Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 38 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sulistyoweni Widanarko
Abstrak :
Industri tekstil yang dijadikan obyek studi adalah industri tekstil yang berada di wilayah DKI Jakarta. Dalam usaha pengembangan teknologi pengolahan, dilakukan pendekatan penelitian dengan perolehan data primer dan sekunder, yang meliputi kegiatan pendataan penyebaran industri tekstil di DKI Jakarta, observasi serta analisa proses produksi, pengambilan dan pemeriksaan sample air limbah, pengisian kuesioner oleh industri dan analisa parameter COD terhadap simuiasi pengolahan yang telah dilakukan. Jenis industri tekstil di DKI Jakarta sebagian besar merupakan industri garment, pertenunan dan perajutan. Jumlah industri tekstil yang di data sebanyak 42 buah, dimana sebagian besar terkonsentrasi di wilayah Jakarta Timur dan Barat. Dalam penelitian ini proses produksi industri tekstil terbagi atas 3 kategori yaitu industri pemintalan, pencelupan/pencapan/ finishing dan pertenunan-pencelupan pencapan/finishing. Karakteristik limbah yang dihasilkan dari ke 3 proses produksi tersebut umumnya memiliki kandungan COD, BOD, TSS, alkalinitas, warna, logam berat (Zn, Cr, Pb, Hg) di atas baku mutu air limbah yang telah ditetapkan. Ungkat pencemaran biasanya diukur dengan COD, dimana dalam penelitian ini berkisar antara 500 - 1643 mg/l. Angka perbandingan BOD/COD berkisar antara 0.42 - 0.63, hal ini memparlihatkan bahwa sistim pengolahan yang tepat adalah dengan mensimulasikan pengolahan kimiawi sebelum pengolahan bioiogis. Untuk itu pengolahan kimiawi ini akan didasarkan pada analisa Jar test dari proses Koagulasi-Fiokulasi yang teiah dilakukan dalam removal COD terhadap 16 industri tekstil. Hasil simulasi pengolahan limbah cair industri tekstil tersebut menunjukkan kontigurasi sistim dari pengolahan primer yang berintikan proses kimia (Koagimlasi dan Flokulasi) dan proses fisk (Sedimentasi), pengolahan sekunder dari proses biologis Activated Sludge serta pengolahan tersier yang berintikan proses Adsorpsi Karbon Aktif ataupun Filter Zeolit. Strata pengolahan yang ada didasarkan pada tingkat konsentrasi limbah yang diolah. Pengolahan primer untuk beban COD < 600 mg/l sedangkan untuk beban 600 < COD < 1200 mg/l dilanjutkan dengan pengolahan sekunder. Untuk beban COD > 1200 mg/l digunakan pengolahan lengkap.
Lembaga Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, 1994
01 Wid p-1
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistyoweni Widanarko
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Gunawan Meliyandoko
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
S6268
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silaban, Alexander Immanuel Yosua
Abstrak :
Pengembangan industri yang terjadi di Kabupaten Karawang mempunyai dampak positif yaitu memajukan ekonomi masyarakat. Selain itu, pengembangan industri tersebut juga mempunyai dampak yang buruk terhadap lingkungan. Salah satu dampak buruknya adalah produksi limbah yang semakin meningkat dan pembuangan limbah tersebut secara sembarangan, contohnya ke aliran sungai. Hal tersebut secara langsung dapat mempengaruhi kondisi fisik perairan di sungai tersebut dan secara tidak langsung berpengaruh terhadap persebaran klorofil-a. Klorofil-a merupakan zat hijau yang terdapat dalam fitoplankton. Fitoplankton merupakan organisme penting sebagai awal rantai makanan di laut yang berperan sebagai produsen. Fitoplankton dapat membuat makanannya sendiri melalui proses fotosintesis yang dibantu oleh cahaya matahari dan klorofil-a yang terkandung didalamnya untuk membentuk zat organik dan anorganik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan