Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chairunnisa Yasmin Azzahra
"Skripsi ini membahas mengenai peran keterbacaan signage secara legibile dan visibile dalam proses navigasi terutama di ruang publik. Legibility berkaitan dengan signage sebagai objek yang memiliki karakter grafis, sedangkan visibility diukur berdasarkan kondisi spasial. Skripsi ini menggunakan sebuah mal di Jakarta Selatan sebagai subjek pengamatan dalam menganalisis legibility dan visibility signage. Legibility dianalisis melalui efisiensi informasi, penggunaan bahasa, pemilihan warna, dan posisi yang strategis mampu menghadirkannya sebagai sebuah brand image atas Environmental Graphic Design. Visibility dianalisis berdasarkan teori wayfinding behaviour, akses visual yang hadir baik vertikal dan horizontal serta pemanfaatan landmark pada instalasi signage. Melalui hasil observasi dan studi literatur, keterbukaan floor plan merupakan dasar agar signage terbaca dari jauh dan terikat satu sama lain untuk menciptakan boundaries non-fisik. Inkonsistensi gaya pada grafis akan mengurangi familiaritas terhadap signage. Didapatkan bahwa legibility dan visibility pada signage berperan untuk meningkatkan keterbacaan dan familiaritas informasi grafis dengan memberikan keleluasaan ruang dan posisi bagi pelaku wayfinding tanpa adanya unnecessary distraction dari elemen arsitektur terbangun saat melakukan proses navigasi.

This undergraduate thesis discusses the role of signage’s legibility and visibility in the navigation process, particularly in public spaces. Legibility refers to the signage as an object with graphic characteristics, while visibility is measured on the associated spatial conditions. This thesis uses a mall in South Jakarta as the subject of observation in analysing the legibility and visibility of signage. Legibility is analysed based on information efficiency, multilanguage, colour selection, and strategic position can present as a brand image in Environmental Graphic Design. Visibility is analysed based on the theory of wayfinding behaviour, the presence of visual access both vertically and horizontally, and the utilization of landmarks in signage installations. Through this observation and literature review, it is found that the openness of floor plan serves as a basis for signage to be seen from distance and interconnected to one and another to create non-physical boundaries. It is concluded that legibility and visibility in signage play a role in enhancing the readability and familiarity of graphic information by providing spatial freedom and positioning for wayfinding actors without unnecessary distraction from the built architectural elements during the navigation process."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Mahsa Gantari
"Tulisan ini membahas tentang hubungan antara legibility konfigurasi denah serta landmark dari suatu lingkungan indoor dan pembentukan peta kognitif. Tujuan dari penulisan ini mengarah pada pemahaman terkait legibility konfigurasi denah dan landmark sebagai elemen lingkungan indoor yang mengacu pada pengetahuan spasial 2d dan 3d, serta hubungannya dengan pembentukan peta kognitif yang terjadi secara bertahap dalam tiga bentuk pengetahuan spasial. Dalam hal ini, legibility bergantung pada kompleksitas dari konfigurasi denah dan saliency dari landmark yang dimiliki. Penulisan ini menganalisis sebuah mal yang terletak di Kawasan Cibubur sebagai kasus. Analisis dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu (1) legibility konfigurasi denah dan landmark dengan basis objektif dan (2) pembentukan peta kognitif dengan basis yang lebih subjektif. Pendekatan pertama terdiri dari dua bagian, yaitu analisis konfigurasi denah berdasarkan kompleksitas dan identifikasi potensi landmark berdasarkan saliency, sedangkan pendekatan kedua berfokus pada tiga bentuk tahapan pengetahuan spasial. Hasil dari studi yang dilakukan menunjukkan bahwa landmark yang salient dan konfigurasi denah yang sederhana dapat memudahkan pembentukan peta kognitif seseorang. Kedua elemen lingkungan dengan karakteristik tersebut dapat membantu individu dalam mengodekan hubungan spasial antar objek, tempat, dan atribut, serta memahami hubungan antar elemen ruang sehingga hubungan spasial di antaranya dapat dikodekan, dipahami, dan digunakan untuk membentuk peta kognitif.

