Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Induksi protocorm like-bodies (PLBs) pada berbagai eksplan anggrek,
khususnya Phalaenopsis, telah banyak dilakukan. Namun, informasi
mengenai sel atau jaringan pembentuk PLBs tersebut masih sedikit diketahui.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui sel atau jaringan eksplan daun
Phalaenopsis yang berpotensi membentuk PLBs dengan cara pengamatan
anatomi. Pengamatan anatomi dilakukan dengan pembuatan preparat
menggunakan metode parafin dan pewarnaan safranin-fastgreen. Bahan
pembuatan preparat terdiri dari potongan daun in vivo (DD), potongan daun
hasil kultur in vitro nodus tangkai bunga (M0) dan daun hasil kultur in vitro
yang berumur 5 minggu (M5), 7 minggu (M7) dan 9 minggu (M9) setelah hari
tanam serta protocorm hasil kultur in vitro biji Phalaenopsis (P). Pengamatan
anatomi pada daun hasil kultur in vitro M7 menunjukkan sel subepidermis
berpotensi membentuk PLBs. Pada daun hasil kultur in vitro M9
menunjukkan sel subepidermis dan sel epidermis berpotensi membentuk
PLBs, selain itu juga sel-sel mesofil menunjukkan ciri-ciri meristematik
walaupun belum mengalami pembelahan. Pengamatan morfologi dan
anatomi menunjukkan PLBs cenderung lebih banyak terbentuk di bagian
adaksial (atas) daun. Sel-sel protocorm hasil kultur in vitro biji yang memiliki
ciri-ciri meristematik tinggi adalah sel epidermis. Protocorm, hasil kultur in
vitro biji, pada pertumbuhan selanjutnya dapat langsung membentuk tunas
atau membentuk PLBs. Begitu pula dengan PLBs yang terbentuk pada
potongan daun, dapat langsung membentuk tunas atau membentuk PLBs
baru."
Universitas Indonesia, 2007
S31467
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inayatur Rohmah
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian multiplikasi tunas ubi kayu tinggi beta karoten genotipe Ubi Kuning secara kultur in vitro menggunakan dua tipe eksplan, yaitu nodus apikal dan empat nodus aksilar yang ditanam pada medium MS dengan penambahan 0,75 mgl-1 BAP. Penelitian bertujuan untuk mengetahui nodus yang paling responsif terhadap media induksi tunas. Hasil uji Kruskal-Wallis dan analisis variansi (ANOVA) menunjukkan adanya perbedaan nyata (α=0,05) antara perlakuan nodus (Apikal, Aksilar 1, Aksilar 2, Aksilar 3, dan Aksilar 4) dengan rata-rata jumlah tunas, tinggi tunas, jumlah daun, dan panjang daun. Hasil uji lanjut Duncan (α=0,05) menunjukkan adanya perbedaan nyata di antara perlakuan nodus. Respon pertumbuhan yang paling cepat dan seragam terkait tinggi tunas, hari tumbuh tunas, jumlah daun, dan panjang daun ditunjukkan oleh nodus tengah, yaitu nodus aksilar 2 dan 3.

ABSTRACT
Research on cassava shoot multiplication of high beta-carotene Ubi Kuning genotype in vitro culture has been done using two different types of explant sources i.e., apical and four axillary buds grow on MS medium containing 0,75 mgl-1 BAP. The study aims to determine the most responsive node for shoot multiplication. The Kruskal-Wallis and ANOVA test showed that various of explants (Apical, Axillary 1, Axillary 2, Axillary 3, and Axillary 4) had significant different (α=0,05) with average value of shoot number, shoot length, leaf number, and leaf length. The Duncan test showed that there was a significant different (α=0,05) between various type of explants. The most rapid growth response that associated with shoot length, leaf number, and leaf length obtained from the 2nd and 3rd axillary buds."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42373
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Taniawati Supali
"ABSTRAK
Penelitian respon imun terhadap larva stadium empat (L4) jarang dilakukan. Hal ini disebabkan sulitnya mendapatkan materi larva stadium empat yang cukup untuk pembuatan antigen.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan larva stadium empat (L4) pada kultur in vitro dengan menggunakan candle jar sebagai pengganti inkubator C02.