hubungan antara kondisi fisik perairan terhadap perubahan klorofil-a di Muara Ci Parage akibat pengembangan industri Kabupaten Karawang yang terjadi selama tahun 2014-2016. Kondisi fisik perairan yang dimaksud adalah suhu permukaan laut, salinitas, dan muatan padat tersuspensi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa persebaran klorofil-a mengalami penurunan yang cukup signifikan selama tahun 2014 - 2016. ...... Industrial development that occurred in Karawang has a positive impact that is advancing the economic society. In addition, the development of the industry also had a bad impact on the environment. One of the bad impact is increasing waste production and disposal of such waste in vain, for example to the flow of the river. It can directly affect the physical condition of the waters in the river and indirectly affect distribution of chlorophyll a. Chlorophyll a was a green substance found in phytoplankton. Phytoplankton is important organisms as the beginning of the food chain in the ocean that acts as the manufacturer. Phytoplankton can make its own food through the process of photosynthesis which aided by sunlight and chlorophyll a contained therein to establish organic and inorganic substances. This research aims to analyze the changes in the relationship between the physical condition of the waters to changes in chlorophyll a in the estuary of the Ci Parage result Karawang industrial development that occurred during the years 2014 2016. The physical condition of the waters in question are the sea surface temperature, salinity, and suspended solid loads. The results of this research show that the distribution of chlorophyll a significant decline over the years 2014 2016.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prim Haryadi
Jakarta: Universitas Indonesia, 2001
M.81 Har p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dupont, R. Ryan
Boca Raton: CRC Press, 2017
363.737 DUP p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Heavy metals have become major environmental contaminants due to rapid expansion of industralization. Many methods have applied to minimized them but still found any weakness in the removal of heavy. Recently, many researchers using adsorption as an alternative method....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Andini Maheswari
Abstrak :
ABSTRAK
Indonesia sebagai negara berkembang, tentunya terus berupaya untuk mengembangkan pembangunan, terutama dalam bidang proyek, yang berfokus pada pembuatan structure steel, power plan dan piping. Secara otomatis membutuhkan alat pendukung, gerinda adalah salah satu aktifitas proses pendukung. Penggunaan disc gerinda secara aktual di lapangan tidaklah maksimal, mengakibatkan setelah End-of-life (EOL). Disc gerinda sisa pakai tersebut terbuang secara percuma menjadi limbah B3. Re-manufacturing membawa produk yang digunakan ke dalam keadaan fungsional dengan garansi penggunaan material produk yang lebih maksimal, dan diharapkan dapat mengurangi potensi berbahaya bagi lingkungan, efektifitas tingkat bahan baku, serta efisiensi material yang digunakan dalam tahapan produksi. maka berdasarkan permasalahan tersebut peneliti melakukan design ulang Disc gerinda agar efektif dalam penggunaan dengan menggunakan integrasi QFD dan DFMA untuk desain material gerinda baru. Dengan penggunaan disain gerinda baru maka material yang digunakan mengalami efisiensi sebanyak 20%. Karena waste material berkurang dari 37% dalam satu gerinda, menjadi hanya 17%, serta menurunkan biaya material per bulan hampir sebesar 50%. Maka desain gerinda baru efektif mengurangi dampak limbah dan meningkatkan efisiensi pada material.
