Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
cover
Abstrak :
Rejected tanned leather is tanned lether product with damages of more than 30% of its total surface area, but can be improved by embossing. Embossing is the provision of patterns that influences the properties of articles and contributes to the closure of the defects on the surface of leather. This study aims to determine the influence of urethane binder and embossing motives to the quality of rejected leather for shoe upper applications. Variables investigated were urethane binder composition (100, 150, and 200 part in 1000 part of base coat) and embossing motives (crocodile, ostrich, shark fish, and milled motive). The quality of the leather was then tested in terms of organoleptic properties (feel, flexibility, visual appearance), mechanical properties (tear strength, tensile strength, elongation at break, rub fastness (dry, wet), adhesive strength of cover paint (dry, wet), and flexing resistance), physical properties (WVP and WVA), as well as morphology (SEM). The results showed that the addition of urethane binder and embossing patterns affect the quality of shoe upper leather, i.e. in general covering the leather defects and increasing the visual appearance (organoleptic properties), and changing the collagen network structure (based on SEM test). Visually preferred skin is skin with the addition of 200 parts of the urethane binder and crocodile patterned leather.

Kulit tersamak reject adalah produk dengan jumlah luasan kerusakan lebih besar dari 30%, namun dapat diperbaiki dengan embossing. Embossing adalah metode pemberian motif yang dapat mempengaruhi sifat artikel dan dapat memberikan kontribusi terhadap penutupan cacat-cacat pada permukaan kulit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan binder uretan dan motif embossing pada kulit reject terhadap kualitas kulit bagian atas sepatu. Variabel penelitian terdiri atas jumlah binder uretan (100, 150, dan 200 gram dalam 1000 gram campuran lapisan dasar) dan motif embossing (kulit buaya, burung unta, ikan hiu, dan milled). Pengujian mutu kulit terdiri atas pengujian organoleptis (pegangan, kelemasan, kenampakan), mekanik (ketahanan sobek, kekuatan tarik, kemuluran, ketahanan gosok cat (kering dan basah), kekuatan rekat cat tutup kering dan basah, ketahanan bengkuk), fisis (water vapor permeability (WVP), water vapor absorption (WVA)), dan morfologi (scanning electron microscopy (SEM)). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan binder uretan dan motif embossing berpengaruh terhadap mutu kulit bagian atas sepatu, yaitu secara umum dapat menutup cacat-cacat dan menambah keindahan visual dan mengubah struktur jaringan kolagen (hasil uji SEM). Secara visual kulit yang disukai adalah kulit dengan penambahan binder uretan sebesar 200 bagian dan bermotif kulit buaya.
[s.l.]: Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik, 2016
530 KKP 32:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
The shadow effect of leather puppet's movements on the screen can be used to determine performance quality of the puppet and the creativity of a puppeter.....
ITJOICT
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ambar Susatyo Murti
Abstrak :
Media televisi biasanya mencari keuntungan dari tayangan-tayangan yang dipertontonkan kepada khalayak melalui iklan atau sponsor. Dari situlah media televisi dapat menghidupi karyawan yang berjurnlah ribuan, tentunya juga guna kelangsungan perusahaan media televisi tersebut. Motif mencari keuntungan yang dilakukan media televisi seperti tersebut diatas bertolak belakang dengan realitas tayangan pagelaran wayang kulit purwa Indosiar. Indosiar belum mendapatkan keuntungan profit dari tayangan pagelaran wayang kulit purwa. Jangankan uang dari iklan atau sponsor, kenyataannya setiap episode tayangan pagelaran wayang kulit purwa yang biasa di tayangkan setiap Sabtu malam Minggu, Indosiar diperkirakan rugi ratusan juta rupiah. Indosiar tidak pernah merasa rugi dengan ditayangkannya pagelaran wayang kulit purwa. Bagaimana mungkin stasiun televisi mau merugi dalam produksi tayangannya? Bukankah keuntungan profit menjadi tujuan stasiun televisi didirikan? Jawabnya adalah, tentu ada sesuatu yang menguntungkan yang disembunyikan Indosiar dalam tayangan pagelaran wayang kulit purwa ini. Untuk itulah maka penulis menetapkan tujuan penelitian tesis ini untuk menjelaskan komodifikasi isi tayangan pagelaran wayang kulit purwa Indosiar dan mengungkap motif komodifikasi isi tayangan pagelaran wayang kulit purwa di televisi Indosiar. Selain itu juga mengungkap