Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eka Rusdianto Gunardi
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
D1794
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alexander Mukti
"ABSTRAK
Latar Belakang: Deteksi ovulasi sangat berguna ada kasus infertilitas. Dampak masalah ini di negara berkembang lebih berat daripada negara maju, karena selain menyebabkan penderitaan fisik juga dampak masalah psikososial. Ada berbagai metode sederhana untuk mendeteksi ovulasi diantaranya suhu basal tubuh dan lendir serviks. Berbagai data sensitivitas dan spesifisitas yang cukup baik pada kedua metode tersebut, sehingga bisa menjadi alternatif bagi pasien infertilitas di sarana kesehatan lini pertama. Penelitian ini bertujuan untuk menjadikan pemeriksaan suhu basal tubuh dan lendir serviks sebagai pemeriksaan alternatif dalam mendeteksi ovulasi terutama pada fasilitas kesehatan yang tidak mempunyai ultrasonografi.Metode: Penelitian potong lintang ini dilakukan di poliklinik RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo pada tahun 2016-2017. Sebanyak 49 pasien perempuan infertilitas yang mempunyai siklus menstruasi yang normal diminta untuk berpartisipasi dan dilakukan pengukuran suhu basal tubuh, pengambilan sampel lendir serviks dan pemeriksaan ultrasonografi transvaginal. Dan data dikelompokkan menjadi 3 Hari Perkiraan Ovulasi HPO yaitu HPO-2, HPO dan HPO 2. Dilakukan uji diagnostik dan dilakukan perbandingan akurasi antara suhu basal tubuh, lendir serviks dan kombinasi keduanya.Hasil: Didapatkan hasil yang paling baik adalah akurasi lendir serviks dan kombinasi keduanya dengan hasil 65 . Dan yang paling rendah adalah suhu basal tubuh dengan hasil 59 Dengan suhu basal tubuh dalam mendiagnosis ovulasi memiliki sensitivitas 46,7 , spesifisitas 78,9 , dan akurasi 59 . Lendir serviks dalam mendiagnosis ovulasi memiliki sensitivitas 70 , spesifisitas 57,8 , dan akurasi 65 . Kombinasi suhu-lendir serviks dalam mendiagnosis ovulasi memiliki sensitivitas 46,67 , spesifisitas 94,73 , dan akurasi 65 .Kesimpulan: Pemeriksaan lendir serviks memiliki akurasi yang lebih baik dibanding dengan pemeriksaan suhu basal tubuh dalam mendeteksi ovulasi. Diperlukan penelitian mengenai validasi alat diagnostik ini pada masyarakat yang lebih luas dan bukan hanya pada kelompok yang mengalami infertilitas sehingga dapat diterapkan pada masyarakat umum.

ABSTRACT
Background Ovulation detection is particularly useful in cases of infertility. The impact of this problem in developing countries is more severe than developed countries, because in addition to physical suffering is also the impact of psychosocial problems. There are various simple methods to detect ovulation including measurement of basal body temperature and cervical mucus. Various data are sensitive and specific enough for both methods therefore these might act as alternative for infertility patients in primary health facilities. This study aims to make basal body temperature examination and cervical mucus as an alternative examination in detecting ovulation, especially in health facilities that do not have ultrasound.Methods This cross sectional study was conducted at outpatient clinic of RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo in the year 2016 2017. A total of 49 infertile female patients who had normal menstrual cycles were asked to participate and performed basal body temperature measurements, cervical mucus sampling and trans vaginal ultrasound examination. The data are subsequently grouped into 3 Days Estimated Ovulation DEO DEO 2 days, DEO and DEO 2 days. Diagnostic tests were performed and accurate comparison between basal body temperature, cervical mucus and a combination of both were later assessed.Results The best accuracy was found on cervical mucus and combination of both with 65 in detecting ovulation, whilst the lowest was basal body temperature 59 with sensitivity 46,7 , and specificity 78,9 . Cervical mucus in diagnosing ovulation has a sensitivity of 70 and specificity 57.8 . The combination of temperature cervical mucus in diagnosing ovulation has sensitivity of 46.67 and specificity of 94.73 .Conclusion Cervical mucus examination has better accuracy compared with basal body temperature examination in detecting ovulation. A further research for validating these diagnostic tools to the wider community and not only in patients with infertility is needed.Keywords Ovulation Detection, Body Basal Temperature, Cervical Mucus, Ultrasound, Infertility"
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anggia Septyana Cawangie
"Skripsi ini membahas mengenai hubungan karakteristik, pengetahuan dan sikap dengan pandangan terhadap metode KB alami. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian berupa survey (non experimental). Variabel bebas pada penelitian ini adalah umur, agama, pendidikan, pekerjaan, lokasi tempat tinggal, status pernikahan, lama pernikahan, jumlah anak, pengalaman KB orang tua, pengalaman KB responden, alat kontrasepsi sebelumnya, pengetahuan, dan sikap dengan variable terikat yaitu pandangan terhadap KBA. Data dikumpulkan secara cross sectional, dengan 163 sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi mahasiswi yang mempunyai pandangan positif terhadap metode KB alami adalah 57,7%.
