Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mardiyansyah
Abstrak :
ABSTRAK
Pertumbuhan penggunaan e-commerce, media digital, jejaring sosial, dan aplikasi smartphone telah menyebabkan penggunaan dominan Internet sebagai jaringan distribusi. Pada prinsipnya jaringan komunikasi harus memungkinkan pengguna untuk fokus pada data yang dia butuhkan (konten), bukan lokasi fisik di mana data yang akan diambil berada. Named Data Networking adalah salah satu arsitektur Internet masa depan yang diusulkan untuk mengatasi permasalahan Internet saat ini, yakni permasalahan distribusi konten yang efektif.

Di sisi lain, aplikasi-aplikasi berbasis Internet yang menjadi sumber data, masih banyak dikembangkan dengan arsitektur monolitik, di mana semua komponen dan fungsi aplikasi berada dalam satu perangkat yang bersumberdaya besar. Seiring berkembangnya aplikasi dan pertumbuhan pengguna, aplikasi menjadi semakin kompleks dan sulit untuk dikembangkan. Kontainer menyediakan cara yang mudah untuk mengimplementasikan pengembangan layanan-layanan mikro, di mana aplikasi dibangun sebagai rangkaian layanan kecil yang berjalan sebagai proses terpisah dan berkomunikasi melalui mekanisme berbasis jaringan yang ringan. Aplikasi yang dikembangkan menggunakan layanan mikro memberikan hasil yang lebih baik dalam hal pengembangan infrastruktur dan memberikan fleksibilitas bagi pengembang dengan biaya minimum.

Penelitian ini berfokus untuk mengeksplorasi arsitektur NDN pada layanan mikro dan untuk membandingkan performa throughput dan waktu delay dari topologi Bin Tree dan Bcube yang menggunakan arsitektur NDN. Simulasi dalam tesis menggunakan simulator NS-3 dengan library ndn-cxx. Hasil yang didapat performa arsitektur NDN pada layanan mikro dalam topologi Bcube lebih baik dari sisi waktu delay sebesar 47,43% dan throughput sebesar 3% dibandingkan dengan topologi Bintree.
ABSTRACT
The growth in the use of e-commerce, digital media, social networking, and smartphone applications has led to the dominant use of the Internet as a distribution network. In principle, the communication network must allow the user to focus on the data needs (content), not the physical location where the data to be retrieved is located. Named Data Networking is one of the future Internet architectures proposed to address current Internet problems, effective content distribution.

On the other hand, Internet-based applications that are sources of data are still being developed with a monolithic architecture, where all components and functions are developed in one large-resource device. As application and user growth, applications become increasingly complex and difficult to develop. Containers provide an easy way to implement the development of micro services, where applications are built as a series of small services that run as separate processes and communicate through lightweight network-based mechanisms. Applications developed using micro services provide better results in terms of infrastructure development and provide developers flexibility with minimum costs.

Our work focuses to explore the NDN architecture in micro services and to compare the performance in throughput and delay of the Bin Tree and Bcube topologies that use the NDN architecture. The simulation in the thesis uses the NS-3 simulator with the ndn-cxx library. The results obtained by the performance of NDN architecture on microservices in the Bcube topology are better in terms of time delay of 47.43% and throughput of 3% compared to the Bintree topology.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darvin
Abstrak :
Dalam pengembangan suatu aplikasi, sangat penting untuk memperhatikan beberapa metrik utama yang menunjang keberlangsungan aplikasi tersebut. Metrik yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah Performance, Scalability, Availability, dan Maintenance. Pada umumnya pembuatan sebuah aplikasi dimulai dengan arsitektur monolitik untuk menghindari kompleksitas dan mempercepat proses pengembangan dengan jumlah developer yang terbatas. Seiring dengan dilakukannya continuous development akan menyebabkan codebase dari aplikasi tersebut membesar dan akan sangat sulit untuk melakukan perawatan maupun penambahan sebuah fitur baru. Hal tersebut dikarenakan setiap perubahan yang dilakukan dapat mempengaruhi keseluruhan aplikasi karena pada dasarnya setiap servis ditempatkan dalam sebuah instance yang sama. Dengan melakukan migrasi dari arsitektur monolitik menuju microservice terdapat beberapa keuntungan yang diperoleh seperti pengembangan secara paralel, melakukan scaling hanya pada layanan tertentu, memungkinkan penerapan pipeline, dan meningkatkan fleksibilitas aplikasi . Keuntungan tersebut dapat diperoleh dikarenakan setiap servis akan terpisah antara satu dengan yang lainnya. Namun, pelaksanaan migrasi tentunya bukan hal yang mudah untuk dilakukan karena diperlukan perancangan terlebih dahulu yang didasarkan pada kebutuhan masing-masing aplikasi. Dari penerapan migrasi yang dilakukan pada aplikasi Automation Messaging System, diperoleh bahwa terdapat peningkatan performa sebesar 68.10% dalam response time dan 36.02% lebih ringan dalam CPU Utilization. Perbandingan pada metrik lainnya juga mampu memberikan keunggulan dibandingkan arsitektur monolitik, seperti kemampuan scaling yang lebih efektif, kemudahan dalam melakukan perawatan, dan penurunan biaya bulanan infrastruktur sebesar 16.26%. ...... There are several important metrics needs to be considered when developing an application such as Performance, Scalability, Availability, and Maintenance aspects. In general, an application started developed using monolithic architecture to simplify and shorten the development process with limited amount of engineers. However, as we implemented the continuous development process, the source code of the application will expand as the time goes on and it will be very hard to maintain or add a new feature into it. This can happen because every code changes in monolithic application will affect the entire application as all the service registered inside are placed inside the same instance. Hence, the migration from Monolithic to Microservices is important because it provides numerous benefits, such as the separation of each service from one another, which enables parallel development possibilities. The other advantage are allowing pipeline implementation, increase technology stack flexibility, and improve scalability. These advantages can be obtained because each service is loosely-coupled or separated from one another. However, the implementation of the migration itself is not an easy task as it requires prior planning based on the specific needs of each application. Through the performed migration on the Automation Messaging System application, it was found that there was a 68.10% improvement in response time and a 36.02% less usage in CPU utilization. Furthermore, the comparison with other metrics also showed the superiority of the microservices architecture over the monolithic architecture, such as more effective scaling capabilities, ease of maintenance, and a monthly infrastructure cost reduction of 16.26%.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library