Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dian Arifianti
"ABSTRAK
Nitrogen merupakan salah satu unsur dalam manur ayam atau kotoran ayam yang dapat mencemari lingkungan. Nitrogen dalam bentuk gas amonia, nitrat dan nitrit dapat mencemari udara dan air. Tetapi nitrogen sendiri merupakan salah satu unsur hara yang penting bagi tumbuhan, sehingga pada pengolahan manur sebagai pupuk, kandungan nitrogen pada manur perlu diperhatikan.
Sebagian besar hilangnya nitrogen pada manur ayam karena terbentuknya gas amoma. Temperatur ruangan merupakan salah satu faktor yang dapat mempercepat penguapan gas amonia. Apabila pada tempat penyimpanan manur terlewati aliran air, maka nitrogen dalam manur akan semakin berkurang karena garam-garam nitrat dan nitrit yang ada akan terbawa oleh aliran air.
Berbagai cara dilakukan untuk mengurangi kehilangan nitrogen pada manur ayam akibat terbentuknya gas amonia. Di negara-negara maju digunakan zeolit, jerami dan garam-garam kalsium untuk mengurangi terbentuknya gas amoma. Pada penelitian ini digunakan kapur untuk mengurangi kehilangan nitrogen.
Penentuan kadar nitrogen dalam manur ayam dilakukan dengan metode Kjedahl dan dianalisis dengan spektrofotometer. Parameter lain yang diukur pada penelitian ini berupa kadar air, pH, kadar fosfor clan kalium pada manur ayam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar nitrogen pada manur yang menggunakan kapur dan manur kontrol, dimana kadar nitrogen dengan menggunakan kapur sedikit lebih tinggi dari manur kontrol. Sedangkan kadar air pada manur yang ditambah kapur, lebih rendah dari kadar air manur kontrol. Penambahan kapur memberikan peningkatan pH sedikit lebih tinggi selama beberapa hari pengamatan dibandingkan dengan manur kontrol. Kadar kalium dan fosfor dalam manur tidak memperlihatkan penurunan yang berarti, karena kalium dan fosfor tidak terdekomposisi selama manur mengalami dekomposisi."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andika Bagus Permana
"Penggabungan teknologi fotokatalisis dan surfaktan yang menggunakan titania dan coconut oil-based primary alkyl sulphate (cocoPAS) untuk mengangkat dan mendegradasi kotoran berupa methylene blue dari pakaian serta menghasilkan limbah dengan konsentrasi cocoPAS yang minimal telah diamati. Penelitian berupa pemvariasian perbandingan konsentrasi cocoPAS dan titania dan juga variasi pH dengan menggunakan jeruk nipis. Kinerja deterjen 0,1%cocoPAS-0,1%titania pada pH 3,6 (penambahan 2,5% jeruk nipis) adalah yang paling efektif, yaitu dapat mengangkat methylene blue dari pakaian 84,31 ppm dari 85,16 ppm atau degradasi methylen blue 99% (1,03 kali lebih baik daripada pH 6,4) dan konsentrasi cocoPAS yang tersisa 2,43 ppm dari 90,88 ppm atau degradasi cocoPAS 97,30% (1,05 kali lebih baik daripada pH 6,4) di bawah sinar UV selama 30 menit.

