Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Priyadi
Abstrak :
Tugas Akhir ini membahas mengenai Link Budget Base Station Telkom Flexi Cianjur dan sekitarnya menggunakan model propagasi Okumura-Rata. Model Okumura Hata ini digunakan untuk menghitung jarak jangkauan maksimum dari base station. Da/am Tugas Akhir ini juga dibahas mengenai sistem komunikasi CDMA yang digunakan oleh Base Station Telkom Flexi Cianjur dan sekitarnya, permasalahannya serta beberapa model propagasi untuk menghitung rugi propagasi. Perencanaan link budget dilakukan untuk forward link dan reverse link dan diperoleh rugi propagasi maksimum yang diperbolehkan dari link budget tersebut. Jarak maksimum jangkauan base station dan mobile station dihilung dari rugi propagasi maksimum yang diperbolehkan. Hasil perhitungan jarak maksimum dengan mengunakan model propagasi Okumura-Hata dibandingkan dengan jarak maksimum yang diperoleh dari data drive test P7. Telkom Indonesia. Perbedaan jarak jangkauannya antara basil perhitungan dengan basil drive test untuk base station Cianjur dan sekitarnya berbeda 0,77% sampai 34,64%, dengan rata-rata 11,7%. Selisih penerimaan kuat sinyal mobile station di Cianjur dan sekilarnya menggunakan model propagasi Okumura-Hata berkisar 5,91 dBm sampai 10,09 dBm dun standar deviasinya antara 3,87 dBm sampai 5,89 dBm dengan data dari drive test PT. Telkom Indonesia.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tinno Daya Prawira
Abstrak :
Komunikasi Satelit adalah suatu sistem komunikasi dengan media transmisinya menggunakan satelit, yang berfungsi sebagai repeater tunggal. Letak satelit yang jauh dan terbatasnya alokasi frekuensi mengakibatkan dibuatkannya perbedaan arah rambatan gelombang radio (polarisasi) menjadi dua polarisasi yaitu polarisasi horizontal dan polarisasi vertikal. Perbedaan polariasi akan mengakibatkan terjadinya Cross Polarization Interference (CPI) / crosspol yang berdampak terjadinya penurunan kualitas transmisi, maka tes crosspol merupakan salah satu solusinya. Satelit melakukan pergerakan terhadap posisi bumi tetapi masih di daerah posisi opersionalnya (box keeping). Hal ini bertujuan untuk mempertahankan posisi satelit terhadap bumi yang melakukan pergerakan juga. Pergerakan satelit ini berdampak terhadap perubahan kondisi arah polarisasi, maka pergerakan satelit dibatasi sebesar 0,05°. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar dampak dari pergerakan satelit terhadap nilai crosspol, yang dapat diketahui dengan hasil perhitungan link budget. Berdasarkan hasil pengukuran crosspol dan perhitungan C/Ntotal didapati kondisi link yang pergerakan satelitnya dibatasi sebesar 0,05 dalam keadaan baik, karena nilai C/Ntotal yang fluktuatif tidak terlalu besar perubahannya.
Satellite communication is a communication system using satellite transmission media, which functions as a single repeater. Location of satellite remote and limited frequency allocation resulted in differences in the direction of propagation of radio waves (polarization) into two polarization of horizontal polarization and vertical polarization. Polariasi differences will result in Cross Polarization Interference (CPI) / crosspol which affects the transmission quality decrease, then the test crosspol is one solution. Satellite earth-movement against the position but still in the area opersionalnya position (box keeping) it aims to maintain the position of the satellite to the earthmovement as well. This satellite movement resulted in a change of polarization direction conditions, the satellite movement is restricted by 0.05 °. This essay aims to find out how big the impact of satellite movement against crosspol value, which can be determined by the calculation of link budget. Based on the results of measurements and calculations crosspol C/Ntotal found to condition the movement of satellite links is limited by 0.05 in good condition, because the value of C/Ntotal fluctuation is not too large changes.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51287
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jeremy Filbert Baskoro
Abstrak :
