Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Boston, MA: Harvard Business School Press, 2000
658.408 HAR
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Turan
"ABSTRAK
Penelitian ini bertolak dari pemikiran bahwa bentuk pengelolaan Satuan Pengamanan dapat terpola secara terorganisasi dan berada di dalam struktur ataupun dapat pula terpola di luar struktur organisasi suatu organisasi perusahaan. Namun kemudian, lingkup dan sifat pengelolaan perusahaan yang otonom yang ditentukan oleh keinginan, kepentingan dan kebutuhan perusahaan sangat mempengaruhi pola pengelolaan dan penggunaan Satpam. Hal ini karena fungsi pengamanan yang diwadahi dalam organisasi perusahaan ditentukan oleh visi, interprestasi serta pemahaman fihak pengelola terhadap masalah keamanan, penggunaan sumber-sumber serta cara pengelolaan yang dipilih.
Permasalahan yang pertama dalam penelitian ini adalah mengenali dan memahami sejauh mana pengaruh pola dan dinamika organisasi perusahaan terhadap fungsi-fungsi pengamanan. Kemudian, masyarakat juga turut membentuk pola penyelenggaraan yang kini diterapkan. Minat, sikap dan pendapat masyarakat turut berperan dalam membentuk pola pengelolaan Satuan Pengamanan, Permasalahan yang kedua adalah dalam penelitian ini adalah bagaimana sikap dan pendapat masyarakat yang menjadi target pengamanan atas pola pengelolaan Satuan Pengamanan yang diterapkan. Permasalahan yang ketiga adalah berhubungan dengan keterkaitan antara penyelenggaraan pengamanan swakarsa, dalam hal ini penyelenggaraan Satuan Pengamanan dengan peran-peran aparat negara dalam pelaksanaan fungsi pemolisian. Permasalahan yang ketiga ini mencakup bagaimana pola hubungan kerja antara pengelola Satuan Pengamanan dengan pihak-pihak terkait.
Penelitian ini pada dasarnya merupakan penelitian kualitatif. Namun demikian, data tertentu diliput dengan kuesioner. Analisis atas data yang dihimpun dengan kuesioner diolah secara manual dan dianalisis pada tingkat analisis persentase. Data mengenai perilaku manajemen dihimpun dengan metoda observasi dan wawancara tidak berstruktur.
Penelitian ini mengungkapkan bahwa dalam suatu gabungan usaha atau corporate group seperti PT. Jaya Real Property, pengelolaan keamanan tidak terwadahi dengan benar. Kemudian, terdapat kecenderungan bahwa fungsi pengamanan lebih diarahkan untuk pengamanan objek-objek yang menjadi milik perusahaan seperti apartemen-apartemen, pertokoan/ swalayanlplaza, lingkungan perkantoran dan perhotelan sebagai hasil produksinya. Terdapat pula kecenderungan mereduksi fungsi pengamanan yang kemudian hanya diarahkan untuk pengaturan keamanan, ketertiban serta kelancaran lalu lintas. Hal ini nampaknya dilakukan oleh manajemen perusahaan dalam rangka menjaga citra hunian demi kepentingan bisnis perusahaan. Kecenderungan bahwa penetapan dan penekanan kebijakan pengamanan terhadap public area kurang mencerminkan konsepsi pengamanan terpadu.
Selanjutnya ditemukan bahwa lingkup dan kewenangan koordinator keamanan masih bersifat terbatas, hanya meliputi pengelolaan dan pembinaan sumber daya manusia, pengelolaan sarana dan prasarana keamanan serta prosedur keamanan. Pendidikan dan pelatihan untuk peningkatan mutu Satpam yang diperlukan tidak atau belum terprogramkan secara jelas.
Pengelolaan keamanan dan pendayagunaan Satuan Pengamanan di lingkungan PT. Jaya Real Property, pada hakekatnya bersifat non struktural. Manajemen PT. Jaya Real Property menempatkan pengelolaan keamanan di kawasan Taman Bintaro Jaya berada di luar struktur organisasi PT. Jaya Real Property. Kebijakan manajemen PT_ Jaya Real Property ditandai dengan fungsi dari departemen atau organisasi yang dibebani tugas keamanan di PT. Jaya Real Property tersebut, tidak berkemampuan untuk menjalankan fungsi keamanan karena keterbatasan kewenangannya. Pola pengamanan yang non struktural ini telah menimbulkan in-efisiensi, kurang berkembangnya manajemen keamanan, serta sulitnya mengerahkan potensi perusahaan bilamana diperlukan untuk pengerahan dan penggerakan mendadak.
