Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 27 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fitri Wulan Anggraini
"Pola penularan HIV berdasarkan faktor resiko tidak mengalami perubahan. Bahkan berdasarkan kajian kajian paruh waktu Strategi dan Rencana Aksi Nasional (SRAN), salah satu kelompok dengan prevalensi HIV meningkat yaitu kelompok LSL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status HIV pada LSL (lelaki berhubungan seks dengan lelaki) di Poli IMS/VCT Puskesmas Pasar Rebo Jakarta Timur tahun 2014.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, rancangan yang dipakai yaitu crossectional, menggunakan data sekunder yang diperoleh dari form VCT dan form register IMS. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih luas berkaitan dengan perilaku beresiko, digunakan data primer yang diperoleh dari wawancara mendalam pada 3 orang LSL. Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh LSL yang merupakan klien VCT di Poli IMS/VCT Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo yang baru berkunjung pada bulan Januari ? Desember 2014. Penelitian ini dilakukan pada Desember 2015.
Hasil penelitian ini diketahui 37,1% LSL klien VCT terinfeksi HIV. Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara variabel pendidikan dan pekerjaan terhadap status HIV pada LSL. Untuk itu perlunya kerjasama lintas sektoral untuk menekan angka kejadian HIV, khususnya pada kelompok LSL.

ABSTRACT
HIV transmission patterns based on risk factors did not change. Even based studies part-time studies Strategy and National Action Plan (SRAN), one of the groups with increased HIV prevalence is MSM. This study aims to determine the factors associated with HIV status in MSM (men having sex with men) in Poli STI / VCT Puskesmas Pasar Rebo 2014.
This study is a quantitative research, design used is cross-sectional, using secondary data obtained from the form VCT and STI register form. To get a broader picture relating to risky behavior, used primary data obtained from in-depth interviews on 3 MSM. The population in this study is the entire MSM who are clients of VCT in Poli STI / VCT Puskesmas Pasar Rebo new visit in January to December 2014. The study was conducted in December 2015.
The results of this study are known for 37.1% of HIV-infected MSM VCT clients. Statistical analysis showed a significant relationship between the variables education and work against HIV status in MSM. Therefore the need for cross-sectoral cooperation to suppress the incidence of HIV, particularly in MSM."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sidabutar, Nadya Hanna Talitha
"Infeksi HIV akibat hubungan seksual lelaki dengan lelaki telah mengalami peningkatan dan menjadi salah satu penyebab tingginya transmisi HIV di dunia saat ini. Prevalensi HIV pada kelompok LSL di Indonesia merupakan yang tertinggi dibandingkan negara lain di Asia Tenggara. Salah satu penyebab tingginya prevalensi HIV pada LSL di Indonesia adalah penggunaan kondom konsisten yang masih rendah di bawah target nasional 60 penggunaan kondom konsisten pada populasi kunci, terutama dengan perilaku seksual LSL yang berganti-ganti pasangan. Rendahnya penggunaan kondom secara konsisten pada LSL dapat dipengaruhi oleh faktor predisposisi, faktor pemungkin, serta faktor penguat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara berbagai faktor tersebut dengan perilaku penggunaan kondom secara konsisten pada LSL di Tangerang, Yogyakarta, dan Makassar tahun 2013. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan menggunakan data STBP 2013. Sampel dalam penelitian ini adalah 303 LSL di 3 kota tersebut yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi untuk kemudian dianalisis secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian yang diperoleh adalah 38 LSL selalu menggunakan kondom setiap kali berhubungan seks, 87,8 LSL berusia 25 tahun, 81,8 LSL memiliki tingkat pendidikan tinggi ge; SMA , 43,6 LSL memiliki pengetahuan baik tentang HIV/AIDS, 70,6 LSL memiliki gejala IMS, 46,5 LSL memperoleh kondom gratis selama sebulan terakhir, 49,8 LSL memiliki akses yang baik ke sumber informasi mengenai HIV/AIDS, serta 38,3 LSL telah berpartisipasi dengan baik dalam program HIV/AIDS. Berdasarkan analisis bivariat yang dilakukan, hubungan