Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Magda Zefanya Haryandita
"Identitas merupakan karakter yang dimiliki oleh individu dan dapat terbentuk melalui struktur kebudayaan suatu masyarakat. Kesusastraan Kanada sering kali mengangkat permasalahan identitas sebagai topik utama penulisannya. Québec sebagai wilayah frankofon Kanada menghadapi puncak isu identitasnya pada masa Révolution Tranquille. Jacques Godbout dalam novelnya yang berjudul Salut Galarneau! (1967) membawakan cerita mengenai François, lelaki asal Kanada yang tumbuh di lingkungan multikultur karena Ayah François merupakan orang Prancis dan Ibunya merupakan orang Amerika. Stuart Hall (2005) menyampaikan bahwa identitas budaya merupakan suatu identitas yang akan terus berubah tergantung dengan siapa individu tersebut berinteraksi, kapan dan di mana ia berada. Namun, pada praktiknya manusia akan bertemu manusia lain dan melakukan interaksi di tempat dan dalam situasi yang berbeda. Kemudian masyarakat yang hidup berdampingan ini akan berusaha untuk mempertahankan karakteristik dari budaya mereka masing-masing. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif dengan pendekatan tekstual pada film sebagai korpus penelitian. Penelitian juga didukung teori fokalisasi oleh Genette (1983) dan teori struktur naratif oleh Roland Barthes (1975). Hasil analisis menunjukkan François pada akhirnya menjauhkan diri dari budaya Prancis serta menunjukkan bahwa multikulturalisme berperan penting dalam pembentukan jati diri seseorang.

Identity is a character that is owned by individuals and can be formed through the cultural structure of a society. Canadian literature often raises the issue of identity as the main topic of its writing. Québec as a francophone region of Canada faced the peak of its identity issue during the Révolution Tranquille. Jacques Godbout in his novel Salute Galarneau! (1967) tells the story of François, a man from Canada who grows up in a multicultural environment because François' father is French and his mother is American. Stuart Hall (2005) said that cultural identity is an identity that will continue to change depending on who the individual interacts with, when, and where he is. However, in practice, humans will meet other humans and interact in different places and situations. Then these people who live side by side will try to maintain the characteristics of their own culture. The research was conducted using a qualitative method with a textual approach to film as a research corpus. This research is also supported by the theory of focalization by Genette (1983) and the theory of narrative structure by Roland Barthes (1975). The results of the analysis show that François ultimately distanced himself from French culture and shows that multiculturalism plays an important role in the formation of one's identity.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Indri Hapsari
"ABSTRAK
Tesis ini bertujuan untuk memperlihatkan keterkaitan ruang dengan identitas dalam novel The Leavers (2017) karya Lisa Ko yang berfokus pada tokoh bernama Deming Guo yang nantinya menjadi Daniel Wilkinson. Novel tersebut dianalisi dengan menggunakan teori Hall (1990) dan Longhurst, dkk. (2008). Hasil analisis menunjukkan adanya krisis identitas pada tokoh generasi kedua imigran Cina yang disebabkan oleh perubahan ruang dan dominasi budaya di dalamnya. Budaya dominan dalam setiap ruang menimbulkan krisis identitas pada tokoh Deming/Daniel sehingga perlu adanya upaya beradaptasi dalam ruang tersebut. Ruang homogen memberikan tekanan yang lebih berat dibandingkan dengan ruang heterogen. Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya pembagian ruang publik dan ruang privat sehingga menghasilkan dominasi yang lebih longgar. Strategi negosiasi yang digunakan oleh tokoh perlu memperhatikan karakteristik ruang yang ditinggali. Dari hasil analisis diperoleh kesimpulan identitas bersifat cair dan sesuai dengan wadah yang menampungnya. Sifat cair yang dimiliki identitas dap

ABSTRACT
