Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Veronika Renny Kurniawati
"Obstructive sleep apnea OSA adalah salah satu gangguan pernapasan saat tidur dikarenakan obstruksi saluran napas atas. Pasien OSA tidak dapat tidur nyenyak dan dapat mengalami arrousal ketika tubuh berusaha mengambil napas. Para pegawai dengan gangguan ini dikhawatirkan mengalami penurunan kebugaran tubuh dan kantuk pada jam kerja sehingga tidak memiliki kualitas kerja maksimal. Pengambilan data dilakukan sebanyak satu kali untuk tiap individu dengan pelaksanaan selama dua hari sesuai dengan metode potong-lintang. Sebanyak 191 orang staf administrasi Universitas Indonesia dengan mayoritas responden berjenis kelamin perempuan menjadi responden dalam pengisian kuesioner STOP-Bang dan pengukuran berat badan, tinggi badan, serta tekanan darah untuk mengetahui persebaran risiko OSA dan hubungannya dengan tekanan darah, IMT, usia, lingkar leher, jenis kelamin, serta aktivitas merokok. Didapatkan 82,7 responden berisiko rendah, 7,3 sedang, dan 9,9 tinggi. OSA memiliki hubungan bermakna dengan semua faktor risiko yang disebutkan p0,05 . Hasil tidak bermakna karena proporsi responden berisiko rendah, sedang, dan tinggi terlalu tidak berimbang. Sebagian besar responden berisiko sedang dan tinggi memiliki lebih dari satu faktor risiko.

Obstructive sleep apnea OSA is a respiratory disorder arising from obstruction in the upper respiratory tract, disturbing sleep cycle. Patients with OSA could not sleep well and experience arousal during effortful breathing. Employees with OSA were expected to have a decrease in fitness and an increase in sleepiness and fatigue, implicating performance at work. Data collection was held twice once to each respondent based on cross sectional metode. As many as 191 administration staff of Universitas Indonesia, majority of whom were female, filled STOP Bang questionnaires and underwent weight, height, and blood pressure examination to determine the risk prevalence and its relation to blood pressure, BMI, age, neck circumference, sex, and smoking. Among them, 82,7 were classified as low risk, 7,3 moderate risk, and 9,9 high risk. OSA was found to be significantly related to all risk factors p0,05 due to unequal sample sizes within each study group. The majority of respondents with moderate and high risk were known to have more than one risk factor. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Pranandrari
"Latar belakang: Kejadian obstructive sleep apnea (OSA) dipengaruhi kebiasaan tidur dan pekerjaan. Profesi perawat berhubungan dengan rotasi kerja yang mempengaruhi waktu tidur. Penelitian ini bertujuan mengetahui prevalens dan faktor-faktor yang berhubungan dengan OSA pada perawat RS Persahabatan Jakarta menggunakan kuesioner penapisan dan polisomnografi (PSG).
Metode: Perawat dilakukan penapisan OSA menggunakan kuesioner Berlin dan STOP-Bang dan dilakukan pemeriksaan PSG untuk mengetahui prevalens OSA. Karakterisik demografis, pekerjaan dan kebiasaan dianalisis untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan OSA.
Hasil: Penelitian yang melibatkan 168 perawat ini menunjukkan prevalens OSA adalah 32,74% (55/168) berdasarkan kuesioner Berlin dan 16,67% (28/168) berdasarkan kuesioner STOP-Bang. Indeks massa tubuh, lingkar leher (LL) dan status gizi merupakan faktor risiko OSA berdasarkan penapisan Berlin. Indeks massa tubuh, LL, status gizi, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jam kerja dan jam tidur merupakan faktor risiko OSA berdasarkan penapisan STOP-Bang. Subjek dengan risiko OSA berdasarkan kuesioner Berlin menunjukkan hasil skor STOP-Bang lebih besar terhadap subjek tanpa risiko OSA dengan skor >2 (p<0,000). Pemeriksaan PSG menunjukkan 10 subjek menderita OSA.
Kesimpulan: Prevalensi OSA adalah 32,74% berdasarkan kuesioner Berlin dan 16,67% berdasarkan kuesioner STOP-Bang. Indeks massa tubuh, LL dan status gizi merupakan faktor risiko OSA berdasarkan kedua kuesioner tersebut. Subjek dengan risiko OSA berdasarkan kuesioner Berlin menunjukkan skor STOP-Bang >2.
......Background: Obstructive sleep apnea (OSA) is associated with sleep habits and occupation. Nurses are subject to lengthy night working shift which deprives sleep. This study reveals the prevalence and the related factors of OSA among the nurses of Persahabatan Hospital Jakarta using screening questionnaire and polysomnography (PSG).
Methods: Nurses were screened for OSA using Berlin and STOP-Bang questionnaires and were examined using PSG to reveal the prevalence of OSA. Demographic, work and habitual characteristics were analyzed to reveal related factor of OSA.
Results: The study, involved 168 nurses, shows prevalence of OSA is 32.74% (55/168) based on Berlin questionnaire and 16.67% (28/168) based on STOP-Bang questionnaire. Body mass index, neck circumference (NC) and nutrition status (NUT) is shown as risk factor of OSA from Berlin questionnaire. Body mass index, NC, NUT, sex, education level, working hour and sleeping hour is shown as risk factor of OSA from STOP-Bang questionnaire. Subjects with risk of OSA, as determined by Berlin questionnaire, exhibits STOP-Bang score >2 compared to subjects without risk of OSA (p<0.000). The PSG shows 10 subjects are OSA.
Conclusions: Prevalence of OSA is 32.74% based on Berlin questionnaire and 16.67% based on STOP-Bang questionnaire. Body mass index, NC and NUT serves as OSA risk factors from both of these questionnaires. Subject with risk of OSA, as determined by Berlin questionnaire, tends to exhibit STOP-Bang score >2."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library