Masyarakat juga turut membentuk pola penyelenggaraan yang kini diterapkan. Artinya, sikap dan pendapat masyarakat turut berperan dalam membentuk pola pengelolaan Satuan Pengamanan. Ditemukan bahwa sikap dan pendapat masyarakat (yang menjadi target pengamanan) atas pola pengelolaan Satuan Pengamanan telah mempengaruhi bentukbentuk pengelolaan Satuan Pengamanan.
Dalam rangka peningkatan layanan kwalitas pengamanan untuk warga tidak terdapat realisasi kebijaksanaan perusahaan yang bertujuan untuk tetap memperhatikan kebutuhan pelanggan akan keamanan lingkungan. Sehingga telah menimbulkan tuntutan terbuka dari warga dan dari pelanggan terhadap inkonsistensi mutu pelayanan keamanan.
Hubungan antara pengelolaan keamanan dan pendayagunaan Satpam dengan fihak pelanggan atau konsumennya (para penghuni kawasan sektor-sektor, proyek-proyek pengembangan baru dan para pengusaha) ditandai dengan masih rendahnya pemahaman dan pendalaman kedua belah pihak akan pentingnya komunikasi dan tukar-menukar informasi.
Terdapat keterkaitan yang sangat erat antara pola penyelenggaraan pengamanan swakarsa, dalam hal ini penyelenggaraan Satuan Pengamanan dengan partai-partai aparat negara dalam pelaksanaan fungsi pemolisian. Pola hubungan kerja antara pengelola Satuan Pengamanan di lingkungan pemukiman Bintaro dengan pihak-pihak terkait lainnya, seperti dengan satuan Marinir dan Kodam masih ditandai dengan ketidak-jelasan hubungan kerja. Hubungan-hubungan kerja tersebut cenderung berubah-ubah sesuai tuntutan keadaan. Akibatnya adalah timbulnya sejumlah kesalahfahaman tatkala mengatasi kerusuhan yang terjadi pada bulan Mei 1998 lalu.
Disarankan agar Polri memantapkan fungsi pembinaan Satpam ini. Di antaranya adalah memberikan bobot keberlakuan secara sosiologis dan psikologis, agar para pengelolalpengguna Satpam merasakan bahwa pembinaan Polri itu juga sebagai suatu kebutuhannya sendiri. Upaya berlanjut, sistematis dan metodis untuk mengenali dan memahami lebih obyektif dan realistis tentang bagaimana dan sejauhmana tuntutan kebutuhan akan keamanan serta pengelolaan/penggunaan Satpam yang berkembang di masyarakat, sehingga jabaran dan penerapan program pembinaan Satpam seperti yang ditugasi oleh Undang-Undang No. 28 tahun 1997 itu tidak hanya terbatas dan sebatas pada perumusan prinsip-prinsip umum pembinaan saja, akan tetapi secara lebih spesifik mencakup operasionalisasi pembinaan Satpam. Pendayagunaan Satuan Pengamanan memberikan penelusuran yang lebih jauh, sebagai upaya meningkatkan mutu pengamanan swakarsa di lingkungan pemukimanpemukiman dan kawasan terpadu dengan mengintegrasikan koordinator pengamanan dalam suatu manajemen kawasan masyarakat swakarsa, dipandang perlu untuk memahami dan mengenali pola-pola pengamanan yang cenderung bersifat spesifik dengan memahami sikap dan pandangan dari obyek dan subyek yang akan dibina. Sebab, pengelolaan sistim pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat swakarsa, sangat mengandalkan pemahaman dan pengenalan atas pola pengamanan keamanan yang berlangsung di masyarakatt. Kemudian, dalam hubungan-hubungan kerja dengan instansi terkait, khususnya di dalam rangka memelihara hubungan antara manajemen kawasan pemukiman dengan pihak-pihak terkait maka perlu dibentuk "Consultative Group" dan "Traffic Board" Pola kemitraan ini secara khusus akan bermanfaat untuk menangani kasus-kasus kejahatan ataupun penanggulangan kasus-kasus laka lintas."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monica Handojo
"ABSTRAK
Selama ini, pemsahaan yang bergerak di bidang network marketing seringkali
disalah mengerti oleh masyarakat nada umumnya sebagai usaha penipuan belaka
Mereka cenderung tidak percaya nada sistem semacam ini. sehingga banyak
perusahaan yang melakukan sistem ini dengan penuh, rapi tidak menjanjikan
ketentuan dengan cepat tidak diminati orang, dan sebaliknya yang tampaknya
menarik tetapi menipu justru Iebih banyak diminati orang, Perusahaan X adalah
Salah satu perusahaan yang memakai sistem network marketing sebagai sistem
pemasarannya. Agar tidak menimbulkan persepsi negatif yang secara umum limbul.
maka kira akan melihat seperti apakah sistetn network nmrkeling yang bnik im, dan
apakah perusahaan yang dijadikan sebagai contoh kasus ini telah cukup memenuhi
kriterin - kriteria tersebut.