Indonesia merupakan negara yang luas dan memiliki penduduk yang beragam. Penduduk Indonesia memerlukan sarana komunikasi yang memadai sebagai salah satu kebutuhan hidup. Namun infrastruktur komunikasi di daerah rural masih belum memadai. Oleh karena itu, diperlukan infrastruktur pendukung agar penduduk yang berada di daerah rural dapat berkomunikasi dengan baik. Salah satunya adalah teknologi high altitude platform station (HAPS) karena teknologi ini memiliki cakupan yang luas dan kapasitas yang tinggi sehingga dapat mendukung penggunaan 5G di daerah rural. Penelitian ini akan menganalisis kelayakan persebaran HAPS sebagai international mobile telecommunication (IMT) base station dari segi power link budget, analisis frekuensi yang optimal, dan analisis interferensi dengan infrastruktur yang sudah ada di Nusa Tenggara Timur. Daerah ini dipilih karena termasuk ke dalam daerah tertinggal. Perhitungan dan analisis dalam penelitian ini menggunakan metode yang direkomendasikan International Telecommunication Union (ITU) serta memakai simulasi System Tool Kit (STK) untuk mendapatkan dan menganalisis data. Penelitian ini mengindikasikan bahwa link margin sistem dapat ditekan untuk meningkatkan toleransi HAPS ke curah hujan yang lebih tinggi dan menurunkan kekuatan antenna, menentukan estimasi jarak aman antara cakupan selular HIBS dengan cakupan selular yang sudah ada, serta menunjukkan bahwa frekuensi yang paling optimum adalah frekuensi terendah baik frekuensi HAPS maupun frekuensi akses. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dinyatakan bahwa HAPS layak untuk disebar di daerah rural Nusa Tenggara Timur. ...... Indonesia is a vast country and has considerable and diverse citizens. Indonesian citizen needs a reliable communication infrastructure to sustain daily life. However, communication infrastructure in rural areas needs to be improved. Therefore, alternative infrastructure is required to support rural area communication. One of the alternatives is high altitude platform station (HAPS) technology because this technology has a broader coverage and high capacity to support 5G in rural areas. This research will analyze the feasibility of HAPS as international mobile telecommunication (IMT) base station deployment in a rural area regarding power link budget analysis, optimum frequencies, and interference with existing infrastructure in Nusa Tenggara Timur. This region is chosen because it is classified as the least developed region. This research uses the International Telecommunication Union (ITU) recommendation method and STK simulation to get and analyze the data. This research indicates that the system link margin can be suppressed to increase HAPS tolerance to severe rain and lower the antenna gain, the separation distance estimation of the HIBS cellular coverage and the existing cellular coverage, and the most optimum frequency to be utilized is the lowest frequency both HAPS frequency and access frequency. Moreover, this research shows that HAPS is feasible to implement in rural wireless access services in Nusa Tenggara Timur.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inez Safira Aprilia
Abstrak :
Tingkat pengguna internet di Indonesia dalam layanan data semakin meningkat terutama di daerah perkotaan khususnya Kota Tua, DKI Jakarta. Salah satu solusi dari permasalahan tersebut adalah menggunakan teknologi telekomunikasi terbaru bernama Multiple Wireless Gigabit System (MGWS) pada frekuensi 60 GHz karena penggunaan spectrum frekuensi yang lebih tinggi dibandingkan saat ini. Namun, MGWS belum memiliki regulasi dalam pengelolaannya. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui regulasi dan batasan parameter yang tepat serta mengetahui penggunaan MGWS apakah sesuai digunakan di daerah perkotaan. Untuk mencapai tujuan tesebut, digunakan metode Link Budget dan Path Loss menggunakan software MATLAB. Dari perhitungan yang diperoleh, MGWS cocok digunakan pada kondisi daerah Urban Micro Line of Sight. Regulasi perizinan yang sesuai dengan MGWS adalah izin kelas dan perangkat yang mempunyai spesifikasi frekuensi 60 GHz, EIRP sebesar 40 dBm dengan jarak antar perangkat 10 m dan intensitas hujan 3 mm/jam atau klasifikasi hujan ringan...... The level of internet users in Indonesia in data services is increasing, especially in urban areas, especially Kota Tua, DKI Jakarta. One solution to this problem is to use the latest telecommunications technology called Multiple Wireless Gigabit System (MGWS) at a frequency of 60 GHz due to the use of a higher frequency spectrum than today. However, MGWS does not yet have regulations in its management. This thesis aims to determine the appropriate regulation and parameter limits and to determine whether the use of MGWS is suitable for use in urban areas. To achieve this goal, the Link Budget and Path Loss methods using MATLAB software are used. From the calculations obtained, MGWS is suitable for use in the conditions of the Urban Micro Line of Sight area. Licensing regulations in accordance with the MGWS are class permits and equipment specifications that have a frequency specification of 60 GHz, an EIRP of 40 dBm with a distance between devices of 10 m and a rain intensity of 3 mm/hour or a light rain classification.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahimah Rahmadian
