Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 30 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pasaribu, Asrul Hamonangan
Abstrak :
ABSTRAK
Berdasarkan kegiatan Global Fund, 17 Kabupaten dari 33 Kabupaten / Kota di Provinsi Sumatera Utara adalah daerah endemis malaria. Dari tahun 2011 ? 2013, AMI menurun dari 12,19? menjadi 7,80? dan API meningkat dari 0,90? menjadi 1,27? serta SPR meningkat dari 9,28% menjadi 20,62%. Setiap Kabupaten masalah lingkungan dan prioritas berbeda, geografis yang mempengaruhi kesehatan, pengaruh yang berkaitan dengan perilaku hidup bersih dan sehat, pengaruh lingkungan dan akses terhadap pelayanan kesehatan

Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan lingkungan fisik rumah dengan kejadian malaria dengan desain studi cross sectional. Sumber data sekunder Riskesdas 2013. Populasi penelitian adalah seluruh penderita malaria yang terdiagnosis satu tahun terakhir.

Prevalensi malaria di Sumatera Utara adalah 2,0%. Variabel yang berhubungan dengan kejadian malaria adalah plafon rumah (p=0,025), dinding rumah (p=0,042), lantai rumah (p=0,014) dan ventilasi menggunakan kasa nyamuk (p=0,005). POR lingkungan fisik rumah dengan kejadian malaria setelah dikontrol confounder adalah 1,172 plafon / langit ? langit rumah, 0,997 dinding rumah, 1,357 lantai rumah dan 1,975 ventilasi menggunakan kasa nyamuk.

Kesimpulan lingkungan fisik rumah berpengaruh dengan kejadian malaria. Oleh sebab itu, disarankan rumah masyarakat berkontruksi permanen yang memiliki plafon rumah serta ventilasi menggunakan kasa nyamuk
ABSTRACT
Based on the Global Fund data, 17 out of 33 districts in North Sumatra Province are malaria endemic. From 2011 to 2013, there is a decreasing Annual Malaria Incidence from 12.19 ? to 7.80 ? and the Annual Parasite Incidence is increased from 0.90 ? to 1.27 ?. While the Slide Positivity Rate is increased from 9.28% to 20.62%. Each district has difference in environmental problem and priorities, geographical influence in health, and also health problems which related to population's behaviors according to a healthy and sanitary and access to the health services.

The purpose of this study is to determine association between the physical home environment and the prevention behavior of malaria incidents, using cross sectional study. Data from the Riskesdas 2013 which are analyzed due to the purpose of the research. Population of the study was all malaria incidents who were diagnosed last year.

The prevalence of malaria in North Sumatra was 2.0%. Variables with significant correlation with incidents of malaria is the ceilings (p=0.025), walls (p=0.042), floors (p=0.014) and ventilations with a mosquito net (p=0.005). POR of physical home environment and malaria incidence after controlled by the confounders was 1.196 for ceiling, 1.025 for walls, 1.365 for floors and 1.975 for ventilation using mosquito netting.