ABSTRACT
Indonesia as a developing country, continue to strive the development. Especially in the project field, which focuses on steel structure, power plant and piping. Automatically requires support tools, grinding disc is one of the supporting process activities, while the actual use of grinding discs is not maximal, not to mention the comparison of demand and utilization of materials used from grinding disc has not been thought of management is resulting after the End-of-life (EOL). Used grinding discs are forgotten to be conserved. The determinant indicator is seen in the low selling price and there is no residual value, the low value of the grinding disk material when its function is gone, making the rest of the material does not have the privilege to be used or to be recycled, most residual of the grinding disk material becomes waste. Re-manufacturing brings the product into a functional state with a more optimum product warranty, and is expected to reduce the potential for environmental hazards, raw material levels, energy used in production stages and increased use and function of grinding disc materials, then based on these problems the researchers re-designed the grinding disc to be more effective by using QFD and DFMA integration for new grinding disc design. With the use of new grinding design, the material efficiency as much as 20%. Because waste material is reduced from 37% in one grinder, to only 17%, as well as lower material cost per month by almost 50%. So the new grinding design is effective to reduce waste impact and material efficiency.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T50018
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistyoweni Widanarko
Abstrak :
ABSTRAK
Industri kecil (IK) electroplating yang dijadikan studi adalah IK-electroplating yang berada di wilayah DKI Jakarta. Untuk pengembangan teknologi pengolahan, sebagai upaya dalam penanggulangan dampak pencemar, dilakukan pendekatan penelitian dengan perolehan data primer dan sekunder, yang meliputi kegiatan pendataan penyebaran industri kecil electroplating di wilayah DKI Jakarta, observasi serta analisis proses produksi, pengambilan dan pemeriksaan sample air limbah, analisis karakteristik air limbah yang dihasilkan serta percobaan secara fisik-kimia di laboratorium. Hasil dari uji coba tersebut digunakan sebagai dasar penyusunan konsep bangun pengolahan limbah industri kecil electroplating tersebut.

Jenis industri kecil electroplating di wilayah DKI Jakarta, adalah jenis pelapisan Nikel-Krom, pelapisan Tembaga - Nikel Krom dan pelapisan Seng. Jumlah IK Electroplating yang didata berjumlah 37 buah yang tercatat di Kanwil DInas Perindustrian menyebar di daerah pemukiman dan daerah komersial. Jumlah terbsear dari penyebaran industri kecil electroplating berada di wilayah Jakarta Barat (±70%), dengan jenis pelapisan Nikel-Krom yang dominan.

Karakteristik air limbah yang dihasilkan secara kualitas, umumnya ditandai dengan pH yang rendah sampai netral, kesadahan tinggi, COD yang rendah sampai sedang, DHL yang tinggi serta kandungan logam berat Pb, Cu, Cd, Cr, Ni, dan Zn. Konsentrasi tingkat pencemar yang diukur dengan nilai COD bervariasi dari 108 mg/l sampai 14033 mg/l. Perbandingan BOD Terhadap COD yang umumnya rendah, hal ini menunjukkan rendahnya fraksi organik yang terbiodegrasi, sehngga penanganan air limbahnya yang tepat adalah dengan proses pengolahan secara fisik - kimiawi.

Percobaan pengolahan dilakukan terhadap air limbah Nikel-Krom yang merupakan jenis industri kecil electroplating yang tersebar di wilayah DKI Jakarta. Hasil percobaan disajikan dalam tabel 1 dan 2 dan gambar 01. Untuk mencapai kualitas efluen air limbah yang ditetapkan di DKI Jakarta, diperlukan pengolahan kimia fisis dengan dosis optimum koagulan FeSO4 (99%) sebesar 1500 mg/l, Ca(OH)2 teknis 2% sebesar 1360 mg/l, H2SO4 1N sebanyak 15 ml/500 ml sampel. Koagulan air diperlukan sebesar 0,5 ml/500 ml dengan pengadukan 60 rpm selama 15 menit. Periode waktu pengendapan 30 menit dengan produksi lumpur 99 ml/500 ml sampel atau 20% dari limbah yang diolah (kadar air ± 95 - 98%). Kondisi optimal untuk reduksi Cr adalah pada pH = 2,0, sedangkan untuk terbentuknya endapan pada pH 8-9,50.