ideologi atau kekuatan tersembunyi yang berrnain dalam komodifikasi isi tayangan pagelaran wayang kulit purwa Indosiar. Dalam penelitian ini penulis mengunakan paradigma kritis yang pada dasarnya adalah sebagai suatu proses yang secara kritis berusaha mengungkap "the real structures" dibalik kenyataan yang nampak. Pendekatan yang penulis gunakan adalah kualitatif. Metode penelitian yang penulis gunakan adalah analisis wacana Fairclough, yang menyatakan bahwa lahirnya sebuah teks adalah melalui sebuah rangkain, mulai rencana hingga teks terwujud dengan tiga dimensi analisis yaitu; teks, discourse practice, dan sociocultural practice. Sifat dalam penelitian ini ialah bersifat deskriptif, metode pegumpulan data dilakukan dengan dengan record, relics dan wawancara. Sumber data penulis dapatkan dan data primer berupa teks dan wawancara, sedangkan data sekunder berupa situs internet, buku kepustakaan yang mendukung data primer. Dalam analisis data penulis menggunakan tiga tahap analisis yang digunakan Norman Fairclough, yaitu dekripsi, interpretasi dan eksplanasi. Dari seluruh proses penelitian yang dilakukan didapatkan hasil, bahwa dalam tataran teks yang diteliti menunjukkan terjadinya perubahan-perubahan yang signifikan terhadap tayangan pagelaran wayang kulit purwa Indosiar. Perubahan-¬perubahan tersebut mengarah kepada perubahan karakter pagelaran wayang panggung menjadi "karakter wayang tayangan televisi". Karakter wayang televisi memiliki kecenderungan bersifat padat, ringkas dan menghibur. Dalam tataran discorse practice ditemukan bahwa, meskipun Indosiar tidak mendapatkan keuntungan profit dalam tayangan pagelaran wayang kulit purwa, Indosiar mendapatkan keuntungan lain dalam bentuk kedekatan dengan pemirsanya. Indosiar menjadi diminati kalangan menengah kebawah yang sebelumnya sulit dijangkau, disukai karena tayangan wayangnya menghibur dan ditonton khalayak Jawa maupun luar Jawa. Dan memang itulah yang menjadi tujuan Indosiar dalam tayangan pagelaran wayang kulit purwa. Tayangan wayang yang padat, ringkas dan menghibur menjadi jalan bagi kepentingan Indosiar, Indosiar diminati semua orang "Indosiar Memang Untuk Anda". Dalam tataran sociocultural terkait dengan perkembangan dunia pewayangan, Indosiar telah memberikan warna tersendiri. Wayang televisi menjadi fenomena baru dalam dunia pewayangan. Indikasi munculnya "pakem wayang gaya televisi" yang dimotori Indosiar semakin memperkaya "polemik" nilai guna wayang bagi masyarakat. Implikasi terhadap hasil penelitian yang didapat, bahwa tayangan kebudayaan tradisional dalam hal ini tayangan pagelaran wayang kulit purwa tetap menjadi ancaman bagi para pemirsanya. Penonton disuguhi dengan tayangan wayang yang padat, ringkas dan menghibur sesuai dengan karakter televisi. Semua itu tentu memberikan makna tersendiri bagi isi kepada penonton. Bukankah dalam pagelaran wayang kulit purwa menurut Woro Aryandini salah satu tujuannya adalah penonton mendapatkan pelajaran kehidupan setelah selesai menontonnya, artinya penonton harus mencari dan mendapatkan makna/nilai sebagai pegangan kehidupan dalam tayangan wayang tersebut. Karakter wayang televisi masih sangat terbuka untuk didiskusikan, namun sebaik-baiknya hasil diskusi yang dilakukan harus tetap mengedepankan kepentingan khalayak penonton. Salah satu tugas media menurut Mc Quail adalah sebagai jendela (a window on event and experience), "membuka cakrawala pemirsa tentang berbagai hal diluar dirinya". Dengan tayangan wayang, kita berharap televisi mampu memfasilitasi kepentingan penonton dan pemirsa untuk membuka cakrawala positif kehidupannya.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19924
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devita Risvanti
Abstrak :
Business coaching ini dilakukan pada UKM Pepari Leather. Pepari Leather merupakan UKM yang bergerak dibidang usaha produk berbahan dasar kulit, dengan produk unggulan tas. Produk yang dimiliki Pepari Leather terdiri dompet, tas, pouch, kunci mobil, gelang dan aksesoris lainnya. Saat ini, Pepari Leather terus mengalami peningkatan pada permintaan, namun demikian dalam peningkatan ini terjadi beberapa permasalahan yang dihadapi Pepari Leather. Melalui hasil wawancara dengan pemilik, penulis menganalisis kondisi UKM dengan beberapa analisis, kemudian didapat gap yang terjadi di UKM. Untuk mengatasinya Pepari Leather harus melakukan perbaikan dari sisi pemasok kulit, SDM pada bagian quality control dan media sosial, melakukan engagement dengan pelanggan, membuat website sebagai portofolio, memperbaiki tampilan produk agar lebih menarik, membuat program