his study concluded that the physical home environment affecting the malaria incidents. Community should build permanent houses with ceiling and ventilations equipped with mosquto net.
2016
T45771
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Sandra Yossi
Abstrak :
ABSTRAK
Semakin meningkatnya jumlah industri dan transportasi di Kotamadya Jakarta Timur menyebabkan tingginya risiko pencemaran udara akibat limbah SO2 dan TSP yang dihasilkan dan berdampak terhadap kesehatan terutama gangguan saluran pernapasan. Pencemaran udara dan kejadian ISPA di Kotamadya Jakarta Timur dipengaruhi oleh lingkungan fisik seperti suhu, kelembaban, dan curah hujan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan SO2, TSP, dan lingkungan fisik terhadap kejadian ISPA serta hubungan lingkungan fisik terhadap konsentrasi SO2 dan TSP pada penduduk Kotamadya Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi menurut waktu dan dianalisis menggunakan uji korelasi. Hasil penelitian dengan α=10% dan 5% menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat konsentrasi SO2 (p=0,005), TSP (p=0,013), kelembaban minimum (p=0,059), dan curah hujan (p=0,057) dengan kejadian ISPA. Hasil lain menunjukkan konsentrasi SO2 memiliki hubungan yang signifikan dengan suhu (p=0,036), kelembaban maksimum (p=0,026), curah hujan (p=0,025) dan juga TSP menunjukkan hubungan yang signifikan dengan suhu (p=0,039) dan kelembaban maksimum (p=0,093). Kesimpulan dari penelitian ini adalah konsentrasi SO2, TSP, dan lingkungan fisik mempengaruhi kejadian ISPA.
ABSTRACT
The increasing number of industrial and transportation in the East Jakarta district resulted in increased risk or air pollution caused by waste produced SO2 and TSP. This air pollution impacts on health, especially respiratory disorders. Air pollution and ARI occurrence in the East Jakarta municipality is influenced by the physical environment such as temperature, humidity, and rainfall. The purpose of this study is to indicate the correlation of SO2, TSP, and physical environment on the incidence of ARI and the relationship of physical environment on the concentration of SO2 and TSP in the East Jakarta. This study uses ecological study design according to time and analyzed using a correlation test. The results using α=10% and 5% showed significant related between the concentration of SO2 (p=0,005), TSP (p=0,013), minimum humidity (p=0,059), and rainfall (p=0,057) with ARI disease. Other results showed the concentrations of SO2 had significant related to the temperature (p=0,036), maximum humidity (p=0,026), rainfall (p=0,025), and the concentration of TSP had significant related to the temperature (p=0,039) and maximum humidity (p=0,093). The conclusion of this research is the concentrations of SO2, TSP, and physical environment affect the ARI disease.
2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wedmaerti
Abstrak :
ABSTRAK
Semakin meningkatnya jumlah penduduk dan arus urbanisasi di kota Jakarta menyebabkan semakin besarnya kebutuhan lahan untuk perumahan dan permukiman. Sementara itu jumlah lahan yang tersedia semakin terbatas dengan harga yang semakin tinggi. Untuk mengatasi persoalan tersebut maka pemerintah menggalakkan pembangunan hunian vertikal seperti rumah susun. Pembangunan rumah susun sederhana sewa rusunawa khususnya untuk masyarakat berpenghasilan rendah MBR merupakan salah satu kebijakan penyediaan perumahan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pembangunan rusunawa diharapkan dapat meningkatkan kualitas permukiman, pengurangan kawasan kumuh perkotaan dan menyediakan permukiman yang layak bagi masyarakat. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh kondisi lingkungan fisik Rusunawa Jatinegara Barat dan perilaku penghuni terhadap kesehatan. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode Cross-sectional. Data primer diperoleh dari penyebaran angket yang dibagikan kepada 225 keluarga yang tinggal di Rusunawa Jatinegara Barat. Pemilihan responden dilakukan secara proportional random sampling. Variabel-variabel yang di teliti meliputi kondisi lingkungan fisik dan perilaku penghuni variabel bebas dan kesehatan penghuni variabel terikat. Pengolahan data menggunakan program statistik. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat peningkatan kesehatan penghuni Rusunawa Jatinegara Barat.
ABSTRACT
