Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 38 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yau, W.W.
New York: John Wiley & Sons, 1979
543 YOU m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Putri
"ABSTRAK
Gallstone is a crystal deposit which is formed in the gallbladder or bile duct. Gallstone is classified into cholesterol stone, pigment stone (black and brown), and mixed stone. Mechanism which underlies the formation of cholesterol or pigment gallstone is different. Information on chemical component of the stone will assist the management and prevention of its recurrence. Analysis of gallstone component can be performed by colorimetry method or even gas liquid chromatography (GLC). Chemical component analysis of gallstone by colorimetry includes examination of cholesterol, bilirubin, and calcium. Stone is classified as cholesterol stone if the cholesterol content is > 80%, pigment stone if cholesterol content is < 20%, and mixed stone if cholesterol content is 25-80%. Gallstone analysis by GLC method is conducted by separation of fatty acid chain and evaluation of fatty acid quantity in the methylester derivatives form, which is fatty acid methyl estered. Fatty acid content in cholesterol stone (310.09 + 49.7 mg/gram) is higher compared to pigment stone (55.59 +7.71 mg/gram). Saturated to unsaturated fatty acid (S/U) ration in cholesterol stone (8.6 + 3.1) is higher compared to pigment stone (4.8 + 1.5).
"
Jakarta: Interna Publishing (Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam), 2016
611 UI-IJGHE 17:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Metta Sinta Sari Wiria
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah bioavailabilitas formulasi ibuprofen suppositoria 125 mg yang diproduksi oleh PT Kalbe Farma,Tbk. (Ibukal®) bioekivalen dengan produk yang sama dari komparatornya (Proris®). Parameter farmakokinetik yang dinilai dalam studi ini ialah luas daerah di bawah kurva kadar - waktu selama 10 jam (AUC0-t), luas daerah di bawah kurva kadar - waktu sampai waktu tak terhingga (AUC0-inf), kadar puncak (Cmax), dan waktu untuk mencapai kadar puncak (tmax). Penelitian ini menggunakan rancangan menyilang acak, tersamar tunggal yang mengikutsertakan 12 sukarelawan dewasa sehat. Sukarelawan dipuasakan semalam dan keesokan harinya diberi 1 suppositoria obat uji (produk PT.Kalbe-Farma) atau 1 suppositoria obat pembanding (produk komparatornya). Contoh darah diambil pada jam ke 0 (kontrol), 20 min; 40 min; 1; 1,5; 2; 2,5; 3; 4; 6; 8; dan 10 jam setelah pemberian obat. Setelah 1 minggu periode washout, prosedur ini diulang dengan memberikan obat pembandingnya. Kadar obat ditentukan dengan kromatografi cair kinerja tinggi dengan detektor ultraviolet. Pada penelitian bioavailabilitas ini, rerata (SD) AUC0-t, AUC0-inf, Cmax dan tmax dari obat uji masing-masing adalah 28,59(3,37) µg.jam.mL-1, 30,47(3,56) µg.jam.mL-1,8,24(1,44)µg/mL, dan 1,33(0,44) jam. Rerata (SD) AUC0-t, AUC0-inf, Cmax dan tmax dari obat pembanding masing-masing adalah 28,13(8,14) µg.jam.mL-1, 30,56(8,05) µg.jam.mL-1, 8,27(2,88) µg/mL, dan 1,79(0,33) jam. Rasio rerata geometrik obat uji terhadap obat pembandingnya ialah 104,38% untuk AUC0-t, 101,97% untuk AUC0-inf, dan 104,02% untuk Cmax, Nilai 90% confidence intervals(CI) nya ialah 90,38-120,54% untuk AUC0-t, 89,51-116,16% untuk AUC0-inf, dan 85,73-126,16% untuk Cmax. Tidak ada efek samping yang dijumpai dalam penelitian ini. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa Ibuprofen suppositoria 125 mg produksi PT. Kalbe Farma,Tbk. (Ibukal®) bioekuivalen dengan produk yang sama dari komparatornya (Proris®). (Med J Indones 2007; 16:181-6).