Larva infektif (larva stadium tiga) Brugia malayi berhasil dikultur in vitro menjadi larva stadium empat dalam medium NCTC 135 dan lstove's modified Dulbeccos yang diperkaya dengan 10% serum manusia selama 3 minggu. Larva infektif dikultur dalam candle jar dan diinkubasi pada suhu 37C.
Pada kultur in vitro dengan candle jar 52,99% larva infektif menjadi larva stadium empat; sedangkan dengan Cara in vivo pada mongolian jird hanya 10,8% dan larva infektif menjadi larva stadium empat dan perbedaan ini adalah bermakna ( Uji t, p < 0,001).

ABSTRACT
Immunological studies against the fourth stage larvae (L,4) are still scarce because it is difficult to collect enough L4 material produced in vivo for antigen.
The aim of this study is to produce the fourth stage larvae (L4) of B. malayi by using in vitro culture in candle jar.
Third stage larvae of Brugia Malayi has been successfully molted into fourth stage larvae in an in vitro culture medium composed of NCTC 135 and Iscove's modified Dulbecco's supplemented with 10% human serum for 3 weeks. The in vitro culture was done in a candle jar and incubated at 37C.
Of the infective larvae 52.99 % transformed into fourth stage larvae in an in vitro culture by mean of candle jar whereas only 10.8% of the infective larvae transformed into fourth stage larvae in in vivo using mongolian jird and this result differed significantly (t test, p < 0.001)."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sofi Mursidawati
"Rafflesia spp. (Rafflesiaceae) have a strategic value from both scientific and conservation viewpoints. To date only very few attempts have succeeded in growing the species ex situ and the main protection measures have been by in situ conservation. More detailed studies are required to understand the relationships between Rafflesia spp. and their host plants in order to improve their management and conservation. Studies on the anatomy, in vitro culture and seed germination in connection with conservation have been conducted in the Bogor Botanic Gardens. Effort to transfer Rafflesia patma to an ex situ conservation area has produced some flowers. However, we encountered a bigger challenge to maintain the long term presence of R. patma in ex situ conservation, since a high number of individuals is required to make the viable population."
Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor-LIPI, {s.a.}
580 BKR 17:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhifa Tazkia Ramadhani
"Acrolejeunea fertilis merupakan lumut hati bentuk daun yang termasuk dalam famili Lejeuneaceae dengan potensi yang luas namun memiliki biomassa terbatas. Kultur in vitro merupakan solusi untuk perbanyakan A. fertilis. Pengaplikasian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) dengan variasi konsentrasi pada medium ½ MS diharapkan dapat meningkatkan persentase pertumbuhan A. fertilis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kombinasi dan konsentrasi ZPT yang optimum untuk kultur in vitro A. fertilis. Jenis ZPT yang digunakan yaitu 2,4- Dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D) dan Kinetin dengan 12 variasi konsentrasi yaitu 0—1 mg/L untuk 2,4-D dan 0— 2 mg/L untuk Kinetin. Setiap perlakuan terdiri dari 14 ulangan. Pengamatan kualitatif berupa perubahan warna eksplan, pertumbuhan tunas, dan keberadaan kontaminasi. Pengamatan kuantitatif berupa persentase pertumbuhan tunas, rerata panjang tunas, jumlah tunas yang muncul dari setiap eksplan, serta persentase kontaminasi. Data jumlah eksplan yang membentuk tunas dan data panjang tunas dianalisis menggunakan ANOVA satu arah dan dilanjutkan Duncan Multiple Range Test (DMRT), α 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat variasi jumlah tunas yang tumbuh dari setiap ekpslan yang merespons. Penambahan Kinetin dengan konsentrasi 0,1—1 mg/L dan 2,4-D 1 mg/L menghasilkan pertumbuhan tunas yang paling signifikan. Pengaplikasian ZPT dengan kombinasi dan konsentrasi yang tepat mampu meningkatkan pertumbuhan tunas gametofit A. fertilis