The increasing of population and urbanization flows in the Jakarta city led to an increased demand for housing and residential land. Meanwhile, the amount of available land limited by the higher prices. To overcome these problems, the government encourage the development of vertical housing such as flats. The construction of Rusunawa, particularly for low income communities MBR is one of the housing program implemented by Jakarta Provincial Government. The goal of development is to improve the quality of rental public housing, reduction of urban slums and provide decent housing for resident. The aim of this research is to analyze the influence of the physical environment and people behaviour towards the health of Rusunawa West Jatinegara residents. This study uses a quantitative approach with cross sectional method. Primary data were collected using a questionnaire distributed to 225 families living in Rusunawa Jatinegara Barat. The selection of respondents were proportional random sampling. The variables researched include the physical environment and people behaviour the independent variable and the health of the of residents the dependent variable. Data processing using statistical program. The results showed no improvement in public health degree of the residents in Rusunawa Jatinegara Barat.
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2018
T50569
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ina Nurhidayati
Abstrak :
Penyakit Asma merupakan penyakit inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang ditandai adanya mengi episodik, batuk dan rasa sesak di dada akibat penyumbatan saluran napas, termasuk dalam kelompok penyakit saluran pernapasan kronik. Asma disebabkan oleh peradangan jalan napas di paru-paru, yang mengakibatkan hipersensitivitas sehingga mudah terjadi iritasi. Pada saat terjadi, saluran udara menyempit dan mengakibatkan berkurangnya udara yang masuk dan keluar paru-paru. Menurut Departemen Kesehatan di Indonesia pravelensi asma merupakan 10 besar penyebab kesakitan dan kematian, diperkirakan 2-5% dari seluruh penduduk Indonesia, artinya ada 12,5 juta pasien asma di indonesia. Lingkungan indoor atau lingkungan dalam ruangan atau rumah mampu memberikan kontribusi faktor pencetus serangan asma lebih besar dibandingkan lingkungan outdoor atau luar ruangan. Faktor lingkungan dalam rumah yang dapat mempengaruhi serangan asma bisa berupa kondisi lingkungan fisik rumah dan perilaku dari keluarga penderita asma. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi kesehatan lingkungan fisik rumah dengan kasus asma akut di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur dengan studi kasus di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan. Metode penelitian ini menggunakan desain studi kasus kontrol dengan perbandingan 1 : 1 dimana besar sampel yaitu 44 penderita asma akut sebagai kasus dan 44 untuk kontrol. Hasil penelitian didapatkan kondisi kesehatan lingkungan fisik rumah : jenis lantai (p = 1,000; OR = 0,899), jenis dinding (p = 0,800, OR = 0,771), jenis atap (p = 1,000, OR = 1,000), ventilasi (p = 0,830, OR = 1,204), kepadatan penghuni (p = 0,829, OR = 1,207), suhu (p = 1,000, OR = 1,000) dan kelembaban (p = 0,644, OR = 1,379), sumber polutan dalam rumah : jenis bahan bakar yang digunakan (p = 1,000, OR = 2,023) dan penggunaan obat nyamuk bakar (p = 1,000, OR = 0,651) serta zat iritan (Asap rokok) (p = 0,663, OR = 1,330). Karakteristik individu, terkait umur (p = 0,352, OR = 2,222) tidak memiliki hubungan dengan kasus asma akut. Sedangkan jenis kelamin p = 0,002, OR = 0,203 dan riwayat genetik p = 0,000, OR = 47,095. memiliki hubungan dengan kasus asma akut di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur tahun 2012. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan variabel yang berhubungan dengan kasus asma akut di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur tahun 2012 adalah jenis kelamin dan riwayat genetik. Dapat disarankan agar Upaya kesehatan promotif dan preventif terutama ditujukan untuk peningkatan upaya pembinaan dan penyuluhan tentang penyehatan pemukiman rumah sehat/sanitasi rumah dan peningkatan pengetahuan serta informasi kepada masyarakat terutama untuk pengendalian penyakit asma akut. ......Asthma is an inflammatory disease (inflammation) chronic airways characterized by episodic wheezing, coughing and tightness in the chest due to airway obstruction, belongs to a group of chronic respiratory disease. Asthma is caused by inflammation of the airways