loyalty, dan melakukan ekspansi pasar. ...... This business coaching is done at SMEs Pepari Leather. Pepari Leather is an SMEs which operates in product basic leather, bag is a featured product from Pepari Leather. Actually, Pepari Leather has so many products consist of purse, bag, pouch, key pouch, leather bracelet, and other accessories. Currently, Pepari Leather continues to increase in demand, then some troubles may occured in the middle of process business that Pepari Leather have to confront based on interview with the owner. Hence, the authors has anaylized the SMEs condition through some analyzes and business model canvas, after that we obtained some GAPS that happened in SMEs. Neverthless, Pepari Leather need some improvements and changes in terms of suppliers, HRM quality control and social media , do customer engagement, create a website as a portofolio, improve the appearance of product to seduce customer make it more interesting, and create loyalty programs and market expansion.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Larasati
Abstrak :
Dalam rangka menaikkan daya saing ekspor produk kulit, Pemerintah memberikan kebijakan berupa kemudahan dalam mengimpor bahan baku untuk diproduksi menjadi barang dengan tujuan ekspor, yang disebut Fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE). Kebijakan KITE yang diberikan pada Industri Kulit diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang terjadi pada Industri Kulit, yaitu mengenai kontinuitas bahan baku. Atas kemudahan yang diberikan dalam fasilitas ini, diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang terjadi pada Industri Kulit yang nantinya akan berpengaruh juga terhadap harga dari produk kulit yang tujuannya diekspor akan lebih bersaing. Penelitian ini akan membahas implementasi Kebijakan KITE atas Industri Kulit serta hambatan yang dihadapi dalam implementasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif dan teknik pengumpulan data berupa studi kepustakaan dan studi lapangan yang dilakukan dengan wawancara mendalam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi Kebijakan KITE atas Industri Kulit belum cukup efektif, karena terdapat hambatan-hambatan yang belum diselesaikan secara optimal. Akibatnya masih banyak perusahaan Industri Kulit yang belum menggunakan fasilitas ini. ......In order to increase the competitiveness, the Government provided a policy in the form of easing importing raw materials to be produced into goods for export purposes, which is called “Fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE)”. The KITE Policy given to the Leather Industry is expected to overcome the problems that occur in the Leather Industry, which is the continuity of raw materials. The convenience provided by this incentive is expected to be able to overcome the problems that occur in the Leather Industry, which will also affect the prices of leather products in which its purpose to be exported. This study will discuss the implementation of KITE Policy for the Leather Industry and the obstacles faced in its implementation. This study uses a qualitative approach with descriptive design dan data collection techniques such as library research and field studies which is conducted with interviews. The results show that the implementation of KITE Policy for the Leather Industry have not been really effective, because there are obstacles that have yet to be resolved optimally. As a result, there are still many companies in the Leather Industry that have not use this incentive.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prayitno
Abstrak :
Istilah ?Ramah Lingkungan? untuk kulit dapat diartikan sebagai kulit tersamak yang bebas krom. Hampir 80% penyamakan saat ini menggunakan krom, karena kemudahan dalam proses dan keunggulan dalam sifat-sifat fisis kulit samaknya. Namun saat ini masyarakat menghendaki suatu produk yang ramah lingkungan. Bahan penyamak nabati dapat dikatakan sebagai bahan penyamak ramah lingkungan sebab limbah produknya mudah terdegradasi. Salah satu kelemahan dalam penggunaan samak nabati adalah kemampuan penyerapan airnya yang tinggi. Pada penelitian ini digunakan bahan water repellent yang mempunyai sifat untuk menekan kemampuan penyerapan air. Maksud dari penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh dari water repellent pada penyerapan air, sifat-sifat fisis dan morfologi kulit yang disamak dengan bahan penyamak nabati. Penelitian dilakukan dengan memvariasi jumlah water repellent dari 5; 7,5; 10; 12,5 dan 15%. Sifat-sifat fisis yang didapatkan kemudian dibandingkan dengan analisis