Acrolejeunea fertilis is a leavy liverwort, part of Lejeuneaceae with lots of potensials yet its biomass is limited. In vitro culture might be an alternative solution for A. fertilis’ multiplication. The application of growth regulator in ½ MS culture media are expected to increase A. fertilis’ shoot growth. The aim of this work is to discover the optimum concentration of growth regulator for A. fertilis’ in vitro culture. Type of growth regulators used in this research were 2,4-Dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D) and Kinetin with 12 different concentration, range of 0—1 mg/L for 2,4-D and 0—2 mg/L for Kinetin. The qualitative parameters observed in this research were explant’s pigmentation, shoot growth, and presences of contaminations. The quantitative parameters were shoot growth percentage, average shoot length, number of shoots emerged , and percentage of contaminations. All data were analyzed with One Way ANOVA and Duncan Multiple Range Test (DMRT), α 0,05. Results showed that there were variations in shoot growth per explant. Addition of 0,1—1 mg/L Kinetin and 2,4-D 1 mg/L was the most significant concentrations for A. fertilis’ shoot growth. Addition of growth regulator with exact concentration to ½ MS media considered to increase shoot growth of A. fertilis."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Rizka Anjani
"Xenoprotein yang terkandung dalam medium ekspansi standar yang digunakan untuk kultur sel punca hematopoietik (SPH) CD34+ berisiko menyebabkan graft-versus-host disease pada pasien penerima cangkok SPH CD34+. Diperlukan suplementasi medium ekspansi xeno-free untuk menurunkan risiko graft-versus-host disease pada pasien penerima cangkok. Suplementasi medium kultur ekspansi menggunakan platelet-rich plasma (PRP) dan human serum albumin (HSA) yang keduanya berasal dari manusia diharapkan dapat menggantikan suplementasi xenoprotein dalam kultur. Platelet-rich plasma diketahui mampu meningkatkan laju proliferasi sel punca, sementara human serum albumin mampu mempertahankan kepuncaan sel punca lebih baik dari fetal bovine serum. Kombinasi PRP dan HSA sebagai suplementasi medium ekspansi diharapkan mampu meningkatkan proliferasi dan mempertahankan kepuncaan SPH CD34+. Pengaruh kombinasi PRP dan HSA, rasio optimal persentase gradien suplementasi PRP dan HSA, serta durasi optimal kultur yang mampu mendukung proliferasi dan mempertahankan sifat kepuncaan SPH CD34+ perlu diketahui. Jumlah sel hidup dihitung menggunakan metode eksklusi trypan blue untuk melihat kemampuan medium uji dalam mendukung proliferasi. Fenotipe SPH CD34+ dianalisis menggunakan flow cytometry untuk mengetahui kemampuan medium uji dalam mempertahankan kepuncaan. Kombinasi suplementasi PRP dan HSA mampu meningkatkan proliferasi dan mempertahankan kepuncaan hingga hari ke-7. Persentase gradien PRP : HSA terbaik merupakan 3 : 2 berdasarkan kemampuannya dalam meningkatkan proliferasi dan mempertahankan sifat kepuncaan SPH CD34+. Kombinasi PRP dan HSA memiliki efek positif terhadap kultur SPH CD34+

Xenoprotein contained in CD34+ hematopoietic stem cell standard culture expansion medium has the risk of causing graft-versus-host disease (GVHD) in recipient of CD34+ HSC graft. Xeno-free supplementation in expansion medium is required to reduce the risk of GVHD in graft recipient. Supplementation of expansion medium using platelet-rich plasma (PRP) and human serum albumin (HSA), both originate from humans, hopefully has the ability to replace xenoprotein supplementation in culture. Platelet-rich plasma is known to increase the rate of stem cell proliferation, while human serum albumin is able to maintain stem cell’s stemness better than fetal bovine serum. The combination of PRP and HSA as expansion medium supplementation is expected to increase proliferation and maintain the stemness of CD34+ HSC. The effect of PRP and HAS combination, the optimal ratio of the percentage gradient of PRP and HSA supplementation, as well as the optimal duration of culture that can support proliferation and maintain CD34+ HSC stemness are to be studied. Live cells were counted using the trypan blue exclusion method to see the ability of the test medium to support proliferation. CD34+ HSC phenotype was analyzed using flow cytometry to determine the ability of test medium to maintain stemness. Combination of PRP and HSA supplementation are able to increase proliferation and maintain peaks until the 7th day. The best PRP : HSA gradient percentage is 3 : 2 based on its ability to increase proliferation and maintain SPH CD34+ stem properties. PRP and HSA combination has positive effects on CD34+ HSC culture."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library