Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lilis Hendrawati
"Penyakit diare merupakan salah satu masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia. Diare termasuk dalam kelompok tiga penyebab utama kunjungan berobat ke Puskesmas/Balai Pengobatan. Angka kesakitan diare dalam setiap tahunnya sekitar 200-400 kejadian dari 1000 penduduk. Sebagian besar (70-80%) penderita adalah anak di bawah usia lima tahun dan mengalami lebih dari satu kejadian diare setiap tahunnya.
Di Indonesia, angka kematian akibat diare selama 25 tahun terakhir telah menurun tajam, dari urutan pertama pada tahun 1972 menjadi urutan ke lima pada tahun 1996. Dibandingkan dengan penyebab kematian lainnya, kematian akibat diare pada tahun 1972, 1980, 1986, 1992 dan 1996 berturut-turut adalah 40%, 24,9%, 16%, 7,5% dan 7,4%. Menurut laporan Departemen Kesehatan, berdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 1983 dan 1986, di Indonesia seliap anak mengalami diare 1,6-2 kali setahun. Sebagian penderita (1-2%) jatuh ke dalam dehidrasi dan jika tidak segera ditolong, 50-60% di antaranya dapat meninggal.
Di Medan, Metrizal dkk melaporkan jumlah kasus diare yang memerlukan perawatan di rumah sakit adalah sebanyak 45,4% dari seluruh kasus di bangsal perawatan dengan 51,3% di antaranya berusia kurang dart 2 tahun Ariyani melaporkan penelitian yang dilakukan di Departemen IKA FKUI/RSCM tahun 19964997, didapat kasus diare sebanyak 85 anak, 60% di antaranya laki-laki. Rentang umur pasien adalah 2-24 bulan dengan puncaknya pada usia 6-11 bulan (42,4%).
Pada anak dengan diare berat, lebih dari 25% anak mengalami sindrom malabsorpsi. Beberapa penelitian yang dilakukan tentang kejadian intoleransi laktosa pada diare mendapatkan hasil sebagai berikut : Suharyono dkk mendapatkan angka sebesar 52,5% pada 838 penderita diare akut, Mustajab dkk di Manado mendapatkan angka intoleransi laktosa sebesar 63,2% pada anak dengan diare, Hegar dkk di Jakarta mendapatkan angka 23,1%, sedangkan Sunoto dkk mendapatkan angka intoleransi laktosa sebanyak 40% pada anak dengan diare melanjut. Dari beberapa penelitian pada bayi dan anak yang menderita diare yang dirawat di Bangsal Gastroenterologi Unit Anak RSCM/FKUI antara tahun 1971-1977 dan 1979-1980, Suharyono mendapatkan angka kejadian malabsorpsi lemak sebesar 57%, sedangkan Hegar dkk mendapatkan hasil 43,6%. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti kembali kejadian intoleransi laktosa dan malabsorpsi lemak dengan jumlah sampel yang lebih besar dan diambil dari sampel selama 2 tahun terakhir."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T21395
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivena Nathaniela Ballo
"Perubahan pola konsumsi global, terutama peningkatan konsumsi makanan tinggi kalori dan gula, berkontribusi terhadap meningkatnya prevalensi penyakit metabolik seperti obesitas dan diabetes. Di sisi lain, intoleransi laktosa dan meningkatnya minat terhadap pola makan nabati mendorong pengembangan produk alternatif yang bebas dari susu hewani. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan yoghurt dairy free berbahan dasar sari kedelai dan sirup agave yang memiliki indeks glikemik rendah. Metode yang digunakan adalah penelitian eksperimental kuantitatif dengan pendekatan uji hedonik terhadap empat formulasi yoghurt serta satu formulasi kontrol berbahan dasar susu sapi. Sebanyak 45 panelis tidak terlatih mengevaluasi aspek warna, aroma, tekstur, rasa, dan keseluruhan produk. Hasil uji ANOVA menunjukkan adanya perbedaan signifikan (p<0,05) pada seluruh aspek sensori antar formulasi. Formula R3 memperoleh nilai tertinggi dari formulasi sari kedelai dalam aspek rasa dan keseluruhan. Analisis nilai gizi formula R3 menunjukkan kandungan lemak sebesar 2,50%, protein sebesar 5,70%, kadar abu 0,54%, dan keasaman 0,71%, yang menunjukkan bahwa produk ini memenuhi kriteria yoghurt rendah lemak dan tinggi protein. Penelitian ini menunjukkan bahwa yoghurt berbahan dasar sari kedelai dan sirup agave dapat menjadi alternatif camilan sehat yang sesuai bagi konsumen dengan intoleransi laktosa atau preferensi vegan, serta menawarkan potensi pasar untuk pengembangan produk fungsional yang ramah metabolik.

Changes in global consumption patterns, especially the increase in consumption of high-calorie and high-sugar foods, contribute to the increasing prevalence of metabolic diseases such as obesity and diabetes. On the other hand, lactose intolerance and the increasing interest in plant-based diets encourage the development of alternative products free from animal milk. This study aims to develop dairy-free yoghurt made from soy extract and agave syrup that have a low glycemic index. The method used is a quantitative experimental study with a hedonic test approach on four yoghurt formulations and one control formulation made from cow's milk. A total of 45 untrained panelists evaluated the color, aroma, texture, taste, and overall product aspects. The results of the ANOVA test showed significant differences (p<0.05) in all sensory aspects between formulations. Formula R3 obtained the highest value from the soy extract formulation in terms of taste and overall. The nutritional value analysis of formula R3 showed a fat content of 2.50%, protein of 5.70%, ash content of 0.54%, and acidity of 0.71%, indicating that this product meets the criteria for low-fat and high-protein yoghurt. This study shows that soy and agave syrup-based yoghurt can be a healthy snack alternative suitable for consumers with lactose intolerance or vegan preferences, and offers market potential for the development of metabolically friendly functional products."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library