Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Kahfi Dirga Cahya
"Media massa memiliki peranan dalam mengkonstruksi pemikiran di dalam masyarakat. Salah satu konstruksi yang sering dilakukan adalah mengenai berita pemilihan umum. Namun, konstruksi dalam pemberitaan pemilihan presiden mengenai Joko Widodo dan Jusuf Kalla oleh Tabloid Obor Rakyat sering mengalami pembiasan. Tabloid Obor Rakyat membuat pemberitaan yang menjatuhkan terhadap Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Penulisan ini berusaha menggambarkan reproduksi ideologi kebencian dalam habitus politik Tabloid Obor Rakyat saat pemilihan presiden. Reproduksi itu dilakukan lewat beberapa aspek, salah satunya adalah penanaman ideologi kebencian oleh Tabloid Obor Rakyat. Setelah itu, Tabloid Obor Rakyat biasanya melakukan kuasa simbolik untuk menyamarkan ideologi kebencian. Terbentuknya kuasa simbolik untuk melegitmasi kebencian itu kemudian menghasilkan habitus politik media. Habitus sendiri merupakan kunci dari reproduksi kebencian di Tabloid Obor Rakyat mengenai Joko Widodo dan Jusuf Kalla saat pilpres.
Mass media have a function to construct public opinions. One of the construction that is frequently made is about general election. In the contratry, mass media construction in presidential election news frequently bias. Tabloid Obor Rakyat makes coverage which ruin Joko Widodo dan Jusuf Kalla. This paper attempts to illustrate the reproduction of the ideology of hate in Tabloid Obor Rakyat political habitus during presidential election. This reproduction is done by some aspects, and one of them is the naming of the ideology of hate by Tabloid Obor Rakyat. After the spreading of the ideology of hate, Tabloid Obor Rakyat tends to produce symbolic power to camouflage it. The constructed symbolic power to legitimate the hate produce Tabloid Obor Rakyat political habitus. The habitus itself is the key of the hate reproduction in Tabloid Obor Rakyat during the election."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Dwizatmiko
"Pierre Bourdieu, dalam bukunya, Language and Symbolic Power, menunjukkan bahwa bahasa merupakan instrumen simbolik yang berhubungan dengan kekuasaan. Praktik bahasa dihasilkan oleh habitus dan selalu terjadi dalam arena berkesenjangan sosial. Bahasa sebagai praktik sosial berkaitan erat dengan kepentingan, dan pertarungan kekuasaan. Bahasa bukanlah medium yang bebas nilai dalam mengkonstruksi realitas. Bahasa sebagai satu bagian dari instrumen simbolik berperan bagi sarana praktik kekuasaan yang memungkinkan dominasi dan kuasa simbolik. Kuasa simbolik ialah kuasa yang tak nampak dengan mensyaratkan salah pengenalan (ketidaksadaran) pihak yang menjadi sasaran. Namun, kondisi kesadaran dan ketidaksadaran dapat terjadi bagi sang aktor dalam menjalankan praktik kekuasaan tersebut.
Pierre Bourdieu, in Language and Symbolic Power, argues that language is a symbolic instrument relate to power. Practice of language (utterence) produced by habitus and occurs in fields. Language as social practices relates to interests, and battle or struggle for power. Language is not value-free medium for constructing realities. Language as a part of symbolic instrumen roles as power_s main instrument to gain domination and symbolic power. Symbolic power is invisible power which can be exercised only with the complicity of those who misrecognition (unconsciousness) that they are subject to it. However, unconsciousness and consciousness both possible condition for actors."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S15987
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library