in the lungs, resulting in hypersensitivity occur so easily irritated. At the event, narrowed airways and lead to less air in and out of the lungs. According to the Ministry of Health in Indonesia pravelensi asthma is a major cause of illness and 10 deaths, an estimated 2-5% of the entire population of Indonesia, means that there are 12.5 million people with asthma in Indonesia. Indoor environment or in a room or home environment can contribute to trigger asthma attacks greater than outdoor or outdoor environments. Environmental factors in the home that may affect asthma attack can be a condition of the physical environment and the behavior of families with asthma. The purpose of this study was to determine the condition of the physical environment with acute asthma cases in the area of East Jakarta Administration City with a case study on Persahabatan Hospital. This research method using a case-control study design with a ratio of 1: 1 where a large sample of 44 patients with acute asthma as cases and 44 for controls. Results, the physical home environment health conditions: type of flooring (p = 1.000; OR = 0.899), type of wall (p = 0.800, OR = 0.771), type of roof (p = 1.000, OR = 1.000), ventilation (p = 0.830 , OR = 1.204), occupant density (p = 0.829, OR = 1.207), temperature (p = 1.000, OR = 1.000) and humidity (p = 0.644, OR = 1.379), sources of pollutants in the home: the type of fuel used (p = 1.000, OR = 2.023) and the use of mosquito coils (p = 1.000, OR = 0.651) and an irritant (cigarette smoke) (p = 0.663, OR = 1.330). Individual characteristics, related to age (p = 0.352, OR = 2.222) had no connection with the case of an acute asthma. While gender p = 0.002, OR = 0.203 and p = 0.000 genetic history, OR = 47.095 has a relationship with acute asthma cases in East Jakarta Administration City area in 2012. Based on the results of the study showed that the variables associated with cases of acute asthma in East Jakarta Administration City area in 2012 were gender and genetic history. Can be suggested that health promotion and prevention efforts primarily aimed at improving the coaching and counseling efforts on restructuring settlement healthy home / home sanitation and improvement of knowledge and information to the public, especially for the control of acute asthma.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S46984
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pipit Ratnasari
Abstrak :
Pneumonia merupakan penyebab kedua kematian setelah diare, terutama pada balita. Selama beberapa tahun terakhir prevalensi pneumonia balita di Jawa Timur mengalami peningkatan dari 1,06% menjadi 4,2% pada 2013. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor lingkungan fisik rumah dan faktor lain diantaranya faktor karakteristik balita dan faktor sosial ekonomi, yang diduga berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita di Jawa Timur tahun 2012. Data penelitian merupakan data sekunder hasil Survei Demografi dan Kesehatan Nasional (SDKI) tahun 2012. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, dengan jumlah sampel sebanyak 2.058 balita umur 0 ? 59 bulan. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat menggunakan metode Chi Square. Hasil penelitian ini tidak dapat membuktikan adanya hubungan antara faktor lingkungan fisik rumah maupun faktor lainnya dengan kejadian pneumonia pada balita. ...... Pneumonia is the second leading cause of death after diarrhea in Indonesia, especially in children under five years old. Over the past few years the prevalence of pneumonia in children under five years old in East Java increased from 1,06% to 4,2% in 2013. The purpose of this study was to analyze the physical and environmental factors of houses and other factors such as children characteristic factors and socio economic factors. This research used secondary data from the National Demographic and Health Survey (IDHS) in 2012. This research used cross-sectional design study, with 2.058 total sample of children aged 0-59 months. Data was analyzed using univariate and bivariate analysis using Chi Square method. This research could not prove an association between physical environmental factors of house and other factors with the prevalence of pneumonia in children under five years.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S65360
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
I Wayan Patera
Abstrak :
Latar Belakang