Network Marketing sendiri adalah suatu jenis atau cara pemasaran yang sah
untuk menjual barang ataupun jasa, di mana perusahaan menggunakan tenaga
penjualan yang disebut ?Perwakilan Independen? atau ?Distributor?, yang membeli
barang Secara borongan, menjualnya secara eceran kepada konsumennya, dan
mensponsori orang lain untuk melakukan hal yang sama.

Adapun analisis dilakukan pada herdasarkam beberapa kdleria, yaitn 1 produk
yang diperdagangkan apakah produk lmerupakan syarat pelengkap saja atau
tidak. apakah produk memiliki daya jual yang tinggi. konsistensi pengcmbangan
produk, pemberian garansi dan layanan purna jual konsistensi perusahaan dalam
memberikan pelatihan yang teratur.
PT. X yang dijadikan sebagai studi kasus adalah salah satu perusahaan yang
bergerak di bidang penjualan barang - barang mode. Awalnya, perusahaan ini
menjual tas dan dompet untuk wanita, dun pada katalog terakhir yang
dikeluarkannya. ini masih ditambah lagi clengam sepatu unluk wanita dan parflun
batik untuk pria maupun wanita, Serta jam tangan untuk pria dan watnita. Sekarang ini bahkan perusahaan Sedang mengembangkan disain tas untuk anak - anak. Melalui analisis yang dilakukam akan dibuktikan apakah perusahaan memenuhi kriteria
sebagai perusahaan yang sehat."
2000
S49902
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lintang Putri Enggaringtyas
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh komitmen antikorupsi terhadap kinerja pengelolaan lingkungan perusahaan dan moderasi independensi dewan terhadap komitmen antikorupsi ke kinerja pengelolaan lingkungan perusahaan. Negara-negara Asia Tenggara diperkirakan akan menghadapi risiko iklim yang lebih tinggi dibandingkan negara lain pada tahun 2050. Korupsi, terutama dalam eksploitasi sumber daya, memperburuk kerusakan lingkungan dan menghambat pembangunan berkelanjutan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan terdaftar di Bursa Saham negara Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina dan Thailand dengan periode 2017-2022. Diperoleh sampel akhir sebanyak 108 perusahaan yang akan diuji dengan regresi data panel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komitmen antikorupsi berpengaruh positif terhadap kinerja pengelolaan lingkungan perusahaan. Oleh karena itu, dapat diartikan bahwa komitmen antikorupsi telah menjadi bagian penting dalam meningkatkan kinerja pengelolaan lingkungan perusahaan. Namun, independensi dewan tidak secara signifikan memoderasi hubungan ini, kemungkinan karena perlindungan yang lemah terhadap dewan dan kurangnya kompetensi profesional dewan independen terkait dengan operasional perusahaan. Temuan ini menekankan perlunya langkah-langkah antikorupsi yang kuat dan peningkatan kompetensi dewan untuk meningkatkan praktik lingkungan berkelanjutan pada perusahaan di kawasan ASEAN-5.

This study aims to examine the impact of anti-corruption commitment on corporate environmental management performance and the moderating role of board of directors’ independence on the relationship between anti-corruption commitment and corporate environmental management performance. Southeast Asian countries are expected to face higher climate risks compared to other countries by 2050. Corruption, particularly in resource exploitation, exacerbates environmental damage and hinders sustainable development. The sample used in this study consists of companies listed on the stock exchanges of Indonesia, Malaysia, Singapore, the Philippines, and Thailand for the period 2017-2022. A final sample of 108 companies will be tested using panel data regression. The results of the study indicate that anti-corruption commitment has a positive effect on corporate environmental management performance. Therefore, it can be interpreted that anti-corruption commitment has become an important part of improving corporate environmental management performance. However, board of directors’ independence does not significantly moderate this relationship, possibly due to weak board protection and the lack of professional competence of independent directors related to company operations. These findings highlight the need for strong anti-corruption measures and the enhancement of board competence to improve sustainable environmental practices in companies within the ASEAN-5 region."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library