Combination of photocatalytic technology and surfactant that used titania and coconut oil-based primary alkyl sulphate (cocoPAS) to remove and degradate methylene blue as dirt and resulting clean waste with minimal concentration of cocoPAS had been investigate. Research method vary cocoPAS and titania concentration and vary pH by vary concentration of lime. Performance of 0,1%cocoPAS-0,1%titania detergent in pH 3,6 (2,5% lime addition) is the most optimum that can remove 84,31 ppm methylene blue from clothes from 85,16 ppm at first or can degredate 99% metylene blue (1,03 times better than in pH 6,4) and concentraton of cocoPAS is remained 2,43 ppm from 90,88 ppm or can degredate 97,30% cocoPAS (1,05 times better than in pH 6,4) under 30 minutes illumination of UV light.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55199
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Md Azree Othuman Mydin
"Lime is among the binding agents used in binding masonry units, such as brick, in many historical buildings around the world. Its physical strength, mechanical strength, and durability properties, as well as its raw material composition, can play substantial roles in the structural behavior of historic buildings. The production technologies may also differ according to their specific use in the structural layout. Hence, the characteristics of lime mortars are of interest in the assessment of the structural characteristics of historic buildings. In addition, the determination of characteristics of lime mortars is also important for the production of intervention mortars to be used in the restoration of historic buildings. This research focused on the effects of egg white on lime mortar’s physical and mechanical properties. Five mixes were prepared by maintaining a constant lime–sand–water ratio of 1:2:0.035. As the binder material, the control mixture comprised only lime putty, while various percentages of egg white in the range of 2–10% were used to prepare the remaining mixtures. An experiment was then performed with different percentages of egg white to examine the lime mortar’s axial compressive and flexural strength, as well as the water absorption. The results indicated that the compressive and flexural strength of the lime mortar increased with the increasing percentage of egg white added into lime mortar until the mixture reached 6% egg white. The addition of 8% and 10% egg white made the compressive and flexural strength start to decrease. Lime mortar that contains 6% egg white had the highest compressive and flexural strength compared to the other mix design groups. The axial compressive strength and bending strength of lime mortar can also be influenced by the air pores."
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2017
UI-IJTECH 8:5 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Susanty
"ABSTRAK
Katalis bentuk film yang memiliki transparansi yang baik dan aktivitas fotokatalitik yang tinggi telah menjadi target penelitian. Hingga kini fused silica plate (FSP) atau quartz (Qz) banyak dipakai sebagai representasi untuk penyangga kaca (glass support material) pada film-film TiO2, oleh karena harganya yang mahal maka hal ini menjadi satu kendala penelitian. Penggunaan soda lime plate (SLP) yang murah menjadi salah satu pilihan, namun karena kandungan kation impurities (Na+, Si4+) yang ada pada SLP menyebabkan rendalmya aktivitas fotokatalitik film TiO2 dibandingkan jika film tersebut disangga di atas quartz. Pelapisan film SiO2 ke atas SLP diharapkan dapat memperbaiki bahan penyangga tersebut sehingga kualitasnya sama dengan FSP atau quartz.
Fotokatalis semikonduktor bentuk film telah dipreparasi menggunakan bahan awal titanium tetraisopropoxide [Ti(OPr)4] dengan metode sol-gel dan dip-coating pada SLP, Qz, dan SLP yang telah dilapisi dengan film SiO2 (SLP-Si). Pelapisan film SiO2 pada SLP juga dipreparasi dengan metode sol-gel dan dip-coating menggunakan bahan awal tetraethyl orthosilicate (TEOS). Film-film gel tersangga pelat kaca tersebut kemudian dikalsinasi pada temperatur 400°C selama 1 jam untuk mengubahnya menjadi film keramik TiO2 dan meningkatnya daya adhesi katalis pada penyangga.
Fotokatalis film yang dihasilkan dikarakterisasi dengan SEM dan XRD. Hasil karakterisasi SEM manunjukkan bahwa makin tinggi konsentrasi dan jumlah coating SiO2 maka ketebalan film SiO2 meningkat. Kemudian katalis film TiO2 yang memiliki struktur kristal anatase murni (dari karakterisasi XRD) diuji aktivitas fotokatalitiknya untuk degradasi gas asetaldehida dalam fotoreaktor batch. Hasil pengujian menunjukkan bahwa film TiO2 yang disangga di alas 1,5μm film SiO2 (TiO2/SLP-SiA3-a) memiliki aktivitas fotokatalitik yang terbaik diantara yang lainnya, bahkan sedikit melebihi aktivitas fotokatalitik film TiO2 yang disangga di atas quartz (TiO2/Qz). Sedangkan katalis film Ti02 yang disangga di atas SLP memiliki aktivitas fotokatalitik yang terendah dibandingkan yang lainnya."
2000
S50859
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Minaroy, Teodore Ignatius
"Jalan merupakan salah satu fasilitas umum yang sangat penting. Untuk itu, sebuah jalan harus dibangun sebaik mungkin dan sekuat mungkin, tanpa mengabaikan faktor efisiensi. Selain kuat, jalan juga harus tetap bersifat ekonomis. Kita harus bisa menghasilkan jalan bermutu tinggi dengan biaya serendah mungkin. Salah satu cara untuk menekan biaya adalah dengan mengganti material sirtu yang dipakai sebagai perkerasan lapisan menjadi tanah setempat yang telah distabilkan dengan kapur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat dari tanah residual Depok jika distabilkan dengan kapur, serta berapa banyak kapur yang dibutuhkan untuk mencapai kekuatan optimum tanah tersebut.