dengan penggunaan kondom konsisten yaitu umur ge; 25 tahun PR=1,154; 95 CI=0,92-1,45 , tingkat pendidikan tinggi PR=1,142; 95 CI=0,93 ndash;1,4 , pengetahuan baik mengenai HIV/AIDS PR=1,301; 95 CI=1,08-1,57 , memiliki gejala IMS PR=1,241; 95 CI=1,04 ndash;1,48, menerima kondom gratis PR=1,734; 95 CI=1,4 ndash;1,9, mengakses sumber informasi mengenai HIV/AIDS secara baik PR=1,401; 95 CI=1,17 ndash;1,68, serta berpartisipasi baik dalam program HIV/AIDS PR=1,323; 95 CI=1,08-1,62 . Oleh karena itu, disarankan untuk meningkatkan kembali program IPP terutama distribusi kondom, menyebarluaskan informasi HIV/AIDS melalui media sosial yang saat ini lebih sering diakses masyarakat, serta memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada anak usia sekolah yang disesuaikan dengan umur. Selain itu, penelitian kualitatif juga perlu dilakukan untuk menggali lebih dalam mengenai alasan keengganan LSL menggunakan kondom secara konsisten.

HIV infection in MSM has been increasing and becoming one of many reasons of high HIV transmission in the world recently. HIV prevalence in MSM in Indonesia is the highest among other countries in South East Asia. One of the cause of high HIV prevalence in MSM in Indonesia is the low percentage of consistent condom use under 60 national target of consistent condom use in key population, compounded by having multiple sexual partners. The low percentage of consistent condom use among MSM can be determined by predisposing factors, enabling factors, and reinforcing factors. This study aims to determine the relations among those factors with consistent condom use among MSM in Tangerang, Yogyakarta, and Makassar in 2013. This study used cross sectional design by using IBBS 2013 data. Samples in this study were 303 MSM in those 3 cities met the inclusion and exclusion criteria and analyzed by univariate and bivariate. From the result, there are 38 MSM using condom in every sexual intercourse, 87.8 MSM ge 25 years old, 81.8 MSM having high level education, 43.6 MSM having good knowledge about HIV AIDS, 70.6 MSM having STIs symptoms, 46.5 MSM getting free condom, 49.8 MSM having better access of HIV AIDS information, and 38.3 MSM with good participation in HIV AIDS program. Based on bivariate analysis, relationships with consistent condom use are MSM ge 25 years old PR 1.154 95 CI 0.92 ndash 1.45 , having high level education PR 1.142 95 CI 0.93 ndash 1.4, having good knowledge about HIV AIDS PR 1.301 95 CI 1.08 ndash 1.57, having STIs symptoms PR 1.241 95 CI 1.04 ndash 1.48, getting free condom PR 1.734 95 CI 1.4-1.9, having better access of HIV AIDS information PR 1.401 95 CI 1.17 ndash 1.68, and having good participation in HIV AIDS program PR 1.323 95 CI 1.08-1.62. Therefore, it is advised to improve IPP program especially for condom distribution, spread the information about HIV AIDS through social media which are more accessed nowadays, and give reproductive health education for students based on their age. Besides, qualitative study is also needed to dig up MSM motivation to not use condom consistently."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggela Pradiva Putri
"HIV dan AIDS sampai saat ini masih menjadi kasus yang mendapat perhatian di dunia dan Indonesia. Diantara kelmpok rentan penularan HIV, LSL merupakan salah satu populasi kunci penyumbang jumlah kasus baru HIV pada tahun 2015 yaitu 12. Terdapat berbagai faktor peyebaran HIV pada LSL, salah satunya yaitu penggunaan kondom konsisten. Penelitian ini bertujuan mengindentifikasi hubungan penggunaan kondom dengan pencegahan HIV pada LSL di 6 kota di Indonesia dengan menggunakan data Survey Terpadu Biologis dan Perilaku STBP 2015. Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional yang dilaksanakan pada Maret-Juni 2018. Populasi pada penelitian ini yaitu LSL yang memiliki pasangan tetap wanita, pria, atau waria. Jumlah sampel sebanyak 773 responden dengan melakukan pembersihan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan penggunaan kondom dengan status HIV memberikan nilai p= 0,059 Terdapat hubungan yang signifikan antara seks anal dengan status HIV dengan nilai p= 0,027. Perlu dilakukan penyuluhan dan intervensi yang lebih agar pemakaian kondom dapat lebih efektif sebagai metode pencegahan HIV.