sidik ragam dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan dalam sifat penyerapan airnya walaupun tidak signifikan dari 77,6% menjadi 65,39%, penurunan kuat sobek dari 41,64 menjadi 20,05 kg/cm, kuat tarik dari 227,10 menjadi 163,53 kg/cm2 dan kemuluran dari 57,11 menjadi 49,68% masing-masing untuk water repellent berturut-turut 5 dan 15%, kuat bengkuk dan WVA tidak ada perubahan yang signifikan, sedangkan untuk WVP maksimum terjadi pada penggunaan water repellent 12,5%. Hasil SEM menunjukkn adanya lapisan tipis pada serat kulit yang dapat menghambat penyerapan air. ......The term of eco-friendly leather can be interpreted as chrome-free tanned leather. Recently, almost 80% of leather is tanned using chrome tanning agent because of the ease in processing and excellence of the physical properties. Nevertheless, people nowadays want an eco-friendly leather product. Vegetable tanning materials can be said as eco-friendly tanning material because their waste degrades easily. One of the weaknesses in the use of vegetable tanning is a high water absorption capability. In this research used a water repellent material that has the properties to suppress the ability of water absorption. The purpose of the research was to determine the effect of water repellent on physical properties and morphology of leather tanned by vegetable tanning materials. Because one of the weaknesses in the vegetable tanning is its high water absorption capability, in this research, water repellent was used and varied by 5; 7.5; 10; 12.5; and 15% . Physical properties obtained were compared with analysis of variance with the significance level of 95%. The water repellent increased from 5% to 15%. The results showed a decrease in water absorption capability from 77.6% to 65.39%, tearing strength from 41.64 to 20.05 kg/cm, tensile strength from 227.10 to 163.53 kg/cm2, and elongation at break from 57.11 to 49.68%, strong swelling and WVA have no significant changes, while for WVP, the maximum use of water repellent at 12.5%. SEM results indicate the presence of a thin layer on the leather fiber that can inhibit the absorption of water.
[Place of publication not identified]: Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik, 2016
530 KKP 32:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Sutyasmi
Abstrak :
The purpose of this study was to determine the effect of the use of mimosa, to manufacture environmentally friendly leather for jacket by using the C-RFP system (C=Conditioning, R=Rapid, F=Fass (drum), P=Powder), on physical, organoleptic, and morphology properties of leather. It was also to obtain a formula for vegetable tanning with C-RFP system. Pickled skins are conditioned (pre-tanning) using Sodotan TSN and Sodotan APR, and then Sodotan TSN was chosen due to it meets the requirements of SNI leather for jacket (SNI 4593:2011). Then, pickled skins were tanned with mimosa and applied C-RFP system or rapid tanning without water added. Mimosa, used in this research, were 15%, 20%, and 25% and fatliquor were 12.5%, 15%, and 17.5%. Furthermore, The leather were finished into an environmentally friendly leather for jackets, and then tested for physical and organoleptic properties based on the SNI 4593:2011 as well as leather morphology (SEM). The physical test result shows that for mimosa 15%, 20% and 25%, and for fatliquor 15% and 17.5% are fullfill the SNI.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan mimosa terhadap pembuatan kulit jaket ramah lingkungan menggunakan sistem C-RFP (C=Conditioning, R=Rapid, F=Fass (drum), P=Powder), ditinjau dari sifat fisis, organoleptis, dan morfologi kulit. Selain itu juga memperoleh resep untuk penyamakan kulit nabati dengan sistem C-RFP. Kulit pikel dikondisikan (pre-tanning) menggunakan Sodotan TSN dan Sodotan APR untuk selanjutnya dipilih Sodotan TSN karena diperoleh hasil kulit jaket ramah lingkungan yang memenuhi persyaratan SNI kulit jaket (SNI 4593:2011). Kulit pikel selanjutnya disamak menggunakan mimosa dengan sistem C-RFP/ samak cepat yaitu penyamakan tanpa air. Mimosa yang digunakan adalah 15%, 20%, dan 25% dan minyak yang digunakan adalah sebesar 12,5%, 15%, dan 17,5%. Kulit kemudian difinish menjadi kulit jaket ramah lingkungan, dan selanjutnya kulit diuji fisis, organoleptis sesuai dengan SNI 4593:2011 dan uji morfologi kulit (SEM). Hasil uji fisis kulit yang memenuhi SNI adalah penggunaan mimosa 15%, 20%, dan 25%, serta penggunaan minyak 15% dan 17,5%.
Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik, 2016
530 KKP 32:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>