This thesis aims to explicate the linkage of space with identity crisis in Lisa Kos The Leavers (2017) which focuses on the character of Deming Guo who renamed as Daniel Wilkinson. Theories that are initiated by Hall (1990) dan Longhurst, et al. (2008) is used to analyze this novel. The result of the analysis indicates an identity crisis in the second generation of Chinese immigrants caused by changes in space and dominance in it. The dominant culture in each space forms a different identity causing an identity crisis on Deming/Daniel character. Therefore, adaptation needs to be pursued to minimize the identity crisis. Homogeneous space provides more severe pressure than heterogeneous space. This difference is caused by the division of homogeneous space into public spaces and private space resulting in more loose dominance. Negotiation strategies used need to consider the space characteristics. Identity can be formed according to the container that holds it. The nature of identity can adversely affect the awareness of identity so it needs to be negotiate"
2018
T51999
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Chaerani
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang krisis identitas yang terjadi pada diaspora Korea di Rusia dan Asia Tengah. Krisis identitas ini mengakibatkan terjadi negosiasi dalam diri seseorang untuk menentukan identitas yang ia butuhkan. Penelitian ini berbeda dari penelitian terdahulu yang hanya membahas novel Daramjwi dengan pendekatan struktural. Penulis beragumen bahwa krisis identitas terjadi karena tidak adanya usaha dari masyarakat ras asli yang dominan untuk mau berempati dengan ras minoritas pendatang. Argumen tersebut berbeda dengan studi-studi terdahulu yang menyebutkan bahwa diskriminasi terjadi karena ras minoritas dan peraturan penguasa saat itu yang tidak menerima migran datang ke Rusia. Penulis menggunakan metode studi pustaka dengan novel Daramjwi karangan Anatoli Kim sebagai korpus. Novel ini dipilih karena novel Daramjwi merupakan novel karangan seorang penulis representasi etnis Korea di Rusia. Penulis juga mengumpulkan data berupa sejarah diaspora Korea, biografi Anatoli Kim, dokumenter, dan berita yang terkait dengan penelitian untuk mendukung argumen. Penelitian ini menunjukkan bahwa krisis identitas terjadi karena diskriminasi yang terus menerus tanpa ada empati dari etnis asli Rusia.

ABSTRACT
This thesis discusses the identity crisis that occurred in the Korean diaspora in Russia and Central Asia. The identity crisis results in negotiations within a person to choose the identity he needs. This research is different from previous researches which only discussed Daramjwi with Structural Approach. I argue that the identity crisis occurs caused by the effortlessness of the dominant indigenous to empathize with minority race immigrants. The argument differs from previous studies which suggest that discrimination occurred because of the minority race problem and current ruling rules that did not accept migrants came to Russia. The author uses literature study method with Daramjwi by Anatoli Kim as the corpus. This novel was chosen because the novel was written by an author of Korean ethnic representation in Russia. I also collected data on Korean diaspora history, Anatoli Kim 39 s biography, documentaries, and news that were related to support the arguments. This study shows that the identity crisis occurs because of continuous discrimination without any empathy from ethnic native Russia."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nethania Dinari Ramadhani
"Diskriminasi ras sudah menjadi permasalahan yang mendarah daging terhadap antara imigran Maghribi dan lingkungan sosial di Prancis. Permasalahan ini menimbulkan kesenjangan sosial di antara hubungan keduanya. Imigran Maghribi atau imigran yang berasal dari Afrika Utara merupakan salah satu kelompok imigran terbesar di Prancis. Melalui perbedaan budaya serta nilai dengan Prancis, hal ini menyebabkan diskriminasi dan segregasi sosial dari masyarakat Prancis terhadap mereka. Dalam proses beradaptasi dengan lingkungan baru, para imigran Maghribi mengalami sering kali mengalami krisis identitas. Kehadiran permasalahan krisis identitas kultural ini hadir dalam salah satu karya penulis Maroko terkenal, yakni Tahar Ben Jelloun dengan judul novel Au Pays (2009). Au Pays mengungkap kesenjangan sosial yang terjadi terhadap para imigran Maghribi di Prancis. Artikel ini berfokus pada