HIV and AIDS is still a case of attention in the world and Indonesia. Among the vulnerable groups of HIV transmission, MSM is one of the key populations contributing to the number of new HIV cases by 2015 at 12 . There are various factors in the spread of HIV in MSM, one of which is consistent condom use. This study aims to identify condom use relationships with HIV prevention in MSM in 6 cities in Indonesia using Biological Integrated Survey and Behavioral Survey data STBP 2015 . This study uses a cross sectional study conducted in March June 2018. The population in this study is MSM who have a permanent partner of women, men, or waria. The number of samples is 773 respondents by performing data cleaning. The results showed that the relationship of condom use with HIV status gave p value 0.059 There was a significant correlation between anal sex with HIV status with p value 0,027. More counseling and interventions are needed to make condom use more effective as a method of HIV prevention."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T49876
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Depok: Komunitas Sastra Indonesia, 2001
895.110 LEL
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Simenon, Georges, 1903-1989
Bandung: Kiblat Buku Utama, 2009
808.83 SIM l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ferry Febriansyah
"ABSTRAK
Perkembangan jumlah kasus infeksi HIV pada kelompok berisiko Lelaki Seks
Lelaki (LSL) di Kota Bogor semakin mengkhawatirkan setiap tahunnya. Perilaku
seksual berisiko pada LSL dipengaruhi oleh berbagai faktor. Model Kepercayaan
Kesehatan sebagai konsep dalam berbagai penelitian kesehatan, telah banyak
dilakukan termasuk penelitian tentang perilaku penggunaan kondom sebagai
upaya pencegahan HIV. Meskipun hasilnya sangat beragam, namun nampak
sejumlah bukti tentang hubungan yang signifikan antara persepsi berisiko,
manfaat dan hambatan serta self efficacy terhadap penggunaan kondom. Tujuan
penelitian untuk mengetahui faktor penentu terbesar perilaku penggunaan kondom
dengan konstruksi Model Kepercayaan Kesehatan dibandingkan dengan faktor
yang lainnya. Desain studi cross-sectional dengan pengumpulan data
menggunakan teknik respondent driven sampling. Item kuesioner terdiri atas 41
pertanyaan berdasarkan konstruksi Model Kepercayaan Kesehatan yang diperoleh
dari 133 responden. Hasil penelitian uji regresi logistik ganda menunjukan
persepsi berisiko tertular HIV memiliki hubungan dengan perilaku penggunaan
kondom dibandingkan dengan faktor yang lainnya. Kesimpulan. persepsi berisiko
tertular HIV memiliki pengaruh yang paling besar terhadap penggunaan kondom,
maka program intervensi pencegahan HIV di kalangan lelaki seks lelaki perlu
ditekankan kepada perubahan persepsi diantaranya dapat dilakukan dengan
komunikasi interpersonal (peer group discussion).

