Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Salampessy, Ismail Naiyowehaji
"Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap perspektif masyarakat terhadap satuansatuan lanskap serta pemanfaatannya sebagai sumber perolehan kebutuhan hidup masyarakat adat Baduy-Dalam, Desa Kanekes, Banten. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan etnoekologi. Data penelitian dikumpulkan dari hasil wawancara informan kunci, observasi langsung di lokasi penelitian, serta kegiatan diskusi kelompok viiirnam (Focus Group Discussion-FGD) dengan metode distribusi kerikil (Pebble Distribution Method-PDM).
Berdasarkan persepsi masyarakat adat Baduy-Dalam terhadap nilai penting unit lanskap, terdapat tujuh satuan lanskap, yaitu lembur, huma, cai, jami, reuma, reuma kolot, dan leuweung lembur. Juga berdasarkan persepsi masyarakat adat Baduy-Dalam terhadap tumbuhan sebagai sumber perolehan kebutuhan, terdapat sepuluh sumber perolehan, yaitu sebagai sumber pangan, obat, viiirnament, kayu bakar, ritual, obat padi, alat rumah tangga, bahan pewarna, dan anyaman. Lembur menjadi unit lanskap terpenting dengan skoring PDM tertinggi (28,8), dan sumber perolehan pangan pada satuan lanskap huma menjadi memiliki nilai penting tertinggi sebagai sumber perolehan, dengan skoring PDM tertinggi (33,5).

This research attempted to reveal the relationship of Baduy-Dalam people to their landscape, as well as their utilization of plants in Kanekes Village, Banten. The methodfor this research were ethnoecological approach. Data were collected by interview with the local key informant, direct observation in the site of the research, focus group discussion (FGD) and pebble distribution method (PDM) with respondent Baduy-Dalam people utilize and manage each of them differently.
According to the Baduy-Dalam people's perspective for important landscape, there are seven landscape units, namely lembur, huma, cai, jami, reuma, reuma kolot, and leuweung lembur. Also from to the Baduy-Dalam people's perspective for plant utilization on landscape, there are ten utilization, which are for food, medicine, ornament, firewood, ritual, paddy's medicine, household appliance, dye materials, webbing, and building material. Lembur landscape unit gained the highest PDM score (28,8), and for important landscape plant utilization, food on huma landscape unit gained the highest PDM score (33,5).
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T51785
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmat Hidayat
"Penelitian etnoekologi dan etnobotani Masyarakat Melayu dilakukan di Dusun Mengkadai Sarolangun, Jambi. Penelitian ini sangat penting dilakukan mengingat lokasi dusun yang dekat dengan ibukota kabupaten sehingga memengaruhi gaya hidup masyarakat. Tujuan penelitian ini ialah untuk memahami hubungan antara masyarakat Dusun Mengkadai dengan lanskap mereka, juga pengetahuan dan pemanfaatan tumbuhan. Penelitian ini mencakup persepsi, pemanfaatan, dan sistem pengelolaan lanskap oleh masyarakat Melayu, juga dinamika lanskap di Dusun Mengkadai. Penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan adaptasi lingkungan masyarakat Melayu, dinamika lanskap, pengetahuan tentang tumbuhan, dan valuasi pemanfaatan tumbuhan. Metode penelitian diadaptasi dari Multidisiplinary Landscape Assessment (MLA). Hasil penelitian menunjukkan klasifikasi lokal atas lanskap dan keanekaragaman tumbuhan di dalamnya. Masyarakat mengklasifikasikan lanskap ke dalam 12 satuan lanskap, yaitu dusun/laman (66 spesies), umo, sawah (35 spesies), kebun para (33 spesies), kebun kelapo sawit (35 spesies), kebun tanaman mudo (14 spesies), jerami (49 spesies), beluka (46 spesies), beluka tuo (65 spesies), batang ayik (17 spesies), imbo inum (64 spesies), dan imbo larangan (131 spesies). Dinamika lanskap di Dusun Mengkadai berkaitan dengan aktivitas manusia dalam mengekstraksi spesies-spesies penting dan perluasan perkebunan karet dan kelapa sawit. Terkait dengan pengetahuan dan pemanfaatan tumbuhan, ada 80 spesies penting dari 295 spesies tumbuhan yang ditemukan di Dusun Mengkadai, yang digunakan untuk bahan makanan (LUVI = 6%), bahan konstruksi berat (LUVI = 6,5%), bahan konstruksi ringan (LUVI = 5%), bahan obat- obatan (LUVI = 5,5%), bahan teknologi lokal dan seni (LUVI = 5,5%), tali-temali (LUVI = 3%), bahan hiasan/ritual/adat (LUVI = 5,5% ), sumber penghasilan (LUVI = 8%), bahan pewarna (LUVI = 3%), dan kayu bakar (LUVI = 3,5%). Bagaimanapun, perluasan perkebunan monokultur telah menurunkan keanekaragaman tumbuhan, serta pengetahuan dan pemanfaatannya.

Ethnoecology and Ethnobotany of Malay Society are studied in Dusun Mengkadai Sarolangun, Jambi. This study is very important because the easer access to the urban that influence people’s lifestyles. The objectives of this study is to understand the relationship between Dusun Mengkadai society and their landscape, and also their knowledge and utilization of plant. This study covers perception, utilization and management system of landscape by Malay society, also dynamics of landscape in Dusun Mengkadai. This study is expected to describe the environmental adaptation of Malay society, dynamics of landscape, knowledge of plant, and valuation of plant utilization. The methods of this study is adapted from Multidisiplinary Landscape Assessment (MLA). The result of this study showed the local classification of the landscape and plant diversity in Dusun Mengkadai. The society have classified the landscape in twelve units, included dusun/laman (66 species), umo, sawah (35 species), kebun para (33 species), kebun kelapo sawit (35 species), kebun tanaman mudo (14 species), jerami (49 species), beluka (46 species), beluka tuo (65 species), batang ayik (17 species), imbo inum (64 species), and imbo larangan (131 species). Landscape dynamics in Dusun Mengkadai is related to human activities in harvested important species and expansion of rubber and palm oil plantations. Related to the knowledge and utilization of plant, there are 80 significant species from 295 species of plants acquired in Dusun Mengkadai, which are used for foods (LUVI= 6%), heavy construction (LUVI= 6.5%), lightweight construction (LUVI= 5%), medicinal plant (LUVI= 5.5%), local technology and art (LUVI= 5.5%), rigging (LUVI= 3%), ornament/ritual/tradition (LUVI= 5.5%), revenue (LUVI= 8%), dyes (LUVI= 3%), and firewood (LUVI= 3.5%). After all, expansion of monoculture plantation has reduced plant diversity and also plant knowledge and utilization.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T34593
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library