Untuk sistem pengolahan limbah IK-EP tersebut disarankan menggunakan sistem terpusat yaitu limbah dari beberapa industri digabung menjadi satu dengan menggunakan sistem MOduk. Namun jika mempunyai halaman dapat mengolah sendiri. Untuk kapasistas 0.5 m3/hari (dengan 4x "run" perhari) dibutuhkan 1 bak penangkap minyak/detergen, bal ekualisasi dan 1 drum bak koagulasi/flokulasi dan sedimentasi. Luas area yang dibutuhkan 3x3m2. Rancang Bangun Teknologi Pengolahan Limbah Industri Kecil Electroplating tertera pada gambar 02.
ABSTRACT
The object study focused on small electroplating industries located in DKI Jakarta area. To overcome the impact of pollution, we try to develop technology of waste treatment of small electroplating industries. Firstly, we have mad an observation covered the primary data as well as secondary data about small electroplating industry which spread throughout the DKI Jakarta area. Then, we observed the process of production, sampling the waste water, analysed the characteristic of waste water, and the test is managed physically as well as chemically in Laboratorium. The result of these observations is used to prepare the concept of the waste water treatment plant of small electroplating industry.

There are about 37 electroplating industries registered in Kantor Wilayah Dinas Perindustrian DKI (Region office in the Industrial Department) which are spread out in the human settlement area and commercial area. Those are Ni-Cr plating, Cu-Ni-Cr plating and Zn Plating. The most dominan is the Ni-Cr-plating (±70%) located in west java.

The quality of waste water produced by these electroplating industries generally characterized by the low up to normal pH, very high hardness, high conductivity, COD low slightly medium, and contained metal such as Pb, Cu, Cd, Cr, Ni, and Zn. The pollution is generally above average. The level of pollution indicated by COD varied considerably from 108 mg/l to 14033 mg/l.

. The ratio BOD/COD generally low that indicates biodegradation of organic fraction is low. Therefore the proper method to treat the waste water is physically as well as chemically.

The result of the test for treating the electroplating waste water are presented in tabel 1 and tabel 2, figure 01. In order to meet the effluent standard of DKI Jakarta, it is needed to treat the waste water chemically and physically. The optimal dosage of coagulant FeSO4, (99%) 1500 mg/l Ca(OH)2 2% is 360mg/l, H2SO4 1 N is 15 ml/500 ml sampling.

The coagulant aid needed is 0,5 mg/500 ml water mixed in 60 rpm in 15 minutes. The precipitation periode is 30 minutes and it produces sludge 99 ml/500 ml or 20% treated water (the water content in between 95-8%). The optimum condition of reducing Cr is in pH 2,0 : whilst the pH for forming sediment are in the range pH 8-9,50.

For waste water treatment of electroplating it is suggested to use central system by mixing them up and use modul system. However if they have enough land they may treat or process the waste by their ow. For a capacity of 0.5 m3/day with 4 x run per day, one needs to have grease/oil trap, equalization tank, coagulation flocculation & sedimentation tank in one drums. A space of 3x3 m2 is needed. The construction drawing presented in figure 0,2.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Naniek Setiadi Radjab