permasalahan krisis identitas kultural yang dialami oleh para imigran Maghribi dalam novel Au Pays dengan menekankan pada kesenjangan sosial lingkungan Prancis serta ambivalensi identitas kultural para imigran. Artikel ini bertujuan untuk mengungkap kesenjangan sosial di Prancis yang dipicu secara signifikan oleh permasalahan krisis identitas kultural yang dialami oleh dua generasi imigran Maghribi. Artikel ini menganalisis bagaimana keberpihakan penulis di dalam cerita menunjukkan adanya realita kesenjangan sosial bagi para imigran Maghribi. Artikel ini menggunakan teori analisis teks naratif Roland Barthes (1966), konsep pascakolonialisme Homi K. Bhabha (1994), dan konsep identitas kultural Stuart Hall (1996). Artikel ini menyimpulkan bahwa permasalahan identitas kultural yang dialami dua generasi imigran Maghribi diungkap melalui kesenjangan sosial di lingkungan sosial Prancis serta sudut pandang penulis dalam menghasilkan karyanya

Racial discrimination has been a deep-rooted problem among the Maghreb immigrants and the local society in France. It provokes the lack of social equality of their relations. One of the largest numbers of immigrant groups in France came from North African immigrants or commonly classified as the Maghreb immigrants. Due to the fact they have distinct values and culture with France, it led to discrimination and segregation from local people to them. For the purpose of possessing self-adaptation in the alien country, the Maghreb immigrants faced a cultural identity crisis oftenly. The existence of a cultural identity crisis issue is shown in one of the influential and active Moroccan writers, Tahar Ben Jelloun’s works, namely as Au Pays (2009). Au Pays reveals a miserably inequality society with the Maghreb immigrants in France. This article focuses on a cultural identity crisis faced by the Maghreb immigrants in Au Pays, outlining a state of inequality society in France and also the immigrants’ cultural identity ambivalence. This paper aims to highlight the inequality society in France provoked significantly a cultural identity problem experienced by two generations of the Maghreb immigrant characters. This paper analyzes how the writer’s mannerism shows the Maghreb immigrants’ unfortunate reality while surviving in the unequal French society using Roland Barthes (1966)’s narrative text analysis, the post-colonial theory by Homi K. Bhabha (1994) and the cultural identity concept by Stuart Hall (1996). The paper concludes that the cultural identity problem experienced by two generations of the Maghreb immigrants’ is disclosed on the basis of the inequality in French society and the author’s point of view in producing his work."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Sahirah
"Krisis identitas adalah permasalahan yang sering ditemukan dan dijadikan tema dari sebuah film. Permasalahan tersebut merupakah sebuah konflik yang terjadi pada seseorang yang mempertanyakan jati dirinya. Berkaitan dengan hal tersebut, artikel ini membahas krisis identitas kulit hitam dalam Film Bienvenue à Marly-Gomont oleh Julien Rambaldi, merupakan sebuah film yang diangkat dari kisah nyata dan menceritakan seorang dokter asal Zaire, bernama Seyolo Zantoko, yang mengenyam pendidikan kedokterannya di Lille, Prancis. Keinginan Seyolo untuk mendapatkan kewarganegaraan Prancis membuat keluarganya menjalani kehidupan baru dan penuh diskriminasi akibat identitas ras mereka yang berkulit hitam, yang berujung menjadi krisis identitas pada diri Seyolo. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan bagaimana pandangan dan penerimaan seseorang terhadap suatu identitas dapat menjadi krisis identitas pada dirinya. Metode yang digunakan adalah skema aktan oleh Greimas (1967) dan kajian sinema oleh Boggs dan Petrie (2008) untuk menganalisis struktur film, serta konsep identitas budaya oleh Stuart Hall (1997). Dengan menggunakan berbagai metode penelitian yang sudah dipaparkan, artikel ini menghasilkan temuan bahwa krisis identitas pada kulit hitam dapat terjadi karena perbedaan pandangan dan tekanan sosial yang mendapatkan pengaruh dari kritik pascakolonialisme, serta hibriditas dan penerimaan identitas yang akhirnya dilakukan untuk mengatasi krisis identitas tersebut.