Agama merupakan suatu fenomena sosial yang dapat diamati dalam kebidupan manusia. Bagi para penganutnya, agama bersifat normatif sebagai sumber informasi yang memberikan arah pola prilaku serta corak kebudayaan dan masyarakatnya. Dapat pula terjadi, agama dijadikannya sebagai inti dari model-model psngetahuan yang dimiliki manusia sebagai makbluk sosial, untuk memahami dan menginterpretasi lingkungan yang dibadapi dan mendorong kelakuan serta terciptanya hasil kelakuan (suparlan, 1982:81).

Agar dapat menyentuh kenyataan social dalam kehidupan manusia, agama yang bersifat normatif, didukung oleh berbagai bentuk simbolik dan pranata-pranata sosial. Agama memperlibatkan dirinya dalam berbagai bentuk nilai - nilai sosial, yang memberikan kerangka kepada manusia dalam memahami dan melibat realitas yang dihadapi dan secara etis menentukan ukuran baik dan jelek (Geertz, 1982:9).

Dalam suatu kenyataan sosial, agama dapat diamati dalam bentuk kelakuan dan hasil kelakuan yaitu benda- benda kebudayaan, sebagai peogejewantahan dari sistem makna dan nilai yang dianut dalam menginterpretasi lingkungan yang dibadapi. Agama dalam bentuk kelakuan yaitu berupa tindakan keagamaan dan upacara-upacara keagamaan, yang muncul didasarkan atas pengaruh konsepsi ajaran agamanya. Sedangkan dalam aspek hasil kelakuan, berupa banda-benda hasil dari kebudayaan seperti Mesjid, Gereja, Pura, Arca-Arca dan lain sebagainya merupakan model untuk menggambarkan konsepsi ajaran agamanya.

Padmasana yang dibicarakan dalam tulisan ini, merupakan salah satu aspek pantulan dan perwujudan dari agama Hindu dalam kehidupan sosial umatnya. Dalam bentuk bangunan arsitektur yang dapat kita amati, padmasana tentunya memiliki latar belakang konsepsi ajaran yang melandasinya sebagai aspirasi dan tujuan dari pendukungnya yang hidup dalam masa dan lingkungan tertentu (Brown, 1971:1, Herberger, 1989:22).

Untuk memahami makna yang terkandung dalam suatu hasil kebudayaan, seperti balnya Padmasana, diperlukan pemahaman terbadap konsepsi yang melandasinya, seperti diungkapkan Dawson yang dikutip Zoetmulder berikut ini ;