ABSTRACT
The number cases of HIV infection in risk groups Men Who have Sex with Men
(MSM) in Bogor increasingly concerned each year. Sexual risk behavior in MSM
is influenced by various factors. Health Belief Model as a concept in health
research has done many research on behavior including use of condoms as an HIV
prevention efforts. Although results have varied, support for significant
relationship between perception risk of HIV, benefits and barriers and self
efficacy of condoms use are apparent. The aim of study is to find determining
factor of condom use behavior with Health Belief Model construction compared
with other factors. Cross-sectional method with collecting data using respondent
driven sampling technique. Item questionnaire consisting 41 questions based on
the construction of Health Belief Model obtained from 133 respondents. The
results of multiple logistic regressions found significant only perception risk of
HIV than other factors. Conclusion. Perception risk of HIV is the biggest
determines factor of condoms use, therefore interventions program of HIV
prevention among MSM should be emphasized to change perception risk of HIV
suggested with interpersonal communication (peer group discussion)."
2016
T45969
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifa Widya Waty Iqbal
"Pengetahuan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi dalam perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS pada lelaki seks lelaki LSL . Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional yang melibatkan 111 responden yang dipilih menggunakan purposive sampling. Alat ukur yang digunakan adalah kuisioner HIV-KQ-18 dan Safer Sex Behaviour Questionnaire SSBQ . Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS r = 0.202, p-value = 0.034 pada kelompok LSL di Kota Depok. Hasil penelitian ini menyarankan agar tenaga kesehatan khususnya perawat dapat memberikan kontribusi berupa edukasi tindakan pencegahan penularan HIV/AIDS pada LSL dengan berkolaborasi bersama pihak lembaga swadaya masyarakat LSM dan sekolah menegah sebagai pendukung dalam pemberian pendidikan seks.

Knowledge is one of the important factors that influence the preventive behavior of HIV AIDS transmission. This study aimed to analyze the correlation between knowledge level and preventive behavior of HIV AIDS among men who have sex with men MSM . The research design used cross sectional, involved 111 respondents whom selected by purposive sampling. The instrument used the HIV KQ 18 questionnaire and the Safer Sex Behavior Questionnaire SSBQ . The result showed that there was a significant correlation between the level of knowledge with the preventive behavior of HIV AIDS r 0.202, p value 0.034 among MSM in Depok City. This study suggests that other healthcare providers especially nurses can contribute to provide the education about preventive behaviour of HIV AIDS transmission among MSM and collaborate with non goverment organizations and school Senior High School as the main enabling factors to provide sex education."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S67227
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farid Ramli Mahri
"Skripsi ini adalah sebuah tulisan yang mencoba mengungkap proses terbentuknya peradaban dan hal apa yang menjadi penyebab masalah dari peradaban disertai interpretasi pribadi. Kasus yang muncul pada tulisan ini adalah salah satu contoh akibat dari peradaban yang dialami oleh generasi kekinian dan diangkat sebagai problem gender, di mana gender lelaki adalah korban juga.

This study is writing that tries to uncover the progress of civilization and what is the cause of problem from civilization with personal interpretation. The case that used in this study is an example of civilization problem that happened to the current generation and raised to be a gender problem, where rsquo s men as gender also a victim.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S68875
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Silviana Theodora Esteria
"Infeksi menular seksual IMS merupakan salah satu penyebab penyakit utama di dunia. Perilaku seksual berisiko merupakan faktor risiko terjadinya IMS. Prevalensi sifilis cenderung meningkat pada kelompok Lelaki berhubungan Seks dengan Lelaki LSL. Menurut data STBP 2013 prevalensi sifilis meningkat pada LSL yaitu dari 9 2011 menjadi 11,3. Menjual seks merupakan perilaku seks berisiko dalam penularan sifilis pada LSL. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara perilaku seks dengan kejadian sifilis pada LSL. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan data STBP 2015. Analisis deskriptif dan regresi logistik dilakukan pada sampel 1.496 responden. Hasil analisis multivariabel didapatkan bahwa terdapat hubungan antara perilaku menjual seks dengan kejadian sifilis dengan rasio odds 1,4 95 EI 1,0-2,1.