Abstrak :
ABSTRAK Peningkatan kebutuhan akan obat di Indonesia telah menyebabkan peningkatan jumlah dan kegiatan industri farmasi. Sampai dengan tahun 1992, tercatat di Departemen Kesehatan sebanyak 257 buah industri farmasi. Kegiatan utama industri farmasi adalah mengolah bahan baku menjadi produk berupa obat atau bahan baku obat, namun akibat pengolahan ini terbentuk pula limbah. Adanya limbah industri farmasi, terutama limbah cairya akan berkaitan erat dengan masalah pencemaran lingkungan; khususnya pencemaran badan air yang disebabkan oleh limbah cair yang dibuang tanpa proses pengolahan terlebih dahulu. Upaya pengendalian pencemaran lingkungan dilakukan antara lain dengan penerapan Baku Mutu Lingkungan. Salah satu Baku Mutu Lingkungan ini tertuangdalam Surat Keputusan Menteri KLH No. 03/MenKLH/II/1991 tentang BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN YANG SUDAH BEROPERASI, yang menetapkan Baku Mutu Limbah Cair bagi 14 jenis industri. Jumlah parameter untuk pemeriksaan limbah cair bagi setiap industri dalam Surat Keputusan ini berkisar antara 3 sampai 8 parameter. Masalah yang dihadapi sehubungan dengan Baku Mutu Lingkungan adalah bahwa industri farmasi belum termasuk dalam 14 industri yang tercantum dalam Surat Keputusan Menteri KLH No. 03/MenKLH/II/I991 tersebut, sehingga untuk pemeriksaan limbah cairnya secara rutin, jumlah parameter yang diperiksa cukup besar; hal ini akan menghasilkan informasi kompleks. Masalah pertama adalah berkaitan dengan penetapan peringkat mutu limbah. Mutu limbah cair industri ditetapkan dengan membandingkan nilai parameter hasil pengujian limbah cair industri terhadap nilai Baku Mutu Limbah Cair. Bila seluruh nilai hasil pengujian berada di bawah nilai Baku Mutu, maka limbah tersebut termasuk "bersih" (baik), sebaliknya apabila seluruh nilai parameter berada di atas nilai Baku Mutu, maka limbah tersebut termasuk "pencemar" (buruk). Dengan banyaknya parameter yang perlu diuji, maka tak mudah untuk menentukan peringkat mutu limbah cair apabila dari hasil pengujian tersebut sebagian parameter melampaui nilai Baku Mutu, sebagian lagi tidak melampaui. Kesulitan dapat diatasi apabila hasil pengujian limbah cair dapat dinyatakan dalam suatu nilai tunggal berupa INDEKS yang dapat mewakili informasi kompleks hasil pengujian tersebut. Masalah kedua adalah: besarnya jumlah parameter yang perlu diperiksa, khususnya untuk pemantauan rutin limbah cair industri, selain menghasilkan informasi kompleks, juga membutuhkan fasilitas lebih lengkap, waktu lebih lama dan biaya lebih besar, yang pada akhirnya akan menurunkan motivasi industri untuk memeriksa atau memeriksakan limbahnya. Apabila jumlah parameter dapat disederhanakan, maka masalah ini dapat diatasi, dan akan dapat meningkatkan motivasi industri dalam melakukan pemantauan limbah cairnya. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh penyederhanaan informasi dalam memberikan gambaran kondisi limbah cair Industri; khususnya mendapatkan Indeks Pencemaran dan Parameter Nyata industri farmasi. Indeks Pencemaran merupakan nilai tunggal yang mewakili makna nilai parameter hasil pengujian limbah cair, sedangkan Parameter Nyata merupakan beberapa parameter tertentu yang nilai hasil pengujiannya cukup dapat menyatakan kondisi limbah cair industri. Lokasi penelitian dipilih wilayah DKI Jakarta berdasarkan beberapa pertimbangan: (1) Dari 257 industri farmasi di Indonesia, 73 buah di antaranya berada di DKI Jakarta; (2) Mengacu pada satu Baku Mutu berdasarkan Surat Keputusan Gub. DKI No. 1608/1988; (3) Pengujian limbah cair dilakukan oleh satu laboratorium. Unit analisis adalah limbah cair efluen industri fannasi, dengan data berupa hasil pengujian limbah cair industri terhadap 23 parameter yang terdiri dari 3 data primer dan 115 data sekunder tahun 1990, 1991 clan 1992, berasal dari 28 sampel industri famnasi. Analisis dilakukan dengan menggunakan Analisis Komponen Utama (Principle Component Analysis). Analisis Komponen Utama (AKU) adalah metode Multi Axis Ordination, yang termasuk dalam kelompok MDSA (Multivariate Descriptive Statistical Analysis), digunakan untuk menganalisis dan menyimpulkan suatu data matriks yang besar. Untuk pengolahannya digunakan perangkat lunak SAS dan SPSS. Dad Analisis Komponen Utama ini diperoleh (1) Final Communality yang merupakan nilai yang menyatakan besamya informasi tiap parameter terhadap fenomena yang diamati; (2) Plot Ordinasi Variabel terhadap Komponen Utama yang menunjukkan pengelompokan karakteristik parameter terhadap fenomena. Nilai Final Communality merupakan dasar penetapan Nilai Robot Parameter sehingga telah dapat ditetapkan Nilai Robot dari 23 parameter limbah cair efluen industri farmasi. Nilai Bobot ini menunjukkan besarnya proporsi keterlibatan parameter pada mutu limbah cair. Indeks Pencemaran (IP) diperoleh dengan memasukkan faktor Nilai Bobot, Nilai Parameter basil pengujian limbah cair dan Nilai Baku Mutu tiap parameter dalam rumus: (V1 X B1) + (V2 X B2) +...... (Vn X Bn) IP= (BM1 X B1)+(BM2 X B2) +....(BMn X Bn) IP = Indeks Pencemaran V = Nilai parameter i Bi = Nilai Bobot parameter i BMi Nilai Baku Mutu untuk Parameter i Indeks Pencemaran dapat digunakan sebagai tolok ukur dalam menetapkan peringkat kualitas limbah cair, dan merupakan indeks dengan skala "naik", artinya semakin besar nilai indeks semakin "buruk" kualitas limbah; dengan Nilai Ambang Batas pada nilai indeks = 1,00. Nilai Indeks Pencemaran (dihitung dari 23 parameter) 118 contoh limbah cair efluen industri farmasi menunjukkan bahwa 59,32% dari limbah cair efluen industri farmasi dalam penelitian ini memberikan nilai IP < 1,00. Parameter Nyata limbah cair industri farmasi telah diperoleh berdasarkan urutan besarnya Nilai Bobot parameter dan karakteristik pengelompokan parameter dalam Plot Ordinasi Variabel terhadap Komponen Utama. Lima Parameter Nyata tersebut adalah BOD, Kekeruhan, Fosfat, Warna dan Amoniak. Nilai Indeks Pencemaran berdasarkan 23 parameter dengan nilai Indeks Pencemaran berdasarkan 5 parameter (Parameter Nyata) memperlihatkan hubungan yang kuat dengan nilai korelasi = 0,93411, sehingga 5 Parameter Nyata dapat digunakan dalam pemantauan kualitas limbah cair industri farmasi. Parameter Nyata limbah cair industri farmasi diharapkan dapat merupakan masukan dalam penetapan Baku Mutu Limbah Cair untuk Industri Farmasi sebagaimana telah ditetapkan bagi 14 Industri lain dalam Surat Keputusan Menteri KLH No. 03/MenKLH/II/1991. Diharapkan pula bahwa Indeks Pencemaran dan Parameter Nyata ini dapat dikembangkan untuk jenis-jenis industri lain.