Abstrak :
Keadaan geografis Indonesia memberikan kesempatan untuk perusahaan penyedia satelit untuk mengembangkan bisnisnya. Pengembangan tren satelit saat ini mengarah ke High Throughput Satellite (HTS), yang dapat diklasifikasikan sebagai teknologi yang sudah matang, dibuktikan dengan diluncurkannya HTS oleh banyak operator di dunia. PT. Telekomunikasi Indonesia (PT. Telkom), sebagai perusahaan telekomunikasi milik negara, perlu meluncurkan HTS untuk memenuhi ambisinya untuk menjadi tiga besar penyedia layanan satelit di Asia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis studi kelayakan implementasi HTS di PT. Telkom menggunakan analisis tekno ekonomi, yang menghitung aspek teknis dan ekonomi dalam implementasi HTS. Perhitungan link budget menghasilkan adanya link margin dan kondisi bandwidth limited, yang menunjukkan sistem berada dalam performansi yang layak. Desain layout beam berdasarkan potensi user menghasilkan 43 beams dengan 6 gateway. Sedangkan dari aspek ekonomi, hasil penelitian menunjukkan bahwa Payback Period (PBP) dalam proyek selama 8,46 tahun dengan nilai IRR sebesar 20,61% dan NPV sebesar Rp1.031.349.555,99. Berdasarkan parameter-parameter tersebut dapat dilihat bahwa investasi HTS tergolong layak untuk diimplementasikan di PT. Telkom. ......Indonesia’s geographical condition allowed satellite operators to develop their business. Current development of satellite trends leads to High Throughput Satellite (HTS) which could be classified as a mature technology, proven by HTS launched by many operators. PT. Telekomunikasi Indonesia as the biggest state-owned telecommunication companies in Indonesia should launch HTS to fulfil its ambition to be the top 3 full satellite service providers in Asia. This research aims to analyze the feasibility study of HTS implementation in PT. Telkom uses techno-economic analysis, which calculates technical and economic aspects in the implementation of HTS. Link budget calculations provide link margins and bandwidth-limited condition, which shows the system is in decent performance. The beam layout design based on the user's potential produces 43 beams with 6 gateways. From the economic aspect, the results showed that the Payback Period (PBP) duration is 8.46 years with an IRR of 20.61% and an NPV of Rp1,031,349,555.99. Based on these parameters, HTS investment is considered feasible to be implemented in PT. Telkom.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
RS Dwi Prajitno Wibowo
Abstrak :
Sebuah sistem transmisi serat optik yang handal mempakan target dalam setiap perancangan jaringan sehingga diperlukan suatu perhitungan Link Budget yang tepat. Perhitungan Link Budget yang penulis bahas dalam skripsi ini mengambil contoh kasus pada Jaringan Backbone Serat Optik Indosat Segmen Semarang-Solo dengan menganalisis antara kodisi Link Budget pada saat perencanaan dan setelah diterapkan. Komponen-komponen yang dibandingkan adalah attenuasi serat, splicing loss, connector loss dan faktor dispersi.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S40734
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Agus Salim
Abstrak :
Persaingan antar penyedia jasa layanan di dunia telekomunikasi saat ini semakin ketat. Sehingga setiap penyedia jasa layanan telekomunikasi harus meningkatkan kinerja pelayanannya dan dituntut untuk mampu memanfaatkan teknologi agar biaya operasional perusahaan dapat ditekan. Oleh sebab itu, PT. Bakrie Telecom, Tbk sebagai salah satu penyedia jasa layanan telekomunikasi di Indonesia telah merumuskan berbagai kebijakan. Salah satunya adalah merencanakan pembangunan jaringan serat optik yang menghubungkan kota Bogor dengan kota Bandung. Pada skripsi ini, akan dilakukan perencanaan jaringan serat optik DWDM (dense wavelength division multiplexing) yang menghubungkan kota Bogor dengan kota Bandung. Parameter yang digunakan pada perencanaan ini meliputi redaman sambungan (splice), redaman konektor, redaman serat optik dan jumlah penguat optik. Perhitungan power link budget dan rise time budget digunakan untuk menentukan apakah perencanaan yang dilakukan, sudah memenuhi criteria dan layak untuk diimplementasikan di lapangan. Hasil yang didapat dalam proses perhitungan menunjukkan bahwa perencanaan ini layak untuk diimplementasikan di lapangan. Hal ini dibuktikan dengan menggunakan 2 buah penguat, power link budget dapat menjangkau jarak tempuh transmisi sejauh 243 km, sedangkan jarak tempuh link Bogor ? Bandung sejauh 200.9 km dan nilai rise time budget total semua sublink setelah di tambahkan satu DCM P/80 sebesar 61.3638 ps, sedangkan nilai rise time budget sistem sebesar 280 ps.
