Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lindoy, Leonard F.
New York: Cambridge University Press, 1990
541.224 2 LIN c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sela Viviyani
Abstrak :
Permintaan global untuk tembaga mengalami peningkatan sebesar 10% yaitu 1,9 juta ton (MT) di akhir tahun 2014 jika dibandingkan dengan permintaan pada tahun 2013. Dengan industrialisasi yang pesat, diproyeksikan permintaan tembaga selanjutnya akan meningkat jauh lebih tinggi di luar permintaan saat ini pada tahun 2020 (ICSG 2015). Malakit [Cu2(CO3)(OH)2] adalah mineral tembaga karbonat, atau sering disebut sebagai mineral Copper Carbonate Hydroxide, yang disusun oleh ion logam tembaga dengan anion karbonat dan hidroksida yang berwarna hijau terang atau hijau zamrud. Dalam penelitian ini, dilakukan ekstraksi ion Cu dari mineral malakit (kadar tembaga sebesar 45,9%) dengan metode flotasi menggunakan salisilaldoksim. Semakin bertambah nilai pH maka kadar tembaga semakin meningkat. pH optimal untuk mengekstraksi ion Cu2+ dari mineral malakit dengan metode flotasi adalah pH 10. Flotasi 10 gram mineral malakit menggunakan 10 mL minyak pinus, 20 mL salisilaldoksim 0,1 M dapat mengekstrak 90,07% sehingga jumlah ion Cu2+ yang dapat diekstraksi di dalam penelitian ini adalah 41,38%.
In the end of 2014, global demand for copper increased 10% (1,9 million tons) from 2013. In 2020, copper demand has been predicted to increase much higher than recent year as the impact of rapid industrialization (ICSG, 2015). Malakit [Cu2(CO3)(OH)2] is a copper carbonate mineral or copper carbonate hydroxide, which is composed by copper metal ions with carbonate anions and hydroxides in bright green or emerald green color. In this research, flotation method was used to extract copper ions from malakit (copper rate 45,9%) using salicylaldoxim. Increasing the pH value of the levels of copper is increasing. The optimum pH for extracting Cu2+ ion from malakit using flotation method is pH 10. Flotation of 10 grams malakit using 10 mL pine oil, 20 mL salicylaldoxim 0,1 M which can extract 90,07%. So that the amount of Cu2+ ions that can be extracted in this research is 41,38%.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Amilia
Abstrak :

Enteropatogenik Escherichia coli (EPEC) merupakan salah satu bakteri patogen gram negatif yang menjadi penyebab diare khususnya pada bayi dan anak-anak. Aptamer yaitu oligonukleotida rantai pendek yang memiliki afinitas, spesifisitas, dan selektivitas yang tinggi terhadap targetnya, dimana memiliki potesi untuk dikembangkan dalam metode diagnosa patogen. Melalui metode Systematic Evolution of Ligands by Exponential Enrichment (SELEX) telah berhasil diisolasi 6 DNA Aptamer spesifik terhadap bakteri EPEC K1.1, dimana merupakan strain bakteri E.coli yang di isolasi dari anak-anak penderita diare di Indonesia. Metode karakterisasi yang dilakukan untuk melihat spesifisitas pengikatan aptamer terhadap target bakteri didapatkan dua aptamer terbaik yaitu S8-7 dan S10-5, dengan nilai Kd yang berada pada rentang nanomolar. Pengembangan kedua aptamer terbaik sebagai biosensor (Aptasensor) berbasis AuNP (nanopartikel emas) terhadap bakteri target EPEC K1.1 menunjukan adanya sensitivitas deteksi bakteri pada 107 CFU/mL untuk aptamer S8-7 dan 108 CFU/mL untuk aptamer S10-5, dimana dengan inkubasi lebih lama dapat mendeteksi bakteri pada 106 CFU/mL. Selanjutnya kedua aptamer tersebut menunjukkan spesifisitas deteksi terhadap bakteri EPEC K1.1 dibandingkan dengan bakteri uji yang lain. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kedua aptamer berpotensi sebagai biosensor dalam mendeteksi keberadaan bakteri patogen EPEC K1.1.


Enteropathogenic Escherichia coli (EPEC) is a gram-negative pathogenic bacterium that can cause diarrhea, especially in infants and children. Aptamers are short chain oligonucleotides that have high affinity, specificity, and selectivity to their targets, which have the potential to be developed as a method of diagnosing pathogens. Through the Systematic Evolution of Ligands by Exponential Enrichment (SELEX) method, 6 DNA aptamer specific to EPEC K1.1 bacteria have been isolated. EPEC K1.1 is a strain of E.coli bacteria that isolated from children with diarrhea in Indonesia. The characterization method carried out to evaluate aptamer binding specificity to bacterial target and obtained two best aptamer, S8-7 and S10-5, with Kd values in the nanomolar range. The development of the best two aptamer as Aptasensor with AuNP (gold nanoparticles)-based biosensors against the target bacteria EPEC K1.1 showed bacterial detection sensitivity or LOD (limit of detection) in 107 CFU/mL for aptamer S8-7 and 108 CFU/mL for aptamer S10-5, where with longer incubation it can detect bacteria at 106 CFU/mL. Furthermore, the two aptamer showed specificity detection against EPEC K1.1 bacteria compared to other test bacteria. These results indicate that both aptamers have potential as biosensors in detecting pathogenic bacteria EPEC K1.1.

Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T55007
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Multinulear comlexes have received considerable interest as moleculer magnet materials....
ITJOSCI
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ferari Yanuar Al-Fahrezi
Abstrak :
Limbah pewarna merupakan salah satu limbah yang paling banyak dihasilkan dari industri tekstil. Salah satu zat berbahaya yang terdapat dalam limbah pewarna adalah Rhodamin B. Rhodamin B tergolong pewarna berbahaya karena yang memiliki sifat karsinogenik dan mutagenik pada manusia dan hewan. Untuk menghilangkan Rhodamin B pada limbah dari industri tekstil dapat dilakukan dengan fotodegradasi. Fotodegradasi dapat dilakukan dengan menggunakan material fotokatalis yang disebut sebagai degradasi dengan fotokatalisis. Oleh karena itu dikembangkan fotokatalis yang efektif digunakan dalam proses ini, salah satunya adalah metal organic frameworks (MOF) yang merupakan material semikonduktor berpori. Perpaduan logam dengan ligan yang bersifat fotoaktif serta modulasi dalam MOF dapat meningkatkan sifat fotokatalitik MOF. Pada penelitian ini disintesis MOF berbasis zirkonium dengan ligan perylene-3,4,9,10-tetrakarboksilat termodulasi asam amino glisina dengan metode solvotermal yang diuji sifat fotokatalitiknya dengan degradasi Rhodamin B. Dalam penelitian ini disintesis MOF dengan energi celah pita yang kecil pada kisaran 1,7-1,9 eV sehingga dapat digunakan sebagai fotokatalis. MOF dengan penambahan modulator sebanyak 10 ekuivalen memiliki respon fotokatalitik terbaik dengan persen degradasi 55% pada degradasi Rhodamin B 10 ppm dengan waktu degradasi selama 90 menit. ......Dye waste is one of the most waste generated from the textile industry. One of the hazardous substances contained in dye waste is Rhodamine B. Rhodamine B is classified as a dangerous dye because carcinogenic and mutagenic. To remove Rhodamine B in waste, it can be done by photodegradation. Photodegradation can be carried out using photocatalyst materials which is known as photocatalytic degradation. Therefore, an effective photocatalyst was developed to be used in this process, one of which is metal organic frameworks (MOF), which is a porous semiconductor material. The combination of metal with photoactive ligands and modulation in MOF can increase the photocatalytic properties of MOF. In this study, zirconium-based MOF was synthesized with perylene-3,4,9,10-tetracarboxylic ligand modulated by the amino acid glycine by the solvothermal method which was tested for photocatalytic properties by degradation of Rhodamine B. In this study, MOF was synthesized with a small band gap energy in the range of 1,7-1,9 eV so that it can be used as a photocatalyst. MOF with the addition of 10 equivalents of modulator has the best photocatalytic response with a degradation percentage of 55% at 10 ppm Rhodamine B degradation in 90 minutes.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Wahyudi
Abstrak :
Sebelum dibuang ke air, limbah pewarna harus diolah terlebih dahulu. Metilen Biru merupakan salah satu limbah dari proses pencelupan. Zat ini berbahaya bagi ekosistem perairan dan bersifat karsinogenik. Limbah pewarna dapat dihilangkan melalui degradasi fotokatalitik. Metal-Organic Framework (MOF) memiliki karakteristik semikonduktor dan dapat digunakan sebagai fotokatalis. MOF mengandung logam fotoaktif dan ligan dengan aktivitas fotokatalitik. Dengan mengubah ligan, logam, dan modulator, dimungkinkan untuk menghasilkan bahan fotoaktif dengan aktivitas fotokatalitik yang sangat baik. MOF berbasis zirkonium diproduksi dengan ligan perilena 3,4,9,10-tetrakarboksilat dan dimodulasi dengan asam isonikotinat dalam penelitian ini (Zr MOF). Dilakukan dengan beberapa rasio mol modulator untuk melihat bagaimana mereka mempengaruhi struktur, morfologi, dan sifat fotokatalitik Zr MOF. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Zr MOF memiliki energi celah pita yang relatif kecil. Dalam degradasi Metilen Biru, MOF yang mengandung 10 ekivalen modulator yang diaktivasi menunjukkan aktivitas yang baik. Berat optimal per satuan volume larutan yang digunakan adalah 25 mg dalam 50 mL Metilen Biru 100 ppm, dengan tingkat degradasi 79,32%. ......Prior to being released into the water, the dye waste must be treated. Methylene Blue is one of the wastes from the dyeing process. This substance is harmful to aquatic ecosystems and is carcinogenic. Dye waste can be removed through photocatalytic degradation. Metal-Organic Framework (MOF) has semiconducting characteristics and can be used as a photocatalyst. MOF contains photoactive metals and ligands with photocatalytic activity. By changing the ligands, metals, and modulators, it is possible to generate photoactive materials with excellent photocatalytic activity. Zirconium-based MOF was produced with a perylene 3,4,9,10-tetracarboxylate ligand and modulated with isonikotinat acid in this study (Zr MOF). It experimented with several metal-to-modulator molar ratios to see how they affected the structure, morphology, and photocatalytic properties of Zr MOF. The result showed that Zr MOF has a relatively small bandgap energy. In the degradation of Rhodamine B, MOF containing 10 equivalent modulators and activated exhibited good activity. The optimal weight per unit volume of the used solution is 25 mg per 300 mL of 100 ppm Methylene Blue, with a 79,32 percent degradation rate.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library