ABSTRACT The increasing demand of medicines in Indonesia, have increased the number and the activities of pharmaceutical industries. Up to 1992 there were 257 registered pharmaceutical industries at the Department of Health. The main activity of pharmaceutical industry is manufacturing raw materials to produce medicines or other materials. But as the consequence of the main process, they also generate waste. Pharmaceutical waste, especially their liquid waste, will closely interrelate to the pollution; particularly water pollution caused by there untreated discarded waste. One of the efforts to control the pollution is by applying Environmental Standard; which one is the Decree of Minister of Population and Environment No. 03/MenKLH/II/1991 about Effluent Standard for Existing Industries, which establishes Waste Water Effluent Standard for 14 kinds of industries. According to the Decree, there are only three to eight parameters that should be analyzed. The problem according to the Effluent Standard is that pharmaceutical industries haven't been included into the 14 industries in the Decree of Minister of Population and Environment No. 03/MenKLH/II/1991, so that a great number of parameters should be involved in their liquid waste analysis; which provides complex information. The first problem is related to the establishment of the level of wastewater quality. The industrial wastewater quality is determined by comparing the value of the parameters resulted by their liquids waste analysis to the value of the Waste Water Effluent Standard. If all of the parameters are under the threshold value, then the liquid waste will be dean (good); and if all of them are higher than the threshold value, then it will be polluter (bad). It is difficult to establish the level of the liquid waste quality - especially using such great number of parameters - if some of the parameters are higher and some are less than the threshold value. It is also not easy comparing the liquid waste quality of one industry to another, or comparing the liquid waste of the same industry in the different time. Such problems could be overcame if there is a single value system that represents the information of the value of all the parameters. The single value system is INDICES system. The second problem is according to the great number of parameters should be involved. Besides providing complex information, it also takes much time, needs more complete facilities, more cost and at least could decrease the motivation of the industries to examine their liquid waste. If the number of parameters could be simplified, then such problem would be overcame. The objective of this study is to find a simple useful information system to determine the condition of pharmaceutical effluent liquid waste; mainly to find the Pollution Indices and the Parameters of Significance of pharmaceutical industry. Pollution Index is a single value that represents the values of parameters produced by industrial liquid waste analysis; while Parameters of Significance is special parameters that are important to be detected to describe the condition of industrial waste water. The area of the study covered DKI Jakarta according to considerations that 73 of 257 pharmaceutical industries were located in DKI Jakarta; it referred to the same Effluent Standard based on the Decree of the Governor of DKI No. 1608/1988; and the liquid waste analysis were done by one laboratory. The unit of analysis was pharmaceutical effluent liquid waste. The data covered 3 primary data and 115 secondary data during 1990, 1991 and 1992, which came from the 28 samples of pharmaceutical industries. Data analysis were done by using Principle Component Analysis, a Multi Axis Ordination method included in Multivariate Descriptive Statistical Analysis, which is used to analyze and to obtain the summary of a large amount of data. SAS and SPSS were soft wearing used for data processing based on the objective wanted to be achieved. Principle Component Analysis generates: (1) Final Communality, which provides the magnitude of information of each parameter upon the studied phenomena. (2) Plot Ordination of Parameters to the Principle Component that pictured the clustered parameters specified to the studied phenomena. Weight Value of 23o£ the wastewater parameters were determined based on their Final Communality. The Weight Value indicates the proportion of involvement of the parameters to the wastewater quality. Pollution Indices were determined by transforming such factors: Weight Value; the value of each parameter according to the waste water analysis, and the value of each parameters in the Effluent Standard; to the formulae: (V1 X B1) + (V2 X B2) +...... (Vn X Bn) IP= (BM1 X B1)+(BM2 X B2) +....(BMn X Bn) IP = Pollution Indices Vi = Value of parameter i Bi = Weight Vale of parameter i BMi= Value of Parameter i in the Effluent Standard Pollution Indices, which is used to establish the level of pharmaceutical liquid waste quality, is an increase index. It means that the greater is the value of the index; the worst is the liquid waste quality. Pollution Indices of 118 samples of pharmaceutical effluent liquid waste which were computed to the 23 parameters showed that 59.32% of pharmaceutical effluent liquid waste in this research presented Pollution Indices Value < 1.00. Parameters of Significance of pharmaceutical wastewater had been found based on the sequence of the Weight Value of parameters and their specified duster in the Plot Ordination of variable toward the Principle Component. The five of Parameters of Significance found were: BOD, Turbidity, Phosphate, Color and Ammonia. There were high correlation Cr = 0.93411) between Pollution Indices value based on the 23 parameters and Pollution Indices value based on 5 Parameters of Significance; so that the Parameters of Significance which represented 23 parameters could be used for pharmaceutical effluent liquid waste monitoring. Parameters of Significance of pharmaceutical waste water was expected to be an input for pharmaceutical waste water Effluent Standard in the same manner as established for 14 Industries in the Decree of Minister of Population and Environment. There is a hope that Pollution Indices and Parameters of Significance system would be developed for other kind of industries.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>