Identity crisis is a problem that’s often found and made into a theme for a movie. This problem is a conflict that occurred to a person that questions his or her real identity. Related with the issue, this article talks about a black skin who’s having an identity crisis in the movie Bienvenue a Marly-Gomont by Julien Rambaldi. This movie is adapted from a real event and talks about a doctor from Zaire called Seyolo Zantoko who studied to being a doctor in Lille, France. Seyolo’s ambition to become a French forced his family to adapt to their new life, which is full of discrimination because of their race identity being a black family that leads to Seyolo suffering from identity crisis. This research aimed to display how a person’s view and acceptance towards an identity could become an identity crisis on themselves. The methods used in this article are the Aktan’s Scheme by Greimas (1967) and cinema study by Boggs and Petrie (2008) to analyze the movie’s structure, also the concept of social identity by Stuart Hall (1997). By using various research methods above, this article found that identity crisis on black skin could happen because of the different view and society’s pressure that affected by post-colonialism critics and also hybridity and acceptance of an identity that eventually being taken as a way to cope with the identity crisis."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Paulus aditya christianto
"Krisis identitas budaya kerap terjadi pada masyarakat Indonesia. Fenomena sosial ini terjadi secara umum kepada generasi muda, khususnya yang tinggal di daerah perkotaan seperti Jakarta, dengan ditinggalkannya budaya daerah karena dianggap tidak relevan dengan perkembangan zaman, serta identik dengan masyarakat kampung atau masyarakat kelas menengah ke bawah. Adanya fenomena sosial tersebut tergambarkan di dalam novel Kadang Suriname Sanak Merapi (KSSM) karya Fuji Riang Prastowo. Trisnah sebagai tokoh utama dalam novel tersebut memilih budaya Barat sebagai identitas budayanya daripada budaya Jawa yang merupakan asal usulnya. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor krisis identitas tokoh Trisnah yang berpengaruh terhadap proses pemilihan identitas budayanya dalam novel KSSM. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian kualitatif dengan pendekatan sosiologi sastra, pendekatan mimetik dan psikologi sastra. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa krisis identitas budaya pada diri Trisnah disebabkan pada dua faktor, yaitu aspek sosial dan psikologi yang saling berkaitan khususnya dalam proses pemilihan identitas budayanya. Kedua faktor tersebut mempengaruhi proses terbentuknya identitias budaya Trisnah dengan melepas identitas budaya Jawa yang diwariskan oleh keluarganya. Dapat disimpulkan bahwa dua faktor, baik sosial maupun psikologis dari perundungan dapat memberi dampak yang signifikan terhadap terbentuknya identitas budaya seseorang khususnya di tengah krisis identitas yang dialaminya, sehingga penting adanya pendidikan karakter dalam menyikapi suatu perbedaan di tengah masyarakat yang multikultural.

Cultural identity crisis often occurs in Indonesian society. This social phenomenon occurs in general to the younger generation, especially those living in urban areas such as Jakarta, with the abandonment of local culture because it is considered irrelevant in today’s developments, and it’s identical to the village community or the lower middle class community. This social phenomenon is depicted in the novel Kadang Suriname Sanak Merapi (KSSM) by Fuji Riang Prastowo. Trisnah as the main character in the novel chooses Western culture as her cultural identity rather than Javanese culture which is her origin. The purpose of this study is to analyze the identity crisis factors of Trisnah's character that affect the process of selecting her cultural identity in the novel KSSM. The research method used in this study is a qualitative research method with a sociology of literature approach, a mimetic approach and literary psychology. The results of this study indicate that the cultural identity crisis of Trisnah is caused by two factors, social and psychological aspects that are interrelated, especially in the process of choosing her cultural identity. These two factors influence the process of forming Trisnah's cultural identity by abandoning the Javanese cultural identity inherited by her family. It can be concluded that two factors, both social and psychological, from bullying can have a significant impact on the formation of a person's cultural identity, especially in the midst of an identity crisis experienced, so it is important that character education in addressing a difference in a multicultural society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Listiawati
"ABSTRAK
Saul Bellow (1915- ) memang seorang novelis Amerika yang sangat terkenal. Dia pernah memenangkan Hadiah nobel atas karyanya Humbolt Gift pada tahun 1975, dan juga memenangkan _The National Book Award' tiga kali, serta 'The Prix International de Litterature_ dan beberapa hadiah lainnya.