This paper discusses the relationship between the legibility of a floor plan configuration and landmarks in an indoor environment and the formation of cognitive maps. The aims of this paper pertain to the legibility of floor plan configuration and landmarks, as indoor environmental elements which refer to 2d and 3d spatial knowledge, and their relationship to the formation of cognitive maps that occurs in three stages of spatial knowledge. In this regard, the degree of the legibility depends on the complexity of the floor plan configuration and the saliency of the landmarks. This paper analyzes a mall located in Cibubur as a case study. The analysis is conducted through two approaches: (1) the legibility of the floor plan configuration and landmarks which are objectivity-based, and (2) the formation of cognitive maps which subjectivity-based. The first approach consists of two parts: an analysis of the complexity of floor plan configuration and an identification of landmarks potential based on saliency. Besides, the second approach focuses on the three stages of spatial knowledge. This study demonstrates such salient landmarks and a simple floor plan configuration can facilitate the formation of one's cognitive map. Such characteristics of these physical environmental elements assist one in distinguishing objects, places, and attributes within the environment, as well as understanding the spatial relationships between them. Spatial relationships, therefore, can be encoded, understood, and utilized to form a cognitive map of the environment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Putri
"ABSTRAK
Teknologi berkembang pesat dalam menunjang aktivitas manusia, salah satunya proses menggambarkan ruang kota dan wayfinding. Pada tahun 1960, Kevin Lynch merilis buku berjudul The Image of the City sebagai solusi dari permasalahan masyarakat dalam proses wayfinding di ruang kota melalui penggambaran ruang kota yang terwujud dari legibilitas dan proses cognitive maps. Teori Lynch masih digunakan di era kemudahan Teknologi, Informasi dan Komunikasi. Dilakukan studi kasus untuk membandingkan dua proses pembentukan gambaran ruang kota, yaitu berdasarkan teori Lynch dan melalui ruang virtual. Di sisi lain, era Teknologi, Informasi dan Komunikasi merubah konsep gambaran ruang kota yang dilakukan pada masa teori Kevin Lynch dirilis

ABSTRACT
Technology is growing fast in uses to help people activities, such as imagining city and in wayfinding process. In 1960, Kevin Lynch released The Image of the City as a solution for society in wayfinding problems, through city image which was built by legibility and cognitive maps process. Lynch 39 s theory is still being used in Information, Communication and Technology Age. Case study was held to compare the process of imagining city by Lynch 39 s theory and the process through virtual reality. On the other hand, Information, Communication and Technology age changed the concept of imagining city space by Lynch 39 s theory. "
2017
S67147
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lidya Amelia Noble
"ABSTRAK
Legibilitas memberikan kemudahan bagi manusia untuk memahami lingkungan dan dianggap sebagai kualitas yang harus dihadirkan dalam navigasi ruang. Dominasi visual dalam arsitektur membuat pengelihatan dianggap sebagai aspek utama dalam memahami ruang yang tercermin ke dalam pemahaman mengenai legibilitas spasial. Sebagai dampak dari ketiadaan penglihatan, total blind dihadapkan dengan kesulitan dalam bernavigasi dan berorintasi dalam kesehariannya. Studi terhadap penelusuran memberikan pemahaman bahwa legibilitas dapat diterjemahkan bagi total blind dengan menghadirkan keberagaman informasi non visual diversity of non-visual clue . Keragaman yang dimaksud harus menghadirkan kualitas pergerakan yang terarahkan directing movement , clue non-visual yang menonjol saliency of non-visual clue dan kejelasan transisi legible transition. Bagi total blind, ketiga hal tersebut terkait dengan kualitas yang harus dimiliki oleh elemen-elemen legibilitas yang dialami oleh indera selain pengelihatan.

ABSTRACT
Legibility makes it easy for humans to understand the environment and is regarded as a quality that should be presented in spatial navigation. Visual dominance in architecture makes vision a major aspect of understanding space that is reflected in the understanding of spatial legibility. As a result of the absence of sight, total blinds are confronted with difficulty in navigation and orientation on a daily basis. Findings of this study provides an understanding that legibility can be translated for total blind by presenting diversity of non visual clues. Such diversity should present the quality of directing movement, saliency of non visual clue and legible transition. For total blind, those three aspects are related to the quality that must be owned by the elements of legibility that experienced by senses other than vision. "
2017
S68004
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library