Road is one of the most important public facility. So, a road has to be built as good and as strong as possible, without neglecting efficiency. Beside has a strength, a road still has to be economic too. We have to build a road with highest standard with a lowest budget. We can change the sub-base material with a residual soil which has been stabilized with lime. This research will find out the behavior of residual soil in Depok if we add it with lime, and how much lime we have to add to reach the optimum strength of that soil."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1863
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmat Ibrahim
"Latar belakang: Jeruk memiliki khasiat untuk kesehatan karena megandung vitamin, antioksidan, dan senyawa lain. Jeruk purut (Citrus Hystrix) merupakan jenis jeruk yang memiliki senyawa fenol yang tinggi. Jeruk purut memilki potensi antibakteri terhadap bakteri Gram-positif dan Gram-negatif. Daun jeruk purut mengandung senyawa bioaktif seperti flavonoids, fenolik, tannin dan minyak esensial. Pada fase vegetative, kandungan flavonoid jeruk purut tertinggi pada daun tua. Efek antibakteri flavanoids adalah dengan mekanisme menghambat sintetik asam nukleat, menghambat fungsi membran sitoplasma sel, dan merubah permeabilitas membran sehingga memengaruhi sifat patogenitas bakteri Tujuan: Mendapatkan perbedaann efek antibakteri berbagai konsentrasi larutan ekstrak daun jeruk purut terhadap biofilm Enterococcus faecalis. Mendapatkan perbedaan efek antibakteri larutan ekstrak daun jeruk purut konsentrasi 2,5%, 5%, 10% dan 20% dan NaOCl 2,5% terhadap bakteri Enterococcus faecalis. Metode: Empat kelompok sampel diuji dengan larutan ekstrak daun jeruk purut masing masing 2,5%, 5%, 10%, dan 20%. Kelompok kontrol positif dilakukan pemaparan NaOCl 2,5%, dan kelompok kontrol negatif tanpa perlakuan. Efek antibakteri dilihat dari jumlah koloni pada media BHI agar. Hasil: Rerata koloni bakteri Enterococcus faecalis dari masing masing kelompok dengan nilai p=0,00 (berbeda bermakna). Nilai koloni tertinggi pada kelompok kontrol negatif dan larutan ekstrak daun jeruk purut 2,5% dan terendah pada kelompok kontrol positif dan larutan ekstrak daun jeruk purut 20%. Kelompok ekstrak daun jeruk purut dengan konsentrasi 2,5%, 5%, 10% dan 20% menunjukan perbedaan bermakna dengan kompok positif NaOCl 2,5% dan kelompok kontrol negatif. Kelompok ekstrak daun jeruk purut dengan konsentrasi 2,5% juga memiliki perbedaan bermakna dengan konsentrasi 10% dan 20%. Kesimpulan: Konsenstrasi larutan ekstrak daun jeruk purut 20% memiliki efek antibakteri Enterococcus faecalis yang paling baik dibandingkan pada konsentrasi 10%, 5%, 2,5%. Efek antibakteri larutan ekstrak daun jeruk purut 2,5%, 5%,10% dan 20% terhadap bakteri Enterococcus faecalis lebih rendah dibandingkan dengan larutan NaOCl 2,5%.

Citrus contains vitamin, antioxidant, and other compounds that beneficial to the health. Lime (Citrus Hystrix) contains high concentration of phenol that has antibacterial potential against gram-positive and gram-negative bacterias. Lime leaf contains bioactive compounds such as flavonoids, phenolic, tannin, and essential oils. In vegetative state, old lime leaf contains the highest concentration of flavonoids. Flavonoids inhibit synthetic of nucleatic acid and citoplasmic cell membrane's function of bacteria, and affect bacterial pathogenetic by altering its membrane permeability.Objective: To obtain the difference of antibacterial effects of various lime extract concentration (2,5%; 5%; 10%; and 20%) and 2,5% of NaOCl against Enterococcus faecalis biofilm. Methods: Four sample groups tested using 2,5%; 5%; 10%; and 20% concentration of lime extract. 2,5% concentration of NaOCl was used as positive control group and no treatment was used as negative control group. Antibacterial effects were observed by the amount of bacterial colonies in BHI agar. Results: The mean of Enterococcus faecalis in each group with p=0.00 (significant). Negative control group and 2.5% lime extract concentration group had the highest amount of bacterial colonies. Positive control group and 20% lime extract concentration group had the lowest amount of bacterial colonies. All sample groups showed significant difference with positive and negative control group. 2.5% lime extract group had significant difference with group of 10% and 20% lime extract concentration. Conclusion: 20% lime extract concentration showed higher potential of antibacterial against Enterococcus faecalis than 2,5%; 5%; and 20% concentration. Antibacterial effects of lime extract in every concentration groups were lower than 2,5% NaOCl"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muh. Asrih B.