Novel-novel Bellow mencerminkan perhatian penga_rangnya pada kehidupan manusia sebagai seorang indi_vidu yang dengan segala kekurangannya berusaha ber_adaptasi dengan kehidupan yang dikatakan 'beradab'. Keseriusan Bellow menyoroti kehidupan pribadi tokoh-_tokoh utamanya, terutama keadaan jiwa dan perilaku mereka mengakibatkan tampilnya tokoh-tokoh yang se_akan-akan nyata ada.
Semua tokoh utama novel-novel Saul Bellow merasa diri mereka tidak berpotensi dalam kehidupan sosial_nya. Sebagian dari mereka khawatir akan keadaan ini dan sebagian lain tidak memperdulikan hal itu.
Ciri-ciri yang menonjol dari tokoh-tokoh utama dalam novel-novel Saul Bellow adalah kebutuhannya untuk dicintai, baik oleh saudaranya, orangtuanya, atau oleh wanita yang dia cintai. Tetapi tragisnya orang-orang yang diharapkan mencintainya, justru tidak mempedulikan dia. Misalnya hubungan Herzog (tokoh utama Herzog,) dengan bekas istrinya Madeleine, hubungan Wilhelm (tokoh utama Seize the Day) dengan ayahnya, Augie (tokoh utama The Adventures of Augie March) dengan saudaranya, Simon, dan Charlie (tokoh utama Humbolt's Gift) dengan saudaranya, Julius.
Beberapa dari tokoh-tokoh utama dalam novel-novel Saul Bellow masih bersifat kekanak-kanakan atau tidak dewasa. Ketidakdewasaan ini mengakibatkan mereka berkonflik dengan .diri mereka sendiri, dan akhirnya dengan orang lain di sekitarnya. Mereka tidak bisa memahami siapa diri mereka sebenarnya, dan bagaimana lingkungannya. Hal ini menempatkan mereka pada posisi yang sulit. Mereka ingin sekali diakui sebagai se_buah pribadi dalam lingkungannya, tetapi karena dari diri mereka sendiri belum didapatkan identitas yang pasti, lingkungan pun sulit untuk menerima mereka sebagai pribadi-pribadi yang unik dan selaras dengan lingkungannya. Pribadi-pribadi yang unik dan selaras dengan lingkungannya adalah pribadi-pribadi yang berbeda dari orang lain dan yang dapat menempat_kan diri mereka pada posisi yang tepat dalam ling_kungan mereka. Karena merasa diri mereka tidak men_dapatkan tempat dalam masyarakatnya, timbullah rasa teralienasi. Sesungguhnya apa yang dialami tokoh-_tokoh tersebut sehingga mereka tidak mendapatkan tempat dalam masyarakatnya dan merasa teralienasi adalah karena mereka tidak sanggup menyesuaikan diri dengan lingkungannya, seperti yang dialami tokoh_-tokoh utama dalam Dangling Man, Seize the Dav, dan Henderson the Rain Kind. lnilah kesalahan yang mereka perbuat dan mereka anggap ini sebagai masa lalu. Tokoh-tokoh yang teralienasi ini berusaha untuk membayar kesalahan-kesalahan mereka dengan cara me_mandang masa lalu mereka sebagai suatu beban. Ini dikatakan John Jacob Clayton dalam bukunya Bellow: In Defense of Man :
This act of seeming alienation, is in fact performed for the community. As in so much of Bellow's fiction -- Dangling Man, Seize the Day, Henderson the_Rain King -- there is an alienated hero struggling to redeem his own life -- and, by extension, the common life -- by ridding himself of a past seen in the Metaphor of a burden.