This study was aimed to investigate the bioequivalence of ibuprofen 125 mg suppository formulation (Ibukal®, test formulation from PT. Kalbe Farma, Tbk., Jakarta) and the ibuprofen suppository comparative formulation (Proris®, from PT. Pharos Indonesia, Jakarta) in 12 healthy volunteers. The pharmacokinetic parameters used in this study were the area under the concentration-time curve from time zero to hour 10 (AUC0-t), the area under the concentration-time curve from time zero to infinite (AUC0-inf), the maximum concentration (Cmax), and the time needed to reach the maximum concentration (tmax). The study was designed as a random cross-over fashion, single-blinded which included 12 healthy adult volunteers. The volunteers were fasted overnight and in the morning they received a suppository of the test drug (Ibukal®) or a suppository of the comparative drug (Proris®). Blood samples were withdrawn on hour 0 (control), 20 min; 40 min; 1; 1,5; 2; 2,5; 3; 4; 6; 8; and 10 time points after the administration of the drug. Following a wash-out period of 1 week, this procedure was repeated using the other drug. The serum concentration of the drug was determined by means of high-performance liquid chromatography with ultraviolet detection. The results of the study showed that, the mean (SD) of AUC0-t, AUC0-inf, Cmax and tmax of the test drug were, respectively, 28.59(3.37) µg.h.mL-1, 30.47(3.56) µg.h.mL-1, 8.24(1.44) µg/mL, and 1.33(0.44) h. The mean (SD) of AUC0-t, AUC0-inf, Cmax and tmax of the comparative drug were, respectively, 28.13(8.14) µg.h.mL-1, 30.56(8.05) µg.h.mL-1, 8.27(2.88) µg/mL, and 1.79(0.33) h. The geometric means ratio of the test to the comparative drug were 104.38% (CI 90%: 90.38-120.54%) for AUC0-t, 101.97% (CI 90%: 89.51-116.16%) for AUC0-inf, and 104.02% (CI 90%: 85.73-126.16%) for Cmax. There was no side effect of the drug detected in this study. From the results we can conclude that the 125 mg of ibuprofen suppository of PT Kalbe Farma, Tbk. (Ibukal®) is bioequivalent to that of the comparative drug (Proris®). (Med J Indones 2007; 16:181-6)"
Medical Journal of Indonesia, 2007
MJIN-16-3-JulySept2007-181
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Zubaidah
"Akrilamida diketahui sebagai senyawa genotoksik yang ditemukan dalam sampel makanan kaya karbohidrat yang dipanggang dan digoreng oleh beberapa peneliti di Swedia. Akrilamida bukan suatu zat yang ditambahkan ke dalam makanan tetapi sebagai hasil reaksi antara asam amino dan gula sederhana pada temperatur tinggi. Pada penelitian ini dilakukan analisis akrilamida yang terdapat dalam crackers. Kondisi analisis menggunakan kolom C18 dengan campuran 3,5 mmol/L asam fosfat dalam asetonitril-air (5:95) sebagai fase gerak, laju alir 0,5 mL/menit dideteksi pada panjang gelombang 210 nm. Waktu retensi yang dibutuhkan oleh akrilamida adalah 5,6 menit. Kalibrasi dilakukan pada rentang konsentrasi 0,1 ? 1,4 mg/mL dan hasil menunjukkan linieritas yang baik (r=0,99996). Batas deteksi dan batas kuantitasi masing-masing adalah 0,01mg/mL dan 0,0432 mg/mL. Uji akurasi dengan menggunakan pelarut etanol dan diklormetan (1:15) menghasilkan persen perolehan kembali sebesar 89,39% dengan Deviasi Standar Relatif 1,57%. Dari enam sampel crackers, lima mengandung akrilamida dengan kadar masing-masing, yaitu 0,2808; 0,4556; 0,5103; 0,8494 dan 0,9371 mg/g.
Kata kunci: akrilamida; Kromatografi cair kinerja tinggi; crackers; diklormetan"
Depok: Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Kurnia
"Determinasi Karbofuran pada Kondisi Kromatografi Cair Interaksi Hidrofilik menggunakan TSKgel®Amide-80 sebagai Fase Diam. Kromatografi cair interaksi hidrofilik (KCIH) digunakan dengan memanfaatkan kolom kapiler yang ramah lingkungan dalam rangka mempelajari perilaku retensi karbofuran. Perilaku retensi karbofuran diidentifikasi menggunakan beberapa jenis fase diam yang bersifat polar. Beberapa kondisi telah dilakukan untuk menyelidiki perilaku retensi karbofuran seperti studi perbandingan kolom TSKgel®Amide-80 dengan kolom polar lainnya, perbandingan perilaku retensi studi karbofuran pada berbagai panjang gelombang, efek air dalam mode KCIH, pengaruh konsentrasi buffer pada mode KCIH, dan kinerja analitik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa TSKgel®Amide-80 lebih baik dibandingkan dengan fase diam polar lain dalam penentuan karbofuran. Selain itu panjang gelombang 251 dan 254 nm menghasilkan absorbansi lebih tinggi untuk karbofuran daripada yang lain. Sebagai tambahan, peningkatan kadar air dan konsentrasi garam penyangga pada fase gerak menyebabkan waktu retensi lebih cepat. Nilai perolehan kembali metode ini adalah 101 ± 10,1, sedangkan limit deteksi dan limit quantifikasi berturut-turut diperoleh sebesar 0,66 ppm dan 2,22 ppm. Disimpulkan bahwa TSKgel®Amide-80 memberikan hasil yang baik dalam penetapan karbofuran meskipun digunakan kromatografi cair kapiler dengan panjang kolom 10 cm.