"Agama adalah kunci sejarah, kita tidak dapat memahami masyarakat tanpa mengerti agamanya. Kita tidak dapat memabami hasil-hasil budayanya tanpa mengerti kepercayaan agama yang menjadi latar belakangnya. Dalam semua jaman, hasil utama budaya didasarkan pada gagasan keagamaan dan diabadikan untuk tujuan agama" (Zoetmulder,1965:327).
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darwel
Abstrak :
TB paru masih menjadi masalah kesehatan utama di dunia termasuk di Indonesia sebagai salah satu negara dengan prevalensi TB paru yang tinggi. Menurut hasil Riskesdas 2007 prevalensi TB paru di Indonesia sebesar 400/100.000 penduduk sedangkan hasil Riskesdas 2010 sebesar 725/100.000 penduduk begitupun di Sumatera. Selain adanya sumber penular, kejadian TB paru juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan rumah (ventilasi, pencahayaan, lantai serta kepadatan hunian rumah). Rendahnya persentase rumah sehat diduga ikut memperbesar penularan TB paru di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hubungan kondisi lingkungan fisik rumah dengan kejadian TB paru di Sumatera berbeda berdasarkan faktor umur, jenis kelamin dan daerah tempat tinggal. Penelitian ini menggunakan disain studi potong lintang dengan sampel penelitian penduduk yang berumur diatas 15 tahun di Sumatera yang berjumlah 38.419 responden. Penderita TB paru didapatkan berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan melalui pemeriksaan dahak atau rongten paru. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa faktor lingkungan fisik rumah yang berisiko terhadap kejadian TB paru di Sumatera adalah ventilasi rumah PR 1,314 (90% CI:1,034-1,670), pencahayaan PR 1,564 (90% CI:1,223-2,000) dan kepadatan hunian PR 1,029 (90% CI:0,798-1,327). Dari model akhir didapatkan bahwa hubungan lingkungan fisik rumah dengan kejadian TB paru di Sumatera berbeda signifikan berdasarkan faktor umur dan jenis kelamin.
Pulmonary tuberculosis is still a major health problem in the world, including in Indonesia as a country with a high prevalence of pulmonary tuberculosis. According to the basic medical research in 2007 obtained prevalence of pulmonary tuberculosis in Indonesia for 400/100.000 population while the results in 2010 for 725/100.000 population as did the population in Sumatera. In addition to the transmitting source, the occurence of pulmonary tuberculosis is also influenced by house environmental factors (ventilation, lighting, flooring and density of residential houses). The low percentage of healthy homes contribute to the transmission of suspected pulmonary tuberculosis in Indonesia. The purpose of this study was to determine whether the association of physical environmental conditions of the house with the occurence of pulmonary tuberculosis different by factors age, sex and area of residence in Sumatera. This study uses a cross-sectional study design with a sample of the study population over the age of 15 years in Sumatera, which amounted to 38,419 respondents. Patients with pulmonary tuberculosis diagnosis obtained by health professionals through the examination of sputum or lung rongten. From the research found that the factor of the physical environment the home is at risk on the occurence of pulmonary tuberculosis in Sumatera is ventilated house PR 1.314 (90% CI :1.034,1.670), lighting PR 1.564 (90% CI :1.223,2.000) and the density of residential PR 1.029 (90% CI :0.798,1.327). From the final model was found that the relationship of the physical environment house with pulmonary tuberculosis occurence in Sumatera different significantly by age and gender.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2012
T30431
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anom Kurnia Nugraha
Abstrak :
Kota adalah sebuah wadah hidup manusia, yang memiliki identitas yang berbeda antara satu dengan lainnya. Identitas kota dibentuk oleh ruang yang ada di dalamnya. Setiap ruang akan memberikan identitasnya sehingga terbentuk satu kesatuan identitas kota. Ada ruang yang tidak dapat memberikan identitasnya kepada kota. Ruang ini disebut sebagai ruang negatif kota. Ada tidaknya elemen yang membentuk lingkungan fisik kota akan menentukan terbentuknya identitas ruang. Interaksi antar elemen pun sangat mempengaruhi terbentuknya identitas ruang oleh karena itu, terbenmknya ruang negatif tidak terlepas dari elemen yang membentuk lingkungan fisik kota dimana ruang tersebut berada.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S47890
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anida Hanifah
Abstrak :
ABSTRAK
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di dunia, khususnya negara beriklim tropis seperti Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. DBD dapat melemahkan daya tahan tubuh dalam waktu yang relatif singkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor lingkungan fisik (kepadatan jentik, tempat perindukan nyamuk, tempat peristirahatan nyamuk, ventilasi, pencahayaan rumah, kelembaban rumah) dan karakteristik individu (pengetahuan, pemeriksaan jentik berkala, kebiasaan menguras tempat penampungan air, kebiasaan mencegah gigitan nyamuk, dan pemberantasan jentik nyamuk) dengan kejadian DBD pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kranggan dan Serpong 1 Tangerang Selatan Tahun 2015. Penelitian ini menggunakan desain studi kasus kontrol dengan menggunakan data primer dan sampel sebanyak 100 orang yang terdiri dari 50 sampel kasus dan 50 sampel kontrol
ABSTRACT
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a public health problem globally, especially in tropical countries like Indonesia. The disease is caused by a virus and is transmitted by the bite of Aedes aegypti mosquito. DHF weakens human immune system in a relatively short time. This study aims to investigate the relationship between physical environmental factors (density of larvae, breeding places, the resting place of mosquitoes, ventilation, home lighting, and humidity) and individual characteristics (knowledge, periodic larvae survey, depleting water reservoirs habits, preventing mosquito bites habits and eradication of mosquito larvae) with the incidence of dengue in the community in Puskesmas Kranggan and South Tangerang Serpong 1 in the year 2016. This study used a case-control study design using primary data and a sample of 100 people consisting of 50 sample cases and 50 control samples.Results of bivariate analysis showed that the variables that have a significant association with the incidence of dengue are mosquito breeding sites (5.25; 2.05- 13,4), home lighting intensity (3.40;1,40-8,28), and humidity home (3,14;1,10-8,94). The factor that has the most dominant association with incidence of DHF is the presence of mosquito breeding places.
2016
S64654
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>