"ABSTRAK
Cement Treated Sub Base (CTSB) adalah material lantai kerja plat beton pada perkerasan kaku. Umumnya campuran ini menggunakan semen sebagai bahan pengikat dari campuran ini. Semakin meningkatnya kebutuhan semen sebagai bahan bangunan lainnya, perlu adanya upaya penghematan penggunan semen. Dalam penelitian ini dipertimbangkan penggunaan kapur dan abu terbang sebagai bahan tambah pada campuran CTSB. Proses untuk menentukan kombinasi campuran antara semen, kapur dan abu terbang, uji kekuatan beton dalam penelitian ini meliputi: uji karakteristik agregat, uji kuat tekan mortar, trial mix beton, defleksi serta pertimbangan total harga bahan. Uji kuat tekan dan kekakuan dilakukan pada umur 3, 7, 14, 21 dan 28 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi bahan pengikat yang memiliki kekuatan setara dengan mengunakan semen 100% sebagai bahan pengikat CTSB yaitu 40% semen, 30% kapur dan 30% abu terbang. Perubahan pencapaian kekuatan pada usia 7, 14 dan 21 hari tampak lebih lambat dibandingkan dengan 100% semen, tetapi pada usia 28 hari terjadi peningkatan yang mendekati kekuatan semen 100%. Ditinjau dari aspek harga bahan pembentuk, CTSB dengan bahan pengikat kombinasi tersebut lebih murah 17,78%, dan besar defleksi yang ditimbulkan lebih kecil 1,74 cm.

ABSTRACT
Cement Treated Sub Base (CTSB) is a lean concrete as a foundation under the concrete slab on a rigid pavement. Commonly used cement as a binder of this mixture. The increasing demand for cement as other building materials, should the effort saving use of cement. In this study considered the use of lime and fly ash as an additive in a mixture of CTSB. The process to determine the combination of a mixture of cement, lime and fly ash, concrete strength test used in this study include: testing the characteristics of aggregates, compressive strength of mortar test, trial mix concrete, deflection and consideration of material prices. Compressive strength and stiffness of the test performed at the age mix of strength 3, 7, 14, 21 and 28 days. The results showed that the composition of the binder which has a strength equivalent to mengunakan100% cement as a binder CTSB is 40% cement, 30% lime and 30% fly ash. Changes in attainment of strength at the age of 7, 14 and 21 days seems slower compared with 100% cement, but at the age of 28 days there was an increase of close to 100% strength cement. Judging from the price aspect, CTSB with this combinations are cheaper 17,78%, and the deflection caused a smaller 1,74 cm."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S933
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sjenvee Audrey Emmanuella
"At the forefront of cast iron production in Europe, Germany boasts a robust industry that plays a pivotal role in the manufacturing sector. Cast iron, a fundamental material in engineering and construction, exhibits exceptional properties crucial for automotive parts, pipes, and machinery. The categorization of cast iron according to graphite morphology, specifically in the case of cast iron with vermicular or nodular graphite, requires a precise desulphurization process and magnesium has been the preferred desulphurization agent. The overdependence on magnesium, a resource largely dominated by China, has created significant challenges. The scarcity and geopolitical implications of magnesium supply chain have spurred the exploration of alternative desulphurization methods.
In response to magnesium dependency, ongoing researches focus on finding subitution have been conducted and CaO, commonly known as lime, is one of the promising substitute. The EKALGU Project by the University of Duisburg Essen and partner companies has demonstrated lime's effectiveness in replacing magnesium for desulphurizing cast iron. However, the alkaline nature of lime conflicts with the acidic refractory materials integral to the process, such as SiO2 or silicon dioxide and Al2O3 or aluminum oxide. This disharmony raises concerns about potential reactions, including compound formation and refractory lining erosion.