Hydrophilic interaction liquid chromatography (HILIC) equipped with an environmentally friendly capillary column was employed to investigate the retention behavior of carbofuran; a polar stationary phase was used as well. Several conditions were conducted to investigate the retention behavior of carbofuran, such as a comparison study TSKgel®Amide-80 with another polar column, a comparison study retention behavior of carbofuran on various wavelengths, the water content effect on HILIC mode, the effect of buffer concentration on HILIC mode, and the analytical performance of carbofuran. The results showed that TSKgel®Amide-80 exhibited a better performance than other polar stationary phases in carbofuran determination, and observations at wavelengths of 251 and 254 nm showed higher absorbance for carbofuran than others. In addition, the increase of water content and salt buffer concentration in the mobile phase led to a shorter retention time. The recovery of this method was 101 ± 10.1%, while the limit of detection and the limit of quantification were 0.66 ppm and 2.22 ppm, respectively. Consequently, TSKgel®Amide-80 offers a good performance in carbofuran determination, even with the application of 10 cm length column capillary liquid chromatography."
Indonesian Agricultural Environment Research Institute (IAERI), 2016
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Yahdiana
"A method by high performance liquid chromatography for the analysis of acrylamide in potato chips, is reported. The retention time for the elution of acrylamide from the C18 columm ranged from 3 to 3.2 minutes and the eluate was analyzed by UV-VIS detector. A linear response was found for the acrylamide standard tested within the concentration range of 0.8-10 g/ml and the corelation coefficient (r0 greater that 0.999 with detection limit 0.06 ppm and quantitatice limit 0.19 ppm. Sample preparation was performed by measn of solvent extraction using dichlormethane and subsequent re-extraction of the organic solvent with water. This aqueous sample solution was found to be free of any interferences and gave acrylamide and recorveries higher than 90%."
Majalah Ilmu Kefarmasian, 2005
MIKE-II-3-Des2005-154
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Penetapan aktivitas laktase usus secara langsung dilakukan dengan mengukur laktase di epitel usus halus. Cara ini merupakan cara yang invasif dan secara etis tidak dapat dilakukan pada bayi sehat. Secara tidak langsung, penetapan aktivitas laktase, yang dinyatakan sebagai rasio ekskresi dan konsumsi laktosa dan laktulosa, memerlukan waktu 30 jam observasi di rumah sakit. Tujuan penelitian ini ialah mencari metoda penetapan aktivitas laktase yang tidak invasif dan tidak memerlukan waktu observasi yang lama. Bayi diberikan laktosa dan laktulosa sekaligus setelah 2 jam puasa, kemudian kadar laktosa dan laktulosa dalam urin diukur dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Aktivitas laktase dinyatakan dengan rasio ekskresi urin konsumsi laktulosa dan laktosa. Penelitian ini membuktikan bahwa cara pemberian laktosa dan laktulosa satu kali setelah puasa 2 jam dapat dipakai untuk penetapan aktivitas laktase dan bayi hanya perlu pengawasan selama 7 jam. (Med J Indones 2003; 12: 8-12)

Determination of intestinal lactase activity is directly done by measuring its activity in intestinal epithelium. This is an invasive method and ethically can not be done in healthy infants. Indirectly, determination of lactase activity, stated as excretion and ingestion ratio of lactose and lactulose, needs 30 hours hospitalized infants. The aim of this study was to look for a method for determination of lactase activity which is not invasive and not necessary hospitalized. Using this method lactose and lactulose were given as a single oral load after 2 hours fasting. Urine were collected for 5 hours starting from consuming sugar solution and then lactose and lactulose concentration in the urine were measured by High Performance Liquid Chromatography. The results showed single oral load of lactose and lactulose can be used for determination of lactase activity in infant and the infants were observed only for 7 hours. (Med J Indones 2003; 12: 8-12)"