Hasil uji chi-square, variabel yang terbukti mempunyai hubungan bermakna dengan pandangan adalah umur responden (p=0,015), pengetahuan (p=0,000), dan Sikap (p=0,000). Hasil penelitian ini menyarankan agar pihak terkait yaitu penyelenggara program KB dapat lebih mensosialisasikan metode KB alami seperti memasukkan materi KB alami ke dalam materi penyuluhan, meningkatkan kualitas pelayanan, sumber media informasi mengenai KB alami, sehingga masyarakat mengenal KB alami secara lebih mendalam.

This Objective of this research to determine relationship between characteristic, knowledge and attitude with opinion on natural KB (family planning) method. The research is a quantitative research (non experimental). Independent variables in this research are age, religion, education, occupations, neighborhood, marriage status, age of marriage, number of children, KB (family planning) based on parent experience, intrauterine device, knowledge, and attitude with dependent variable opinion about KBA (natural family planning). Cross sectional is used to collect data with 163 respondents. The result of this research shows coed proportional that have positive opinion about natural KB (family planning) is 57.7%. Result of chi-square, variables that proven have an important mean with opinion are respondent age (p=0.015), knowledge (p=0.000), and attitude (p=0.000).
Result of research suggest to KB (family planning) executor to improve the promotion of natural KB (family planning) method like including natural KB (family planning) in illumination material, improve service quality, information resource about natural KB (family planning), as the result society have a deep knowledge about natural KB (family planning).
"
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Ayu Sharma Sharaswati
"LATAR BELAKANG : Infertilitas pada laki-laki sering dikaitkan dengan konsentrasi sel spermatozoa yang rendah, terganggunya motilitas dan juga morfologi sel spermatozoa normal yang rendah. Stres oksidatif merupakan suatu kondisi yang mencerminkan ketidakseimbangan antara keberadaan Reactive Oxygen Species (ROS). Bertujuan untuk menganalisis aktivasi fosforilasi protein tirosin setelah diberikan penambahan H2O2 pada sel spermatozoa.
BAHAN DAN CARA KERJA : Sampel sel spermatozoa ditambahkan H2O2 dengan berbagai konsentrasi, 0 (kontrol), 50M, 100­M, 150­M, 200M, 250M. Kemudian dilakukan pemeriksaan motilitas dengan Makler, integritas membran dengan metode HOS, pemeriksaan kemampuan penetrasi lendir serviks dengan capillary tube, dan deteksi aktivasi fosforilasi protein tirosin dilakukan dengan metode western blot.
HASIL : efek penambahan H2O2 menurunkan rerata motilitas sel spermatozoa (p<0,05). Menurunkan integritas membran, menurunkan kemampuan sel spermatozoa untuk penetrasi lendir serviks. Analisis western blot menujukkan terjadinya penurunan fosforilasi protein tirosin pada setiap kelompok perlakuan, penuruan yang terjadi signifikan terdapat pada konsentrasi 150M dan 200M (p<0,05).
KESIMPULAN : Konsentrasi tinggi H2O2 mempunyai pengaruh yang besar dalam menurunkan motilitas, merusak integritas membran, menurunkan kemampuan penetrasi lendir serviks dan terhambatnya aktivasi fosforilasi protein tirosin pada sel spermatozoa.
......BACKGROUND : Infertility in men is often associated with low spermatozoa cell concentrations, impaired motility and also low normal spermatozoa cell morphology. Oxidative stress is a condition that reflects an imbalance between the existence of Reactive Oxygen Species (ROS). Aim to analyze the activation of tyrosine protein phosphorylation after adding H2O2 to spermatozoa cells.
METHODS : Spermatozoa cell samples were added H2O2 with various concentrations, 0(controls),50M,100M,150M,200M,250M. Then the motility test with Makler, membrane integrity with the HOS method, examination of the ability to penetrate the cervical mucus with the capillary tube, and detection of activation of tyrosine protein phosphorylation was carried out by western blot method.
RESULTS : the effect of adding H2O2 decreased the average motility of spermatozoa cells (p <0.05). Reduces membrane integrity, decreases the ability of spermatozoa cells to penetrate cervical mucus. Western blot analysis showed a decrease in tyrosine protein phosphorylation in each treatment group, a significant reduction in the concentration of 150M and 200M (p <0.05).
CONCLUSION : High concentrations of H2O2 have a large influence in reducing motility, damaging membrane integrity, decreasing the ability to penetrate cervical mucus and inhibiting activation of phosphorylation of tyrosine proteins in spermatozoa cells. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library