This research aims to unveil the implications arising from the interaction between lime slag and acidic refractory materials during the desulphurization of cast iron. By identifying challenges, this study serves as a foundational exploration, offering insights to guide future investigations in overcoming the identified hurdles. As this topic is further explored, the knowledge gained is anticipated to significantly influence the future progress of the German cast iron industry.

Jerman merupakan manufaktur cast iron terbesar di Eropa. Cast iron, bahan dasar dalam rekayasa dan konstruksi, menunjukkan sifat-sifat luar biasa yang sangat penting untuk suku cadang otomotif, pipa, dan mesin. Klasifikasi cast iron berdasarkan morfologi grafit, khususnya pada cast iron dengan grafit vermicular atau nodular, memerlukan proses desulfurisasi yang teliti, dan magnesium telah lama menjadi agen desulfurisasi yang disukai. Ketergantungan berlebihan pada magnesium, sumber daya yang didominasi oleh Tiongkok, telah menciptakan tantangan signifikan. Kelangkaan dan implikasi geopolitik dari pasokan magnesium telah mendorong eksplorasi untuk mencari metode desulfurisasi alternatif.
Sebagai respons terhadap ketergantungan pada magnesium, penelitian terus dilakukan dan terfokus pada pencarian substitusi dari magnesium. CaO yang biasa dikenal sebagai kapur atau lime, menjadi salah satu alternatif yang menjanjikan. Proyek EKALGU yang dilakukan oleh Universitas Duisburg Essen dan perusahaan mitra telah membuktikan efektivitas kapur dalam menggantikan magnesium untuk desulfurisasi cast iron. Namun, sifat alkalin kapur dapat menimbulkan masalah dengan bahan refraktori asam dalam proses tersebut, seperti silikon dioksida dan aluminium oksida. Ketidakharmonisan ini menimbulkan kekhawatiran tentang reaksi potensial, termasuk pembentukan senyawa dan erosi lapisan refraktori.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap implikasi yang timbul dari interaksi antara slag kapur yang bersifat basa dan bahan refraktori yang bersifat asam selama desulfurisasi cast iron. Dengan mengidentifikasi tantangan, studi ini berfungsi sebagai eksplorasi dasar, memberikan wawasan untuk membimbing penyelidikan masa depan dalam mengatasi hambatan yang diidentifikasi. Seiring dengan eksplorasi lebih lanjut mengenai topik ini, pengetahuan yang diperoleh diharapkan akan memiliki pengaruh signifikan terhadap kemajuan masa depan industri cast iron di Jerman.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sanggita Dhifa Salsabila
"Latar Belakang: Radikal bebas memiliki sifat destruktif pada perawatan kedokteran gigi, salah satunya pada prosedur perawatan saluran akar. Pada perawatan saluran akar, bahan irigasi yang selama ini digunakan dapat menyebabkan kerusakan pada saluran akar karena memiliki senyawa radikal bebas. Oleh karena itu, perlu ditemukan bahan alami herbal yang dapat menjadi sumber antioksidan sebagai penangkal radikal bebas yang dapat berperan positif dalam perawatan saluran akar. Penelitian sudah banyak dikembangkan oleh para peneliti untuk menjadikan larutan ekstrak daun jeruk purut dan larutan cuka apel Malang sebagai obat herbal terstandar dari Indonesia hingga fitofarmaka. Salah satu pengujian yang harus dilakukan adalah pengujian antioksidan karena pada kedua bahan alami herbal tersebut ditemukan senyawa antioksidan berupa fenol dan flavonoid pada uji fitokimia dan GCMS. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan aktivitas dan kadar antioksidan pada larutan ekstrak daun jeruk purut dan larutan cuka apel Malang pada berbagai konsentrasi. Metode: Penelitian ini merupakan eksperimental laboratorik dengan metode DPPH. Sampel uji berupa larutan 10%, 5%, dan 2,5% ekstrak daun jeruk purut dan cuka apel Malang yang dibuat serial konsentrasi dengan pengenceran. Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan melihat perubahan warna pada larutan, dari warna ungu menjadi warna kuning apabila terdapat aktivitas antioksidan di dalam larutan uji. Selanjutnya dilakukan pengukuran kadar antioksidan dengan melihat tingkat absorbansi menggunakan Spektrofotometer UV/VIS dengan panjang gelombang 517 nm dan kemudian dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Setelah itu, dilakukan perhitungan persentase inhibisi dan didapatkan kadar IC50 antioksidan. Kemudian, perbedaan kadar antioksidan keduanya dilakukan uji statistik Independent T-Test. Hasil: Terdapat aktivitas antioksidan pada larutan ekstrak daun jeruk purut dan larutan cuka apel Malang. Larutan ekstrak daun jeruk purut dapat dideteksi dengan larutan induk konsentrasi 0,1% dengan kadar antioksidan 347,691 µg/ml dan larutan cuka apel Malang dapat dideteksi dengan larutan induk 5% dan 2,5% dengan kadar antioksidan 8375,25 µg/ml dan 8021,162 µg/ml. Keduanya memiliki perbedaan kadar antioksidan secara statistik. Kesimpulan: Terdapat perbedaan kadar antioksidan pada larutan ekstrak daun jeruk purut dan larutan cuka apel Malang dengan berbagai konsentrasi. Larutan ekstrak daun jeruk purut efektif menangkal radikal bebas pada konsentrasi sekitar 0,03%, sedangkan larutan cuka apel Malang efektif pada konsentrasi sekitar 0,8%.

Background: Free radicals have destructive properties in dental treatments, one of which is in root canal procedures. In root canal treatment, irrigation materials that have been used can cause damage to the root canal because they have free radical compounds. Therefore, it is necessary to find natural herbal ingredients that can be a source of antioxidants as an antidote to free radicals that can play a positive role in root canal treatment. Many studies have been developed by researchers to make kaffir lime leaf extract solution and Malang apple vinegar solution as standardized herbal medicines from Indonesia to phytopharmaceuticals. One of the tests that must be done is antioxidant testing because the two natural herbal ingredients are found antioxidant compounds in the form of phenols and flavonoids in phytochemical and GCMS tests. Objective: This study aims to see the differences in antioxidant activity and levels in kaffir lime leaf extract solution and Malang apple vinegar solution at various concentrations. Methods: This research is a laboratory experiment with DPPH method. Test samples in the form of 10%, 5%, and 2.5% kaffir lime leaf extract solution and Malang apple vinegar solution were made in serial concentrations by dilution. Antioxidant activity test was conducted by looking at the color change in the solution, from purple to yellow color if there is antioxidant activity in the test solution. Furthermore, the antioxidant content was measured by looking at the absorbance level using UV/VIS Spectrophotometer with a wavelength of 517 nm and then repeated 3 times. After that, the percentage of inhibition was calculated and the IC50 value of antioxidant was obtained. Then, the difference in antioxidant levels between the two was carried out Independent T-Test statistical test. Results: There is antioxidant activity in kaffir lime leaf extract solution and Malang apple vinegar solution. Kaffir lime leaf extract solution can be detected with 0.1% concentration mother liquor with antioxidant levels of 347.691 µg/ml and Malang apple vinegar solution can be detected with 5% and 2.5% mother liquor with antioxidant levels of 8375.25 µg/ml and 8021.162 µg/ml. Both have statistically different antioxidant levels. Conclusion: There are differences in antioxidant levels in kaffir lime leaf extract solution and Malang apple vinegar solution with various concentrations. Kaffir lime leaf extract solution is effective against free radicals at a concentration of about 0.03%, while Malang apple vinegar solution is effective at a concentration of about 0.8%."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zhu, Hanhua
"Drawing on years of practical on-site experience, this book presents a new method for controlling "bridge-head bumping" in soft soil ground. Based on deformation compatibility and control theory of structure, it proposes strategies for improving the design method of soft soil ground and the effective "bridge-head bumping" control method. Soft soil ground is chiefly characterized by a large void ratio, high compressibility, high water content, low impermeability, low strength, strong structure and high sensitivity. As a result, it has pronounced rheological properties, and controlling "bridge-head bumping" in soft soil ground is essential to control the amount of soil rheology-induced unstable successive settlement. The book offers extensive information on this and related topics, making it a valuable guide for engineers in Civil Engineering and Geotechnical Engineering alike."
Singapore: Springer Singapore, 2019
e20501139
eBooks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>