Medical Journal of Indonesia, 12 (1) January March 2003: 8-12, 2003
MJIN-12-1-JanMar2003-8
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Meizana Radini Wahyana
"The International Agency for Research on Cancer (IARC) telah mengklasifikasikan benzo(a)piren ke dalam grup 2A (berpotensi sebagai karsinogenik pada manusia). Benzo(a)piren ditemukan dalam makanan yang dipanggang dengan pemanasan pada temperatur tinggi (di atas temperatur 200ºC), dengan kandungan lemak tinggi. Pada penelitian ini dilakukan analisis benzo(a)piren dalam sate yang berasal dari ayam broiler dipanggang di atas arang hingga matang, ayam broiler dipanggang di atas arang hingga setengah matang, ayam kampung dipanggang di atas arang hingga matang, ayam kampung dipanggang di atas arang hingga setengah matang, ayam broiler dipanggang di dalam oven hingga matang secara kromatografi cair kinerja tinggi. Metode ini menggunakan kolom C18-RP dengan detektor UVVis pada panjang gelombang 296 nm, fase gerak asetonitril-air (90:10), dan laju alir 1,2 mL/menit. Waktu retensi yang dibutuhkan benzo(a)piren adalah ± 10,1 menit. Sampel disaponifikasi dengan KOH dalam metanol menggunakan refluks, kemudian disari dengan n-heksana. Filtrat heksana yang telah dipekatkan dipisahkan dengan kromatografi kolom silika gel-alumina (1:1) dengan eluen diklorometana. Rentang kurva kalibrasi 0,01-0,25 μg/mL menunjukkan nilai linieritas 0,99998; dengan batas deteksi 0,001455 μg/mL; batas kuantitasi 0,004849 μg/mL; dan koefisien variasi sebesar 0,3828 %. Kadar benzo(a)piren dalam lima sampel yang dianalisis yaitu 0,6026±0,005 μg/g; 0,5064±0,002 μg/g; 0,204±0,008 μg/g; 0,1034± 0,00017 μg/g; 0,0422± 0,00015 μg/g.

The International Agency for Research on Cancer has classified benzo(a)piren in group 2A (probably carcinogenic for humans). The studies show that benzo(a)piren was found in food with strongly heated (more than 200 ºC) and content high fat. In this research, analysis benzo(a)piren in sate from a broiler chicken in charcoal grilled, local chicken in charcoal grilled, and broiler chicken in oven grilled. This method used C-18 column, acetonitril-air (90:10) as mobile phase, at the flow 1,2 mL/minutes and detection at 296 nm. Sample was saponification with 2 M KOH in methanol refluks for two hours, than the filtrate extraction with n-hexane, and clean-up with column chromatography with dichlormetane as mobile phase and silica gel-alumina (1:1) as a stationary phase. Calibration curve was perfomed in the range 0,01-0,25 μg/mL, the result show good linierty with coefficient of correlation of 0,99998, limit of detection 0,001455 μg/mL; and limit quantitation 0,004849 μg/ml and repeatability 0,3828%. The level of benzo(a)piren in five sate are 0,6026±0,005 μg/g; 0,5064±0,002 μg/g; 0,204±0,008 μg/g; 0,1034±0,00017 μg/g; 0,0422±0,00015 μg/g."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
S33029
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panggabean, Freadi Sabhara Irwanto
"Sejak dahulu teh dikenal sebagai minuman yang menyehatkan. Katekin, khususnya epigalokatekin galat, merupakan senyawa polifenol yang terkandung di dalam teh, belakangan ini banyak menarik perhatian karena kemampuan antioksidan dan antikarsinogeniknya. Kofein, sebagai senyawa alkaloid terbesar di dalam teh, memiliki efek stimulasi. Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan kadar kofein dan epigalokatekin galat dalam teh hijau secara kromatografi cair kinerja tinggi. Sistem pemisahannya menggunakan kolom fase terbalik C18, fase gerak campuran air-asetonitril-metanol-etil asetat (89:8:1:2,v/v), serta kecepatan aliran 0,8 mL/menit. Metode ini telah memenuhi syarat uji presisi dan perolehan kembali. Dari 5 sampel yang diperiksa, semua sampel mengandung kofein dan epigalokatekin galat. Kandungan kofein dalam sampel kering (2,15 ± 0,02)% hingga (2,72 ± 0,04)%, sedang epigalokatekin galat (3,91 ± 0,01)% hingga (5,41 ± 0,08)%."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S32614
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>