Akhirnya tokoh-tokoh tersebut, jika mereka tidak berhasil mendapatkan identitas mereka, memandang masyarakat jahat terhadap mereka. Padahal sebenarnya tidaklah demikian. Seperti apa yang dikatakan Keith Michael Opdahl bahwa tokoh utama Saul Bellow adalah seorang hero Amerika yang berusaha mendapatkan kedewasaannya. Dia terombang-ambing antara kebutuhan_nya untuk dicintai dan keterlepasannya dari dunia yang tidak mencintainya, tidak seperti yang diharap_kannya. Dia tidak dewasa dan dia adalah korban dari dirinya sendiri:
Bellow's protagonist is an American hero groping toward manhood. Vacillating between a need to be loved and withdrawal from a world which doesn't love him as he wishes, he is immature and a victim of himself.
Tokoh-tokoh dalam novel-novel Saul Bellow tidak hanya terputus hubungannya dengan masyarakat (dunia) tetapi juga dengan teman-teman dan istri-istri mereka, seperti pendapat John Jacob Clayton : Bellow's characters are lonely, despairing, cut off not only from society but from. friends and wives.
Walaupun demikian, tokoh-tokoh utama Saul Bellow mempunyai kecenderungan untuk memecahkan permasalahan yang mereka hadapi. Mereka berusaha untuk mendapatkan identitas yang pasti tentang diri mereka. Seperti pendapat Carl Gustav Jung bahwa dalam diri manusia ada satu tendens yang paling dasar yaitu kecenderung_an batin untuk mewujudkan diri, untuk menjadi diri sendiri.

"
1990
S14149
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherien Sabbah
"Tesis ini membahas permasalahan nama dan identitas budaya dalam konteks keberagaman budaya. Masalah identitas dalam konteks keberagaman budaya terjadi karena adanya perbedaan budaya dan benturan antara budaya imigran dengan budaya dominan. Krisis identitas terjadi akibat konflik dalam memaknai identitas di tengah perbedaan budaya. Novel ini menunjukkan bagaimana di tengah keberagaman budaya, setiap tokoh pada akhirnya dapat melakukan negosiasi, mengalami perubahan dan pembentukan identitas baru serta melakukan perpindahan secara dinamis.

The Focus of this study is about naming and cultural identity in a cultural diversity context. Identity problem occurs in a cultural diversity world because of differences that exist and cultural clashes that happens between the imigrant culture and the dominant culture in a multicultural world. Conflict in defining identity in the midst of cultural difference causes identity crisis. In the end, this novel shows how each character can negotiate differences, reinvent identity and move dynamically between spaces."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
T25305
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dzikrina Tresna Savitri
"Penelitian ini membahas mengenai hubungan antara peer pressure dengan identitas diri mahasiswa rantau. Jauhnya mahasiswa yang merantau dengan keluarga membuat teman sebaya sebagai sosok penting bagi mahasiswa sehingga dapat berpengaruh dalam sikap dan perilaku mereka karena adanya peer pressure. Peer pressure yang terjadi dapat membuat mahasiswa rantau menyesuaikan diri agar dapat diterima dan dihargai dalam kelompok pertemanan yang mana dapat menimbulkan konflik dalam diri karena bertentangan dengan nilai pribadi. Mahasiswa rantau yang masih termasuk dalam masa emerging adulthood memiliki tugas perkembangan diri, salah satunya mencapai identitas diri yang apabila identitas diri tidak tercapai akan menyebabkan suatu krisis identitas. Dalam bidang Ilmu Kesejahteraan Sosial, kondisi kesejahteraan sosial tercapai ketika terpenuhinya kebutuhan akan material, spiritual, serta sosial warga negara agar dapat hidup yang layak serta mampu mengembangkan diri sehingga dapat menjalankan fungsi sosialnya. Seseorang yang memiliki identitas diri yang baik dapat memahami diri mereka sendiri dan mampu mengembangkan diri mereka sehingga mampu berfungsi secara sosial. Oleh karena itu, penelitian ini menjadi penting untuk dilakukan agar mahasiswa rantau tidak mengalami krisis identitas juga mampu menentukan arah hidupnya ke depan sesuai kehendaknya sendiri serta mampu berfungsi secara sosial baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Manfaat dilakukannya penelitian ini, untuk mahasiswa rantau adalah terdapat landasan tentang pentingnya agar mereka tidak hilang arah dalam mencapai identitas diri mereka, tidak menghilangkan latar belakang budaya mereka, serta dapat menentukan arah hidup di masa depan mereka. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknis pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Oktober-November 2023 dengan responden yang berjumlah 77 mahasiswa rantau dari luar Jabodetabek Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia angkatan 2020-2022. Dari hasil analisis hubungan antar variabel menggunakan rumus Somers’d menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang cenderung lemah antara peer pressure dengan identitas diri mahasiswa rantau dengan nilai simetrik sebesar 0,328. Nilai tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi peer pressure maka semakin kuat identitas diri yang dimiliki mahasiswa rantau dan begitu pula sebaliknya.