Nowadays, competition of telecommunication operator business is very tight, so every operator must to increase their service and able to using technology to decrease operational cost company. So, PT. Bakrie Telecom, Tbk on behalf of telecommunication operator in Indonesia have policy, one of it policy are build plan optical fiber network for link Bogor ? Bandung. This paper describes planning of DWDM network fiber optic link Bogor ? Bandung. For this planning, we use parameters that consist of splice loss, connector loss, fiber loss and amount of optical amplifier. Calculation power link budget and rise time budget used to determine whether the planning sre appropriate and suitable to implementation it. The result of calculation showed that this planning is appropriate and suitable to implementation. It proved by using 2 optical amplifier, power link budget can reach 243 kilometers of transmission distance, whereas the distance of Bogor ? Bandung is 200.9 kilometers and total value sublink rise time budget after added one piece of DCM P/80 are 61.3638 ps, whereas value of rise time budget system is 280 ps.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S52305
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Zahara Wati
Abstrak :
Universitas Indonesia menggunakan serat optik sebagai media transmisi dalam membangun Jaringan Universitas Indonesia Terpadu (JUITA). Serat optik mempunyai kapasitas transmisi yang besar, oleh karena itu jaringan serat optik diimplementasikan di JUITA. Guna meningkatkan layanan informasi yang cepat dan handal, Universitas Indonesia melakukan perluasan JUITA meliputi jalur trasnmisi serat optik dari Fakultas Teknik ke gedung CDC UI, Fakultas Teknik ke gedung proyek Rumah Sakit dan juga dari Fakultas Ilmu Keperawatan ke gedung PKM. Perencanaan perluasan JUITA ini disesuaikan dengan kebutuhan Universitas Indonesia seperti: BER 10-10, kecepatan data 100 Mbps, panjang gelombang yang digunakan 1550 nm. Peralatan optik yang dipilih adalah serat optik singlemode jenis loose tube, detektor cahaya PIN photodioda, sumber optik laser dioda, dan konektor ST. Dari analisis power link budget didapat jarak maksimum tanpa menggunakan penguat optik sejauh 491,9 km, sedangkan dari analisis rise time budget didapat kecepatan maksimum sebesar 896 Mbps.
University of Indonesia was using fiber optic as transmission media of the University of Indonesia Network Integrated (JUITA). Fiber optic has high capacity transfer; therefore fiber optic network was implemented in the JUITA. University of Indonesia has developed JUITA to increase information services that more fast and high qualified that include transmition link from Engineering Faculty to CDC UI building, Engineering Faculty to hospital project building and FIK to PKM building. Development of JUITA was adapted with University of Indonesia requirement likes: BER of 10-10, data rate of 100 Mbps, 1550 nm wavelength. Optical devices that used ware singlemode fiber optic loose tube type, PIN photodiode, laser diode and ST connector. The power link budget analysis was given maksimum length of fiber optic that can be used without optical amplifier 491.9 km. The rise time budget analysis was given data rate maximum of 896 Mbps.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51152
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Maya Armys Roma
Abstrak :
Beragamnya layanan informasi semakin menuntut kehandalan jaringan yang memadai, dan persaingan antar pemberi layanan telekomunikasi yang semakin ketat berakibat pada meningkatnya tuntutan sistem transmisi yang memiliki kapasitas bandwidth besar dan kualitas yang tinggi. Oleh sebab it, PT INDOSAT,Tbk sebagai salah satu penyedia jasa layanan telekomunikasi di Indonesia telah merumuskan beberapa kebijakan. Salah satunya dengan merencanakan pembangunan serat optik DWDM untuk jalur Semarang - Solo - Jogyakarta. Pada Tugas Akhir ini akan dilakukan perencanaan jaringan serat optik DWDM (Dense Wavelength Division Multiplexer) yang menghubungkan kota Semarang - Solo - Jogyakarta. Parameter yang digunakan pada perencanaan ini meliputi redaman sambungan splice, redaman konektor dan redaman serat optik. Perhitungan power link budget dan rise time bidget digunakan untuk menentukan apakah perencanaan yang dilakukan sudah memenuhi kriteria dan layak dimplementasikan dilapangan. Hasil perhitungan BER menunjukkan kualitas sistem transmisi. Hasil pengukuran OTDR menunjukkan apakah redaman yang terjadi disepanjang jalur perencanaan memenuhi redaman di perencanaan. Hasil yang didapat dalam proses perhitungan menunjukkan bahwa perencanaan ini tidak menggunakan penguat karena jarak jangkau maksimum tanpa penguat 174.7 km, dimana jarak perencanaan terjauh 115 km. Nilai rise time jalur perencanaan lebih kecil dari nilai rise time sistem setelah ditambahkan DCM un tuk setiap jalurnya.