Sexually Transmitted Infections STIs is one of the leading causes of disease in the world. Risk behavior sex is a risk factor of STIs. The prevalence of syphilis have increased among Men who have Sex with Men. According to IBBS 2013 the prevalence of syphilis among MSM have increased from 9 2011 to 11,3 . Selling sex is a risk sex behavior in the transmission of syphilis among MSM. This study aims to see the relationship between sex behavior and syphilis among MSM. This study is quantitative study using data of IBBS 2015. Descriptive analysis and logistic regression was performed on a sample 1,496 repondents. The result of multivariable analysis showed there an association between selling sex and syphilis with odds ratio 1.4 95 CI 1.0 2.1."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69412
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maudy Pratiwi Arfi
"Hasil Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) tahun 2018 menunjukkan bahwa banyak Lelaki Seks Lelaki (LSL) yang tidak mengetahui status HIV-nya. Hal ini menandakan bahwa masih banyak LSL yang belum melakukan skrining IMS dan HIV. Hingga tahun 2019, DKI Jakarta menduduki posisi kedua terbanyak untuk jumlah infeksi HIV di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran perilaku skrining IMS dan HIV pada LSL di wilayah binaan Yayasan X di Jakarta berdasarkan teori Health Belief Model. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan desain rapid assessment procedure (RAP) untuk mengeskplor secara cepat dan mendalam mengenai gambaran perilaku skrining IMS pada LSL di Jakarta. Penelitian ini menggunakan data primer dengan metode wawancara mendalam (in-depth interview). Hasil penelitian menunjukkan bahwa LSL yang pernah melakukan skrining IMS dan HIV melakukan skrining minimal setahun sekali, namun sebagian besar masih belum rutin melakukan skrining IMS dan HIV dalam tiga bulan sekali. Sebagian besar LSL menyatakan bahwa isyarat berindak yang mendorong perilaku skrining IMS dan HIV ialah tanda dan gejala yang dialami oleh LSL. Kesadaran LSL untuk melakukan skrining IMS dan HIV sebelum muncul tanda dan gejala masih sangat kurang. Persepsi kerentanan akan risiko tinggi tertular IMS dan HIV hingga persepsi manfaat yang baik yang dirasakan oleh LSL masih belum mampu mendorong LSL untuk memeriksakan status IMS dan HIV-nya secara rutin. Oleh karena itu, kepada penyedia layanan skrining IMS dan HIV seperti puskesmas tingkat kecamatan, klinik, LSM, hingga masyarakat umum diharapkan dapat bekerja sama untuk meningkatkan cakupan skrining IMS dan HIV pada LSL di DKI Jakarta.

The results of the 2018 Integrated Biological and Behavioral Survey (IBBS) show that many men who have sex with men (MSM) do not know their HIV status. This indicates that there are still many MSM who have not screened for STIs and HIV. Until 2019, DKI Jakarta Province occupied the second highest position for the number of HIV infections in Indonesia. The aim of this study was to describe the behavior of STI and HIV screening in MSM in the target area of Yayasan X in Jakarta based on the theory of the Health Belief Model. This study used a qualitative approach with the research design being the rapid assessment procedure (RAP) because it wanted to explore quickly and in depth the description of STI screening behavior in MSM in Jakarta. This study uses primary data with data collection methods through in-depth interviews with key informants and key informants. The results showed that MSM who had screened for STIs and HIV conducted screening at least once a year, but most still did not routinely screen for STIs and HIV once every three months. Most MSM stated that the cues for action that drive STI and HIV screening behavior were the signs and symptoms experienced by MSM. MSM awareness to screen for STIs and HIV before signs and symptoms appear is still lacking. Perceptions of vulnerability to the high risk of contracting STIs and HIV to the perceived good benefits experienced by MSM are still not able to encourage MSM to have their STI and HIV status checked routinely. Therefore, it is hoped that STI and HIV screening service providers such as sub-district health centers, clinics, NGOs, and the general public can work together to increase the scope of STI and HIV screening for MSM in DKI Jakarta."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>