This study discusses the relationship between peer pressure and the self-identity of migrant students. The distance from their families of migrant students makes peers an important figure for them so that peers can influence their attitudes and behavior due to peer pressure. Peer pressure could make migrant students adjust themselves in order to be accepted and appreciated in friendship groups which can cause conflict within themselves because they conflict with personal values. Migrant students who are in the emerging adulthood period have self-development tasks, one of which is achieving self-identity, which if self-identity is not achieved will cause an identity crisis. In the field of Social Welfare Science, social welfare conditions are achieved when the material, spiritual, and social needs of citizens are fulfilled in order to live properly and be able to develop themselves so that they can carry out their social functions. Someone who has a good self-identity can understand themselves and be able to develop themselves so that they can function socially. Therefore, this research is important to do so that in addition to overseas students not experiencing an identity crisis, they are also able to determine the direction of their life in the future according to their own will and are able to function socially both for themselves and others. The benefit of doing this research, for migrant students, is that there is a foundation for the importance of not losing direction in achieving their self-identity, not losing their cultural background, and being able to determine the direction of life in their future. This study using a quantitative research approach with descriptive research type. Data collection techniques were simple random sampling. The data collection was carried out in October-November 2023 with 77 respondents from outside Jabodetabek, Faculty of Social and Political Sciences, University of Indonesia, class of 2020-2022. The results of the analysis of the relationship between variables using the Somers'd formula, it shows that there is a positive relationship that tends to be weak between peer pressure and the self-identity of migrant students with a symmetrical value of 0.328. This value shows that the higher the peer pressure, the stronger the self-identity of migrant students and vice versa."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Marselyna
"Tesis ini membahas tentang konsep double consciousness untuk melihat krisis identitas rasial yang dialami remaja kulit hitam di Amerika era post-racial, yang direpresentasikan dalam film Dear White People. Dalam tesis ini, analisis mengenai double consciousness dilakukan berdasarkan aspek krisis identitas yang dialami tokoh utama, yaitu dalam hal penampilan fisik, posisi diri di antara mahasiswa lain, hubungan romantis antar karakter, dan kesenjangan generasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa double consciousness masih dialami oleh kaum kulit hitam tetapi dalam konteks yang berbeda dengan konsep awal yang dikemukakan DuBois di tahun 1900-an. Selain itu, krisis identitas yang dialami oleh para remaja kulit hitam terjadi karena mereka dipaksa untuk melihat diri dari sudut pandang orang kulit putih ketika mencoba untuk mengartikulasikan identitas rasial mereka sebagai kaum kulit hitam.

This thesis focuses on the concept of double consciousness to analyze how the racial identity crisis is experienced by African-American youth in the United States in the post-racial era, as represented in Dear White People film. In this thesis, an analysis of double consciousness is based on some identity crisis aspects experienced by the main characters, which are physical appearance, how the characters position themselves among other students, romantic relationship, and generation gap.
The findings indicate that the concept of double consciousness is still experienced by African-American but in a different context compared to the original concept proposed by DuBois in 1903s. Furthermore, the identity crisis that emerged as the effect of double consciousness experienced by African-American youth occurs because they are forced to see themselves from the white people point of view while they are trying to articulate their own racial identity as blacks
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library