Multiple information service that need nowadays, demand the reliability of network more than enough, and competition of operator business is very tight, as the result, the demand of the transmission system to increase capacity, to enlarge bandwidth, and good quality is increasing. So, PT. Bakrie Telecom, Tbk on behalf of telecommunication operator in Indonesia have policy, one of it policy are build plan optical fiber network for link Semarang ' Solo ' Jogyakarta. This paper describes planning of DWDM network fiber optic link Semarang ' Solo - Jogyakarta. For this planning, we use parameters that consist of splice loss, connector loss, fiber loss and amount of optical amplifier. Calculation power link budget and rise time budget used to determine whether the planning are appropriate and suitable to implementation it. Calculation BER udes to determine quality of transmission system. The result of Measurement OTDR determine whether the attenuation on link appropriate to attenuation of calculation. The result of calculation showed that this planning is not using amplifier because of power link budget can reach 174.7 kilometers of transmission distance without amplifier, whereas the longest distance of link planning is 115 kilometers.The value of rise time budget after added DCM for each link smaller than rise time budget system.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51410
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ilham
Abstrak :
Suatu solusi yang terbaik bagi semua operator yang menyediakan pelayanan bagi pelanggannya dalam menjangkau coverage area yang sering di kunjungi adanya penyediaan jaringan indoor, yang memudahkan dan memuaskan pelanggan dalam menggunakan mobile cellular. Semua Operator berlomba untuk menjadikan yang pertama dan terbaik dalam menjangkau seluruh area yang menjadi target traffic. Perubahan peraturan pemerintah yang menetapkan bagi semua operator untuk membangun tower bersama, manjadikan suatu keuntungan dan juga kerugian bagi semua operator, salah satunya pada jaringan indoor yang sangat mempengaruhi kuat dan kualitas sinyal yang di dapat. Oleh sebab itu pada tugas akhir ini, akan dianalisa perbandingan nilai Effective Issotropic Radiated Power (EIRP) tiga sistem jaringan, yaitu 3G, 2G dan CDMA) pada perhitungan link budget antena secara teori dengan hasil implementasi antena di lapangan pada jaringan, infrastruktur yang sudah ada, data tersebut di dapat dari PT. Hutchinson CP Telecomunication dan operator CDMA, sehingga diharapkan dapat menemukan keuntungan dan kerugian masing - masing dari ketiga sistem tersebut dalam menggunakan perangkat secara bersamaan yang di kenal Multi Network (Multi Operator).
One of the best solution for al operators providing the service for their customer in covering the coverage area that is commonly visited is to provide indoor network. It eases and satisfies the customers in using mobile cellular. All operators compete to be the first and the best operator in covering all target traffic areas. The change of goverment's rules that makes all operators build the tower together, gives them some benefits and disadvantages, one of them is in indoor network that affects the signal streght and quality. In this final assignment, the comparison between Effective Isotropic Radiated Power (EIRP) value of three networking system (3G, 2G and CDMA) in antenna link budget counting and the implementation result of antenna in the field of networking and existed infrastructure will be analyzed. The data is collected from PT Hutchinson CP Telecomunication and CDMA operator so that we can find benefits and disadvantages from each of those three systems in using Multi Networking (Multi Operator).
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51127
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>