowest copolymer gel viscosity enhancement is 4236,84 and the highest is 71597,83 . Optimum swelling capacity of copolymer gel 5 kGy is 149,62 g g, whereas copolymer gel 10 kGy is 164,70 g g. Optimum gel fraction of copolymer gel 5 kGy is 76,92 g g and 125 g g for copolymer gel 10 kGy. Irradiation copolymer gel is used as an urea coating and characterized using FTIR and DTA TGA. Slow release simulation test using UV Vis Spectrophotometer for copolymer gel 5 kGy is 87.5 mg g and 79 mg g for copolymer gel 10 kGy at 360 1440 minutes.
2017
T48220
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Maurits Jihar
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian terhadap Polyvinil Alcohol (PVA) yang dimodifikasi dengan monomer Acrylamide (AAm) dengan menggunakan Ammonium Peroksodisulfat (APS) sebagai inisiator telah dilakukan. Larutan dipreparasi dan dideposisikan pada subtrat berelektroda dengan metode celup ( dip-coating) sehingga berbentuk film yang dapat dikarakterisasi sifat listriknya. Karakterisasi lainnya adalah sifat mekanis dan struktur film. Sifat mekanis film dilakukan melalui pengujian kekuatan tarik, fraksi gel dan swelling. Struktur film diidentifikasi dengan FTIR dan topografi film dikarakterisasi dengan SEM. Karakterisasi sifat listrik film dilakukan dengan menggunakan RCL meter pada kondisi atmosfer yang kelembaban relatifnya dapat ditentukan. Karakerisasi sifat mekanis menunjukkan fraksi gel dari film tidak berubah, sedangkan sifat swelling dan kekuatan tarik film PVA-AAm sedikit meningkat dibandingkan dengan film PVA. Spektrum absorbsi film PVA dan film PVA-AAm dari hasil FTIR tidak dapat dibedakan dengan baik, sebab sifat PVA yang mudah menyerap molekul air memberikan pelebaran spektrum absorbsi dari film. Hasil-hasil ini menunjukkan bahwa antara PVA dan AAm diduga hanya mengalami kopolimerisasi, sehingga sifat mekanisnya tidak mengalami perubahan yang besar. Sifat listrik film yang diukur dari impedansinya menunjukkan bahwa penambahan AAM tidak merubah impedansi film. Sifat sensitif kelembaban dari film PVA-AAm juga menunjukkan karakter yang sama dengan film PVA dan tidak merubah sinsitivitasnya, bahkan sampai pada konsentrasi AAm 20%. Hal ini menunjukkan bahwa lengan NH2 pada AAm yang diharapkan dapat menyumbangkan peningkatan sensitivitas film melalui kemampuan mengikat molekul H2O tidak berfungsi dengan baik. Fenomena ini diduga selain disebabkan oleh konsentrasi AAm yang masih terlalu sedikit juga diduga orientasi lengan NH2-nya saat menjadi film tidak memungkinkan untuk mengikat molekul air dengan baik. Walaupun demikian, penambahan AAm pada PVA telah menunjukkan peningkatan stabilitas film, yang diduga disebabkan oleh terjadinya kopolimerisasi.
2008
T21429
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2   >>